:l
., . . : ii i
Ibnu Purwanto
ABSTRAK
PI]NDAHULUAN
Trombosis adalah pembentukan suatu massa abnormal yang berasal dari
komponen darah (tlornbus) di dalam pembuluh darah. Tronbosis adalah penyebab
komatian utama dj Amerika Serikat, hanpir 2 juta populasi dj Amcrika Se kat
meninggal setiap tahrnnya sebagai konsektlensi dari fombosis arterial dan
trombosis vena. Kurang lebih harnpir seimbang tangka tcrjadinya trombosis vena
dalam (.leep vein thraxtbo.rislD\'l'f), pulnonary trontbo-enboli (PTE) atau trombo
emboli paru (TEP), trombosis serebral vaskuler, serangan iskhemi serebral yang
transien, trombosis aflerior coronary, trombosis vaskuler rctinal dan beberapa
1
5
Data di Amerika menunjukkan insidensi tombosis vena dalam (DVT)
mencapai 159 per 100.000 atau sekitar 450 000 kasus pertahun. lnsiden emboli
paru I pulmonary etnboli.llrl 139 per 100 000 atau sekitar 355.000 kasus per tahun'
Didapatkan 94 per 100.000 atau sekitar 240.000 kematian yang diambil dari
dalam otopsi. Sebagai perbandingan data dari kasus-kasus tlombosis arterial,
didapatkan insiden infark miokardial 600 per 100000 atau sekirar 1.500.000
kasus per tahun dan diantam kasus tersebut berakibat fatal 300 per 100 000 atau
2
sekitar 750.000 kasus kematian per tahun
Data tentang trombosis di Indonesia nasih belum dapat mencerminkan
insindensi yang akurat. Aian tetapi kejadian hombosis akan tetap menjadi
problem diagnosis terutama pada fasilitas-fasilitas kesehatan-&umah sakit dengan
fasilitas diagnostik yang kurang memadai oleh karena itu pembahasan trombo\is
vena mengenai faktor faktor risiko dan diagnosis perlu untuk dikemuk0tan
khususnya DVT dan diagnosis dan faktor resiko dari TEP
Pcmhahasan Masalah
Pada banyak kasus DVT/TVD adalah berhubungan dengan sumbatan
aliran darah yang bersifat lokal atau adanya defek pembuluh darah yang
menyebabkan hambatan aliran darah yang biasanya terjadi pada ekstremitas
bawah kemudian di femoral dan vena iliaka di sebelah atas pada vena tungkai
kaki. Walaupun demikian juga dapat diakibatkan oleh penyebab kelainan
sistemik yang menyebabkan menyebabkan pcningkatan resiko trombosis.r Pada
pembahasan ini akan dibahas mengenai beberapa faktor resiko dan diagnosis
TVD/DVT dan TEP/PTE.
Faktor Risiko
Dari Up to Date Vol 12 no .2 tahun 2004 dapat disampaikan suatu
r16
mellitus, ras kolit hitam dan laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk
a
terjadinya trombosis.
Selain faktor yang disebut di atas faktor risiko trombosis dapat dibrgi
25
menjadi dua: Faktor risiko yang diturunkan dan faktor risiko yang didapar.
Fakto| risiko yang diturunkan antara lain adalah faktor-faktor V Leiden' dcfisienri
plasminogen, defisionsi laktor XII, disfibrinogenemia, malfungsi vena
koigenital, defisiensi anti trombin, defisiensi protein C dan S. sedangkan faktor
risiko yang didapat antara lain: trauma dan tindakan bedah, keganasan, kehamilan'
pemakaian terapi honnonal, gagal jantung, perjalanan panjang dcngan pesawat
terbang, hiperhomosisteinemia, antibodi anti-lbsfolipid, hiperviskositas dan
rmobrlrtils,
menjadi trombin. Faktor V Leiden meNpakan mutasi produk gen yang tidak
mudah dipecah oleh protein C aktif(resistensi prctein C aktiO. Akibatnya
terjarlinya trombosis.l
2. Mutasi Faktor II (protrombin) G 20201A
Mutasi pada gen G 20201A pertama ditemukan dari suatu penclitian pada
1996 sejumlah 28 krsus dengan catatan medis mendcrita trombosis vena dan
diantara mereka mempunyai keterkaitan hubungan kekerabatan. Mutasi pada gen
G 20201A ini
akan menyebabkan poningkatan protrombin plasma dan
mengakibatkan kemungkinan untuk terjadinya hombosis dua kali lebih besar
a
dibandingkan populasi normal.
