Anda di halaman 1dari 57

KULIAH BLOK REPRODUKSI

Dr. Alfaina Wahyuni, SpOG., M.Kes


Bagian Obstetri dan Ginekologi
FKIK UMY
LO
• Mengetahui dan memahami:
– Diagnosis, Patofisiologi dan manajemen Abortus
dan Mola Hidatidosa
– Diagnosis, Patofisiologi dan manajemen
Kehamilan Ektopik
– Diagnosis, Patofisiologi dan manajemen
Hiperemesis Graviarum
Abortus
Definisi :
• Perdarahan dari uterus yang disertai dengan
keluarnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi
sebelum pada usia kehamilan < 20-24 minggu dan
atau Berat < 500gr
Metode Team Based Learning
• Kelompok 10 orang
• Belajar Mandiri di rumah
• Diskusi Soal Early Pregnancy Risk per
kelompok;
• Tahap 1: diskusi kelompok
• Tahap 2: tiap kelompok menuliskan jawaban
di papan tulis
• Tahap 3: diskusi kelas
Abortus
Patofisiologi :
• Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua
basalis + nekrosis jaringan sekitarnya  hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya (benda
asing dalam uterus)  uterus berkontraksi untuk
mengeluarkannya.
Korelasi Abortus dengan Usia Kehamilan

Pada kehamilan < 8 Mg


• Hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya, karena villi koriales
belum menembus desidua secara
dalam.

Pada kehamilan 8-14 Mg


• Villi koriales menembus desidua lebih
dalam, sehingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna  banyak
perdarahan.

Pada kehamilan > 14 Mg


• Yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah adalah janin, disusul plasenta,
jika lengkap perdarahan tidak banyak
.
Diagnosa
• Perdarahan pervaginam, setelah mengalami
terlambat haid pada wanita usia reproduksi.
• Tes kehamilan positif
• Pikirkan terjadinya abortus:
Bila seorang wanita usia reproduksi datang dengan
gejalan sebagai berikut:
– terlambat haid
– perdarahan per vaginam
– spasme atau nyeri perut bawah
– keluarnya massa kehamilan/konsepsi
Jenis dan Derajat Abortus Spontan

• Abortus Iminens
• Abortus Insipiens
• Abortus Inkomplit
• Abortus Komplit
• Retensi Embrio
(Missed Abortion)
Abortus Imminens
• Peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan < 20
minggu, hasil konsepsi masih dalam uterus, tanpa adanya
dilatasi serviks.
Gejala
• perdarahan dari OUE, mules sedikit/(-), besar uterus = usia
gestasi, OUI tertutup, tes kehamilan positif.
Penanganan :
• Bedrest
• USG  janin hidup / mati
• Progesteron  ??
• Prognosa tergantung macam & lamanya perdarahan.
Prognosa kurang baik jika perdarahan lama, disertai mules
dan pendataran serta pembukaan serviks.
Abortus Insipien
• Peristiwa perdarahan utereus pada kehamilan < 20 minggu,
dengan dilatasi serviks uteri yang meningkat, hasil konsepsi
masih dalam uterus.

Gejala :
• Mules sering & kuat, perdarahan bertambah banyak.

Penanganan
• Penanganan : pengeluaran hasil konsepsi bisa dengan kuret
vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan.
– Pada kehamilan > 12 MG, perdarahan tridak banyak,
bahaya perforasi > besar  Infus oksitosin.
– Bila janin sudah keluar, plasenta tertinggal  pengeluaran
plasenta secara digital  kerokan.
Abortus Inkompletus
• Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan < 20
minggu, dengan sisa yang tertinggal dalam uterus.

Diagnosis
• Kanalis servikalis terbuka, teraba, jaringan dapat teraba dalam
kavum uteri/ menonjol dari OUE, perdarahan bisa banyak
sekali, tak akan berhenti sebelum sisa konsepsi dikeluarkan 
syok.