3. Delisicnsi anti trombin III (AT III)
Defisiensi AT Ill adalah merupakan kelainan autosomal dominan dinana
akan terjadi penurunan efektifitas anti koagulan (inhibitor alami) terhadap faktor
X aktif (Xa) dan trombin . Hal ini akan memudahkan untuk te{adinya trombus. "
I l'1
Kadar AT III dapat diukur dengan radioimmunoassay dimana kadar 5070
menunjukkan faktor resiko yang sangrt kuat untuk terjadinya bombosis dan
kadar 60-800/o menunjukkan resiko tromboisis sedang.5
4. Densiensi protin C dan S
anion ini merupakan bagian luar membran sel sehingga sering tetkena injury
berupa iskemia, trauma, toksin, kematian sel alafiiah (apoptosis), pendangan,
inleksi dan interaksi obat.3
Ada 4 jenis AFA yajtu antibodi yang memberikan hasil positif palsu pada
tes serologi ryptili.!, Lupus antikoagulan (LA), anti cardiolipin antibodies (ACA)
e
dan anti 02 glikoprotein I (anti 02 GPI).
ll8
Lupus antikoagulan adalah antibodi langsung terhadap protein plasma
yang mengikat fosfolipid (misalnya protrombin, annexin V). Adanya ikatan LA
2. Hiperhomosistcinmia
konsumsi asam folat. vitamin B6 atau Bl2. K.tdar asam folat dan vitamin Bl2
khususnya merupakan faktor yarg sangat menentukaD terhadap konscnttxri
I t9
folat. Pentingnya asam folat dalam hal patogenesis hiperhomosisteinemi pemah
diteliti pada 1.041 pasien usia lanjut. Penelitian tersebut menemukan dua pertiga
pasien dengan peningkatan kadar homosistein ternyata mempunyai kadar asam
folat dalam plasma di bawah normal. l0
Tingginya kadar homosistein ini dapat memicu teiadtnya vLtculf,ir injury
termasuk penebalan intima, hipertuopi otot pembuluh damh dan akumulasi
trombosit. Kesemua faktor tadi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
lo
trombosis.
3.Imobilisasi
Stasis vena berhubungan dengan bedrcst disertai dengan immobilisasi
merupakan faktor risiko penting terhadap kejadian trombosis vena. Sebuah
penelitian terhadap 101 pasien yang hanya dapat tiduran pada saat dirawat
dilakukan pemeriksaan dengan |2S-fibtinogen uptake test. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan b^hwa l3qo da.ri semua pasien dan 20Vo pasien yang
mondok oleh karena gagal jantung kongestif atair pneumonia mempunyai hasil
a
positif terhadap res tersebut.
4. Perjalanan udara
Masih konhoversial apakah riwayat perjalanan sebelumnya menyebabkan
peningkatan risiko tromboemboli. Sebuah penelitian kasus konfol menemukan
bahwa riwayat perjalanan sebelumnya (rata-rata 5,4 jam) mempunyai kejadian
tromboemboli vena hampir 4 kati lebih besai dibanding control. rr Sebaliknya
sebuah penelitian lain terhadap 788 pasien didapatlan hasil tidak ada peningkatan
hombosis vena setelah perjalanan atau periode perjalanan yang panjang (lebih
l'?
dari 5 jam).
120
6. Usia
Sebuah penelitian melaporkan bahwa angka insidensi tahunan untuk DVT
meningkat dad 17 per 100.000 pada umur 40-49 tahun menjadi 232 per 100.000
pada umur antara 70-79 tahun. Namun beberapa faktor risiko seperti imobilisasi
7. Sindroma nefrotik
Pasien sindroma nefrotik mempunyai peningkatan insidensi tromboemboli
vena maupun arteri, terutama DVT dan vena renalis Kadar AT III dalam plasma
pasien sindroma nefrotik sering menurun oleh karena peningkatan ekskesi AT TTT
lewat udn. Kadar antigenik protein C dan S umumnya meningkat tetapi secara
fi.rngsional aktivitas protein S menurun. Hal ini menunjukkan bahwa hipemktivitas
trcmbosit atau peningkatan viskositas damh secara keseluruhan memheri
a
kontribusi terhadap diatesis trombosis pada pasien sindroma nefrotik.
8. Pembedahan dan trauma
Mekanisme aktivasi sistem koagulasi setelah pembedahan atau trauma
masih belum sepenuhnya diketahui. Kemungkinan hirl ini disebabkan oleh
t2l
t-
II. Diagnosis
l.Anamnesis
Dari riwayat penyakit yang dapat di gali, TVD biasanya terlihat jelas pada
ekstremitas bawah. TVD pada ekstremitas bawah ini seringkali terlihat pertama
kali sebagai msa penuh yang mengganggu pada insersi otot betis bawah.
Pemsaan ini lama kelamaan disertai msa panas dan pembengkakan.
Pembengkakan disertai rasa nyeri. Rasa nyeri bertambah bila dipakai untuk
ra
aktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat.
2. Pemeriksaan Fisik
Akan dijumpai kelemahan mungkin fimbul sepanjang aliran vena yang
terlibat. Disamping itu biasanya juga didapatkan adanya peningkatan turgor
jaringan lunak yang terkena dan distensi vena superficial.rJ
Dijumpai adanya rasa penuh yang mengganggu pada insersi otot beris
bawah.15 Karmel L. Tambunanr6 menyebutkan gejala klinis yang bisa timbul pada
TVD adalah tumor, dolor, kalor, rubor dan fungsiolesa. Hirsh dan I-eerl
menggunakan model klinik seperti terlihat pada tabel I untuk memperkirakan
kemungkinan seseomng terkena TVD. Kemungkinan seseorang terkena TVD bila
skore-nya I atau lebih.Bila skore-nya kurang dari I kemungtinan bukan TVD.
122
Tabel I Clitrical nodel for predicting pretest probability for DVT
123
serial USG vena atau langsung dilakukan venografi. Jika memberikan hasil
positif, diagnosis TVD dapat ditegakkan. Bila hasilnya negatif, diagnosis TVD
disingkirkan.
J
clinical probability
I
J J
low clinical probability Intermediate or high clinical probability
J J
D-dimer test venous ultrasonography
JJ
I
I I I
V v + V
:r
exchde DVT venous USG Dx DVT D-dimer test
positive negative
J J
diagnoseDvT excl.DVT
2 . Pemeriksaan Penunjang
124
mengalami kolaps.l5 Tidak didapatkannya dinding vena yang dapat ditekan
dengan menggunakan probe IJSG sepanjang vena femolal atau popliteal atau
keduanya mcrupakan diagnosis TVD proksimal Pcmeriksaan dengan
ultrasonografi ini mempunyai nilai prediksi yang tinggi pada pasien yang diserrri
dengan keluhan akibat trombosis. Angka sensitivitas dan spcsifisitasnya lebih drri
957o.r7re Sebuah penelitian cololr terhadap 1702 pasien dcngan gejala klini\
suspek TVD, setelah dilakukan pemeriksaan USG komprcsi, 1290 pasien
dinyatakan negatif. Enam bulan kenudian hr:r,ya O,1o/a pasien yang rnenga]ami
komplikasi tromboemboli.re Kelcmahan ultrasonografi kompresi yaitu bil'
trombus pada distal. Angka sensitivitas dan spesifitasnya bcrkisar 60- 70"/'-l?