Terapi
• Penanganan syok  infus NaCl/RLtransfusi kuretase
ergometrin
Abortus Kompletus
• Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

Gejala
• Perdarahan sedikit, ostium uteri eksternum
terutup, uterus mengecil.

Penanganan
• Bila anemis  Sulfas Ferrosus.
Missed Abortion
• Kematian janin < 20 Mg, tapi tidak dikeluarkan selama  8 Mg.
Etiologi ??, diduga Hormon progesteron
Gejala
• Diawali dengan abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau setelah terapi.
• Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae mengendor,
uterus mengecil, tes kehamilan (-). Sering disertai gangguan
pembekuan darah karena hipofibrinogenemia.
Terapi
• Tergantung KU & kadar fibrinogen serta psikis os.
– Jika < 12 Mg  Dilatasi dan Kuretase
– jika > 12 Mg  infus oksitosin 10 IU/D5 500 cc atau Prostagalndin E
Abortus Habitualis
• Abortus spontan yang terjadi  3x berturut-turut (0,41%,
Bishop)

Etiologi :
• Abortus spontan, imunologik/ kegagalan reaksi terhadap
antigen.

Penanganan :
• Anamnesa lengkap, pemeriksaan golongan darah suami &
istri, inkompatibilitas darah, pemeriksaan VDRL, TTGO,
pemeriksaan Kromosom & mikoplasma.
• Pada Trimester 2  inkompeten serviks  cerclage
• Tatalaksana tergantung etiologi
Abortus Infeksiosus / Abortus Septik
• Abortus infeksiosus : abortus yang disertai infeksi traktus
Genitalia.
• Abortus septik : abortus infeksiosus berat disertai penyebaran
kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau
peritoneum.
Gejala :
• Terjadi abortus disertai tanda infeksi : demam, takikardi,
perdarahan pervaginam berbau, uterus membesar, lembek,
nyeri tekan, lekositosis. Bila sepsis  demam , menggigil,
Tekanan Darah .
• Penanganan ; infus  transfusi, Antibiotik. Kuretase dilakukan
dalam 6 jam
Tabel 4-3
DERAJAT ABORTUS

Diagnosis Perdarahan Serviks Besar uterus Gejala lain

Abortus Sedikit  Tertutup Sesuai usia pptes positif


iminens sedang Lunak kehamilan · Kram ringan
· Uterus lunak

Abortus Sedang  Terbuka Sesuai atau Kram sedang/kuat


insipiens banyak teraba lebih kecil · Uterus lunak
selaput
ketuban

Abortus Sedikit  Terbuka  usia • Kram kuat / Nyeri


inkomplit banyak Teraba kehamilan . Keluar jaringan
jaringan • Uterus lunak

Abortus Sedikit  Tertutup  usia Sedikit/tanpa kram


komplit tidak ada Lunak kehamilan · massa kehamilan
(+/-)
· Uterus agak kenyal
Manajemen
Prinsip Penatalaksanaan perdarahan per vaginam pada usia
kehamilan muda :
1.JANGAN LANGSUNG LAKUKAN KURETASE !!!
2.Tentukan keadaan janin, mati atau hidup. Bila memungkinkan
periksa dengan USG.
3.Beta HCG masih dapat positif walaupun janin sudah mati
Indikasi Abortus Medisinalis

• Gangguan kesehatan yang sangat


mengancam keselamatan ibu
• Kehamilan akibat perkosaan atau incest
• Dipastikan terjadi cacat berat pada janin
(severe physical deformities) atau retardasi
mental
Indikasi dan Frekuensi Abortus Buatan
ABORTUS TERAPETIK
Indikasi dan frekuensi