Karena angka sensitivitas dan spesifitas yang rendah iri maka ser-ing
menghasilkan negatif palsu, sehingga perlu dilanjutkan dengan perneriksaan
venografi.ls
Keterbatasan dari USG kompresi ini adalah tidak dapat mendetck\i
trombus yang tedsolasi pada tena illiaco ata\t vena.lbnoralis superficialis tanpa
mcn!gunakan rh,luctor canll.
l'
2.2. Magnetic Resona ce venoTaphJ (l.trRy )
Pcmeriksaan ini dapat nenentukan secara rinci sistem vena dan dapat juga
memperkirakan usia thrombus MRl ini sangat membantu untuk evaluasj pasien
yang dicurigai mende ta trombosis vena pclvis dan TVD pada ckstremitas atas'
MRV juga merupakan tes pemeriksaan keduajika secara klinis sangat meidukung
ke arah TVD, tctapi hasil pemeriksaan USG komprcsi memberikan hasil ncgative
z.3.Venograli kontras
Pemeriksaan ini bermanfaat jika terdapat ketidakscsuaian ant^ra hasil
pemcriksaan USG kompresi dengan gejala klinis (gejala klinis tidak mcndukung
TVD tetapi hasil USG-nya menddkung atau gejala klinis nengarah ke TVD telcpi
hasil USG tidak mendukung ke arah TVD). Hrl yang perlu dipcrhatikan adalah
125
2.1. Plate let s c intigr.tp h!
Pemeriksaan ini menggunakan htdium oxine labeting dan bermantaat
untuk diagnosis TVD seda untuk evaluasi elek pemberian terapi antikoagulan.li
2.5. PemeriksaanD-dimer
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan objektif pefiama yang dilakukan
pada pasien dengan pertimbangan klinis rendah untuk terkena TVD. D_dimcr jni
akan tordeteksi dalam darah pada kadar diatas 500 lg/ml. Kadar D-dimer akan
meningkat bukan halya pada hombosis akut, tetapi juga pada kondisi waktu
hamil, infeksi atau malignansi.l? Konsentrasi D dimer yang rendah dapar
dipergunakan dengan baik untuk menyingkirkan diagnosis trombosis yang akut
sebaliknya konsentrasi di atas nomal mempunyai potensi untuk terjadi
trombosis vena maupun trombosis arterial. Selama berlangsungnya TVD yang
akut maka konsentasi D-dimer plasma meningkat sangat tinggi bisa sampai 100
20
kelipatan kadar nonnal.
126
B. Diagnosis TVD yang berulang
Pendekatan diagnosis untuk pasien TVD berulang, sama dengan
pendekatan diagnosis TVD yang baru diderita pettama kali 'r Beberapa pu.i.n
ditang lagi dcngan keluhan bengkak dan r0sa sakit pada kaki, warna kulit gclap
atau kehitaman dan sering berkembang menjadi luka pa a naleoli yang disebut
I gejala pasca trombosis Qtost thronfuotic syndrome).t8
tanda yang bersifat sistomik seperti nyeri dada, sesak nafas, naf'as yang cePat
neningkatnya tekanan vcnajugularis , hipotensi sampai dengan syok. sianosis d,n
penurunan kesadaran. Adanya nyeri pleuritik, batuk-batuk, hemoptisis biasanya
menunjukkitn kesan omboli dengan masa yang kecil yang terlebih di bagirn
12'7
Signs or symptoms of suspected recunent DVT
J
clinical probability,CUS'D-dimer
+ V
venography
Serial venous USG
I
I
negative
New nonc'ompressible CUS unchanged
filling defecr
venous segment
I
v V
I
tI
exclude
Diagnose
diagnose
",.",}o"
fecurent DVT recunent DVT recurrent
recunent DVT
DVT
i
I
128
adanya tromboemboli dan Tomografi (CT) scan toraks dengan menggunakan
angiograf kontns standar menghasilkan semsitivitas diagnotik 607..
Ekhokardio$afi sangat membantu untuk menyingkirkan differensial
diagnosis dari kasus-kasus kardiologi. Pada tromboemboli paru dapat dijumpci
komplikasi dekompensata kordis kanan oleh karona disfungsi ventrikel kanan
yang sebelumnya tidak dijumpai.'?r
D. Diagnosis Banding
Diagnosis banding DVT diantaranya adalah :
r29
Hematom
Selulitis
Limpangitis
Limpedema
Edema perifer oleh karena penyakitjantung koogestif, penyakit hati, gagal
l5
ginlal atau sindroma nefrotik.