Gawatdarurat
25.0%

Alasan medis
12.0%

Atas permintaan
40.0% Aspek sosial
23.0%

Sumber: Van Look & von Hertzen, 1990


Dilatasi dan Kuretase
Mola Hidatidosa
• Kehamilan abnormal, dgn ciri stroma vili korialis
langka vaskularisasi & edematous.
• Hidup dan viili korialis tumbuh berlebihan  bentuk
anggur
• Dikaitkan dengan defisiensi vitamin A
• Mola partial, ada bayi disamping jar mola
• Trofoblast produksi HCG, kadarnya tinggi pada mola
hidatidosa  Hiperemesis gravidarum
• HCG = LATS,long acting tiroid stimulation  hormon
tiroid meningkat  tirotoksikosis
• Insidens:
– Asia 1/120 kehamilan
– Barat 1/2000 kehamilan
Mola Hidatidosa
• Dapat mengadakan invasi  mola invasif/mola destruen (
lokal )
• Dapat menyebar ke organ lain  korio ca

• Diagnosis Mola :
1. Hamil
2. uterus lebih besar dari usia kehamilan
3. Tidak tampak adanya janin dgn palpasi,dopler, rontgen
ataupun USG
4. USG : sarang tawon/badai salju
5. Tanda-tanda hipertiroidi , preeklampsia
6. Kista lutein akibat HCG yg tinggi
Penanganan
• Pada usia lanjut dan tidak ingin anak lagi disarankan
untuk Histerektomi.
• Jika masih ingin anak, dilakukan evakuasi dengan
suction curretage dan pemberian oksitosin infus
selama tindakan.
• Tindakan dilanjutkan dengan kuret tajam
• Jika tidak yakin bersih, kuret ulang 7-10 hari
kemudian
• Evaluasi kadar β HCG serum sampai 2 tahun untuk
antisipasi kemungkinan menjadi PTG (penyakit
trofoblastik ganas)
• Anjuran: tidak hamil selama 2 tahun, dengan KB non
IUD
Persiapan sebelum tindakan
• Perbaiki ku,jika terdapat tanda-tanda
hipertiroid
• Rontgen paru utk mengetahui adakah
metastasis paru dan pembesaran jantung
• Sedia darah
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
DEFINISI

KEHAMILAN EKTOPIK
Kehamilan yang b’langsung (nidasi) diluar
lokalisasi endometrium yg normal (cavum uteri)
KEHAMILAN EKSTRAUTERIN
Kehamilan diluar batas rahim
KEHAMILAN HETEROTOPIK
Hamil intrauterin dan hamil ektopik yg terjadi
bersama2
Lokasi Kehamilan Ektopik
• A. Ampula tuba (80%)
• B. Isthmus (12%)
• C. Fimbria (5%)
• D. Kornu/ interstitial
(2%)
• E. Abdominal (1,4%)
• F. Ovarium (0,2%)
• G. Serviks (0,2%)
Etiologi
 Kegagalan fungsi tuba falopii
– Terjadi penyempitan saluran tuba
 Salpingitis kronis
 Endometriosis
 Tekanan tumor
 Tuba elongasi shg hasil konsepsi sdh siap nidasi di
tuba
 Infeksi asenden ke IUCD
– Perlekatan tuba sbg saluran menyempit/buntu
 Infeksi
menahun
 endometriosis
Etiologi....
 Terdapat endometrium yg memungkinkan
utk nidasi→divetikulum tuba dgn
endometrium
 Terlambat nidasi setelah melalui kavum
uteri→kehamilan sevikalis
 Ovum terjebak dalam ovarium
→spematozoa masuk stigma ovum , terjadi
konsepsi →tumbang dalam ovum
Kehamilan Normal
Kehamilan Ektopik Terganggu
GEJALA KLINIK
 Trias gejala klinik
– Amenore
– Nyeri perut:
• Nyeri abdomen→kehamilan tuba yg pecah
• Rasa nyeri menjalar keseluruh abdomen
• Bila darah sampai diafragma→ nyeri didaerah bahu
• hematokel→nyeri di perut bag bawah & susah BAB
– Perdarahan intra-abdominal dan transvaginal
 Terdapat tanda kehamilan
– Tanda tidak pasti
– Kemungkinan
– Tanda pasti
Tanda
Pemeriksaan Fisik umum
 Penderita tampak anemis & sakit
 Kesadaran b’variasidari baik sampai koma tidak
sadar
 Daerah ujung dingin
 Nadi meningkat, TD turun smp syok
 Pemeriksaan abdomen : perut kembung, tdpt
cairan bebas – darah, nyeri saat perabaan
 Pemeriksaan khusus melalui vagina
– Nyeri goyang pd pemeriksaan serviks
– Kavum douglas menonjol dan nyeri
– Mungkin terasa tumor disamping uterus
– Pd hematokel tumor & sulit dibedakan
Pemeriksaan penunjang:
• USG: tidak tampak kantong kehamilan
intra uterin. Pada KET dapat
ditemukan cairan bebas intra
abdomen.
• Pemeriksaan Hb serial  terjadi
penurunan.
• Pengukuran hCG kehamilan normal
meningkat 2 kali lipat tiap 2 hari pada
minggu 4-8. KE tidak ada peningkatan
• Pungsi kavum douglas  didapatkan
darah.
• Gold Standar: Laparoskopi
Penatalaksanaan