'l'
il' . Episode trombosis idiopatik pada umur 50 tahun atau kurang.
. Mempunyai riwayat 2 episode atau lebih trombus yang berulang
terutama bila kejadian trombosis tak diprovokasi.
RANGKUMAN
Telah dibahas faktor-faktor risiko dal diagnosis trombosis vena dalam dan
I30
DAFTAR PUSTAKA
l. Bick. Il. L.. 2003. lnlroduction of thnnbosis proficicnt and cost effective
approachces to thrombosis . Hematology Oncol.Clin. W.Am I 7: I -8
ofdccp
2. Silvcrstein, IIcit,.l.A. Mahr, D- M. ct al. 1988. Trends. In lhe incidcncc
vcin thronrbosis and pulmonary embolism I a 25-year population Based
stu.Ly.
3. Linker, C. A.2004. Uypercorglllable statc in: Currcnt Mcdical Diagnosis &
Trcatment. 5l'r' cdition Pp.5l0 5 12.
4. Bauer-. K.A, : l-il, (i. Y. H., 2004. Ovcrvicw ol thc callses of Vcnous
th.onbosis. UpToDrte, vol 12. No.2
5. Ens, G. E. , 1988. Disorder leading to Thrornbosis io Clinical Hernatology,
I'rinciples, I'rocedurc, Conelations 2"d cdition . pp. 675 680.
6. Rodgcrs, G. M., 1999. Thro0rbosis xnd Antithronrbolic Therapy in Wintrobe's
ClinicalHemrtology 10'r' Edition, pp 1133-1767, Williams & Walkins A
Waverly Company
7. Hmdin. R.1.2001. Bleeding and l'hrollllrosis in E. Braunwald K.J.. A.S. Fauci
lsselbacher, J. D. Wilson, J.B. Maftin,, D. L. Kaspcr S.L. Hauser, f).L. Lorlgo
eds Ha(ison's Principles of lntcrnal Meclicire, l5'' ecl McGraw-Hill
Conpenics , New York
8. Grossct, A. B, M. Rodgers, G. M., 1999. Acquired coagulation Disorder-irr :
wintrobe's CJinicalHematology loth Edition, pp 1733-1767, Williarns &
Waikins A Waverly Company
9. Bcrmas, B. L., 200,1- Clinical manifbstation and cliagnosis oI the antiibsfblipid
antibody syndromc. UpToDate. vo1 12, No.2
10. Rosenson, R. S. ; Kang D. S, 2004. Ovcrvicw of Hemocystein. UpToDatc, vol
12. No.2
11. Fcrari, E; Chevallier, J. Chapelir, A: Baudotry, M., 1999. Travel as a risk
Factor lbr Vcnous Thrornbocmbolic Disease : A Casc Contrc Study, Chest,
1 I5: ,140 ,149.
l3l
18. Tambunan, K. L., 2002. Deteksi dan Tata Laksana Trombosis vena Dalam ,
dalam Penatalaksanaan Kedanmtan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam II 2002,
Hal 28-33. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian IPD FK-UI Jakarta.
19. Gmnt, B.J.B. 2002. Diagnosis of Suspected Deep Vein Thrombosis of The
Lower Extremity. UpToDate, vol 11, No. 2, ppl-8,
20. Cushman M, Falson A. R. Wang, L . et al. Fibrin fragmen D-dimer and the
risk of ifibril venous thrombosis, Blood. 1O1: 1243-1248.
21. Goldhaber, S. z, 20OL Pulmonary thromboembolism in A.S. Fauci, E.
Braunwald K.J. Isselbacher, J. D. Wilson, J.B. Martin,, D. L, Kasper S.L.
Hauser, D.L. Longo eds Hanison's Principles of Intemal Medicine, 15'h
McGmw-Hill Compenies , New York, Vol. I, pp. 1508-1513
22. Ire, R; Frenkel, E. P, 2003. Hyperhomocysteinemia and trombosis. Hematol.
Oncol. Clin. N. Am 17'35-102.
132