• Tergantung stage penyakit dan kondisi pasien


• Pilihan terapi:
– Ekspektatif
– Medikamentosa
– Pembedahan
• Pilihan terapi berdasarkan penilaian luaran jangka
pendek (menurunnya hCG, trofoblast persisten,
keutuhan tuba) dan luaran jangka panjang (patensi
tuba dan fertilitas berikutnya)

Ectopic Pregnancy 38
Menejemen Kehamilan Ektopik
Terganggu
Perbaiki hemodinamik. Pasien dalam kondisi
syok hipovolemik  lakukan resusitasi cairan
dengan larutan elektrolit dan darah.
Laparatomi emergensi dan hentikan sumber
perdarahan.
Salpingektomi
Penatalaksanaan (lanjutan)
• Ekspektatif:
– Bila titer ßhCG < 2000 IU/L, mengalami
penurunan progresif
– USG: ukuran massa < 2 cm, tidak ditemukan
bagian janin
– Hemoperitoneum < 50 ml
– Tidak ada gejala-gejala klinis yang semakin
memburuk
• Medikamentosa
– Sistemik atau lokal
– Agen: MTX, glukosa hiperosmolar, prostaglandin.
Yang paling banyak digunakan MTX
Menejemen KE yang belum terganggu

• Methotrexat
• Salphingostomi
Salpingostomi
Hiperemesis Gravidarum
Definisi
 Hiperemesis gravidarum muntah cukup
parah yang menghasilkan penurunan berat
badan, dehidrasi, alkalosis karena kehilangan
asam klorida, dan hipokalemia.
Hiperemesis Gravidarum
• Kriteria hiperemesis gravidarum:
– mual muntah yang menetap yang timbul sebelum
umur kehamilan 9 minggu yang tidak disebabkan
oleh penyakit lain, dehidrasi, gangguan elektrolit
disertai penurunan berat badan mencapai 5% dari
berat sebelum hamil
– Ringan: jika keluhan dirasakan <1 jam perhari atau
kurang dari 2 kali perhari
– Berat: jika >6 jam perhari atau >5 kali perhari.
Patofisiologi
 Pengaruh hiperemesis gravidarum pada janin:
abortus, partus prematurus, IUGR, stillbirths dan
meningkatkan mortalitas janin.
 Pengaruh pada ibu: ruptur esophageal,
Wernicke ensephalopaty, dan pneumothorax,
gangguan elektrolit,
Etiologi
• hCG yang tinggi:
– hamil muda
– hamil kembar
– mola hidatidosa
• Reaksi imunologik:
– Villi chorialis  sirkulasi maternal  reaksi
imunologik  desentisisasi  trim II hilang
• Psikologik:
– Konflik mental:
– rumah tangga retak
– rasa takut pd kehamilan/persalinan
– rasa penolakan thd kehamilannya
Faktor Risiko
 Hipertiroidisme
 kehamilan molar
sebelumnya
 Diabetes
 penyakit pencernaan, dan
asma  Dan untuk alasan yang tidak
diketahui, janin perempuan
meningkatkan risiko
sebesar 1,5 kali lipat (Schiff
dan rekan, 2004; Tan dan
rekan kerja, 2006).
Gejala Klinis
TINGKAT I TINGKAT II • TINGKAT III
• Lemah • Lebih lemah • KU lebih jelek
• Nafsu makan tidak • Apatis • Muntah berhenti
ada • Lidah kering/kotor • Somnolen/koma
• Berat badan turun • Nadi kecil/cepat • Suhu badan naik,
• Nyeri epigastrium • Suhu badan naik tekanan darah naik
• Nadi > 100 • Dehidrasi agak • Dehidrasi berat
kali/menit berat • Ikterus
• Tekanan sistolik • Tekanan darah • Encelopati
menurun turun • Diplopia
• Dehidrasi ringan • Oligouri
• Bau aseton
Manajemen
• Terapi non farmakologik dan terapi farmakologik.
• Terapi non farmakologik:
– terapi dietetik,
– support emosional
– Akupresur, hipnobirthing
Terapi farmakologik :
– pemberian vitamin B6 dosis tinggi,
– obat antiemetik,
– pemberian terapi hidrasi intravena dan enteral atau
parenteral nutrisi (pada penderita yang tidak toleran terhadap
masukan peroral. Pasien dipuasakan dan diberikan terapi
cairan berupa larutan garam fisiologis, ringer laktat dan
dextrose.)
Penatalaksanaan Rawat Jalan

Pencegahan Pengobatan :
• Mengurangi muntah • Vitamin B6
• Koreksi: dehidrasi dan • Antimuntah 
elektrolit promethazine,prochlor
• Pemberian kalori dan perazine,
vitamin klorpromazin, atau
metoclopramide ,
Ondansetron
• Hindari obat-obat
teratogenik

PENANGANAN DI RS
• Jika tidak berkurang  Rawat Inap
• Isolasi: kamar tenang, tidak terima tamu, puasa 24 jam
• Istirahat baring
• Psikoterapi: memberi keyakinan, menghilangkan faktor
psikik
• Cairan parenteral/infus:
– Glukose 5%, NaCl 0,9%, RL 2-3 liter per 24 jam
– Suntikan vit B komplek dan vit C
– Balans cairan diukur setiap 24 jam
• Obat antiemetik injeksi (Ondansetron, metoclopramid)
• PERIKSA:
– Urine: protein dan aseton
– Tekanan darah
– Jika 24 jam tidal muntah, keadaan membaik  dicoba
makan/minum per os
Diit pd Hiperemesis
 Syarat:
 makan makanan tinggi karbohidrat, tinggi protein, rendah
lemak , tidak pedas dan tidak menimbulkan bau dan rasa yang
merangsang mual.
Cukup cairan
Makan dengan porsi kecil tetapi lebih sering
Makan kering,mudah dicerna, dan tidakmerangsang mual
Makan biskuit asin setelah bangun tidur.
Pemberian suplemen multivitamin yang rendah Fe juga
diperlukan.
Pemberian ekstrak jahe 1 gram perhari terbukti efektif
mengurangi keluhan hiperemesis.
Bentuk dan jenis makanan disesuaikan dengan kondisi
penderita
lanjutan
• Dengan muntah terus menerus setelah rawat
inap, langkah yang tepat harus diambil untuk
menyingkirkan penyakit yang mendasari yang
mungkin sebagai penyebab gravidarum
Dilakukan Endoskopi
Contohnya termasuk gastroenteritis,
kolesistitis ulkus, pankreatitis, hepatitis,
lambung, dan pielonefritis. Selain itu,
preeklamsia berat dan fatty liver adalah
pertimbangan setelah midpregnancy.
Prognosis

Setelah pengobatan, kebanyakan wanita


memiliki respon yang bermanfaat dan dapat
dipulangkan dengan terapi antiemetik.
Tingkat kembali masuk RS lagi adalah 25
sampai 35 persen dalam kebanyakan studi
prospektif.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai