Anda di halaman 1dari 18

TROMBOSITOSIS ESENSIAL

I. PENDAHULUAN
Trombosit dihasilkan di sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma
pada megakariosit, salah satu sel terbesar dalam sumsum tulang. Prekursor
magakariosit, yaitu megakarioblas berasal dari proses diferensiasi dari sel punca
hemopoietik. Tiap megakariosit menghasilkan sekitar 1000-5000 trombosit.
Jumlah trombosit normal adalah sekitar 150.000-450.000/mm3.1

Gambar 1. Megakaripoiesis
(Sumber :Thrombocytosis. In Wintrobe’s Clinical Hematology)

Trombositosis adalah peningkatan jumlah trombosit lebih dari normal


(>450.000/mm3). Trombositosis dapat bersifat primer (trombositosis esensial) dan
sekunder (trombositosis reaktif)2,3.

Tombositosis esensial merupakan anggota dari kelompok penyakit


mieloproliferatif dengan ciri proliferasi megakariosit terus-menerus yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah trombosit di dalam darah. Nama
lain dari trombositosis esensial adalah trombositemia primer, trombositemia
idiopatik, dan trombositemia esensial. Trombositosis esensial sering ditemukan
secara tidak sengaja pada pemeriksaan hematologi pada penderita yang

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 1


asimptomatis, gangguan ini bersifat permanen dan umumnya terjadi peningkatan
1,2
jumlah trombosit perlahan-lahan
Trombositosis esensial pertama kali dideskripsikan oleh Epstein dan
Goedel pada tahun 1934 dengan menggunakan istilah trombositemia hemoragik
untuk menjelaskan suatu gangguan dengan ciri peningkatan jumlah trombosit
lebih dari tiga kali nilai normal, hiperplasia megakariosit, kecenderungan
3,4
trombosis vena dan perdarahan spontan. Dameshek, pada tahun 1951
mendeskripsikan trombositosis esensial termasuk dalam kategori penyakit
mieloproliferatif bersama leukemia mieloid kronik (CML), polisitemia vera (PV),
dan mielofibrosis idiopatik kronik (CIMF).4,5
II. EPIDEMIOLOGI
Insiden trombositosis esensial di negara barat diperkirakan 1-2 per 100.000
penduduk per tahun. Sebagian besar kasus berumur 50-60 tahun, hampir sama
pada laki-laki maupun perempuan. Jumlah insiden tahunan menunjukkan
peningkatan yang bermakna dari 0.69 menjadi 4.35 pasien/100.000 penduduk dari
tahun 1983 ke tahun 1999 di kote Goteborg, Swedia. Insiden trombositosis
esensial pada anak jarang terjadi dan diperkirakan 60 kali lebih rendah
2,6
dibandingkan insiden trombositosis esensial pada dewasa.
III. ETIOLOGI
Penyebab pasti trombositosis esensial masih belum diketahui. Analisis
klonal menunjukkan kelainan hematopoiesis klonal hanya ditemukan pada dua
pertiga pasien. Faktor risiko rendah yang berhubungan dengan penyakit ini adalah
paparan terhadap radiasi sinar radon dan gamma, batu vulkanik, petani, pekerjaan
yang berhubungan dengan listrik dan pembuatan sepatu, dan cat rambut dalam
7,8
waktu lama.

IV. PATOGENESIS
Megakariositopoiesis dan produksi trombosit bergantung pada
trombopoietin (Tpo) dan reseptornya (Myeloproliferative Leukemia Virus

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 2


Oncogen/MPL). Progenitor megakariosit juga membutuhkan interleukin-3(IL-3)
dan stem cell factor untuk optimalisasi proliferasi selain trombopoietin.
Perkembangan megakariosit selanjutnya juga dibantu oleh chemokine stromal
cell-derived factor 1 (SDF-1), namun maturasi dan diferensiasinya membutuhkan
trombopoietin9.
Trombopoietin (Tpo) diproduksi di hati dan ginjal, yang berperan
meningkatkan proliferasi dari sel target dan meningkatkan reaktivitas produk
akhirnya, yaitu tormbosit. Trombopoietin juga meningkatkan survival dari
multipotent hematopoietic stem cell.Kadar Tpo bebas di sirkulasi normalnya
diatur oleh pengikatannya dengan reseptor pada permukaan trombositdan
megakariosit. Jumlah trombosit yang menurun mengakibatkan peningkatan
jumlah Tpo bebas untuk meningkatkan diferensiasi dan proliferasi megakariosit
sehingga terjadi pemulihan jumlah trombosit, sebaliknya peningkatan jumlah
trombosit mengakibatkan penurunan jumlah Tpo bebas disirkulasi.10

Gambar 2. Pengaturan kadar Tpo plasma


(Sumber: SchumacherHR,RockWA,StassSA.HandbookofHematologicPathology)

Gangguan pengikatan trombopoetin terhadap MPL di megakariosit


mengakibatkan peningkatan kadar Tpo bebas di plasma. Megakariosit menjadi
hipersensitif terhadap aksi trombopoetin walaupun MPL berkurang yang akhirnya
menyebabkan peningkatan megakariositopoiesis dan produksi trombosit.8

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 3


Mutasi somatik tunggal protein kinase JAK2 diduga berperan pada kasus
trombositosis esensial. Janus tyrosine kinase 2 (JAK2) berperan dalam sinyal
yang dibutuhkan untuk hematopoiesis, termasuk produksi interleukin (IL)-3,
eritropoietin, granulocyte – colony stimulating factor, dan trombopoietin. Mutasi
titik V617F pada gen JAK2 (JAK2V617F) mengakibatkan aktivasi tirosin kinase
dalam JAK2. Mutasi JAK2V617F ditemukan pada 50% pasien trombositosis
esensial, namun mutasi ini juga ditemukan pada penyakit mieloproliferatif
lainnya.1,7

Gambar 3. Jalur transduksi sinyal JAK2


(Sumber: Molecular Basis of the Diagnosis and Treatment of Polycythemia Vera and
Essential Thrombocythemia)

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 4


Gambar 4.Aktivasi berlebihan pada rantai Janus Kinase
(Sumber: Thombocytosis and Essential Thrombocythemia
In: Williams hematology)

Mutasi yang juga berhubungan dengan trombositosis esensial yaitu


mutasiMPLW515L/Kyang merupakan mutasi pada MPL pada ekson 10 dapat

ditemukan pada 4% pasien trombositosis esensial.4 MPL terletak pada kromosom


1p34 dan mengkode reseptor trombopoietin. Ekspresi gen tersebut menghasilkan
proliferasi sel-sel hematopoietik dan berakhir pada aktivasi sinyal JAK.11
Diduga asal kelainan TE adalah dari sel hematopoietik multipotensial,
tetapi perubahan fenotipik dominan terjadi hanya pada jalur megakariosit dan
trombosit. Mekanisme mengapa terjadinya ekspresi fenotipe dominan tidak
diketahui dengan pasti, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perbedaan
respon klon hematopoietik abnormal terhadap faktor-faktor regulator yang
cenderung berdiferensiasi menjadi jalur megakariosit-trombosit dan kemungkinan
disebabkan juga terjadinya mutasi pada sel multipotensial tertentu yang hanya
dapat berdiferensiasi terbatas terutama menjadi trombosit
Peristiwa patofisiologi yang dapat timbul pada pasien trombositosis
1
esensial, yaitu:
1. Perubahan endovaskular pada pasien dengan erythromelalgia meliputi
penebalan dinding vaskular disertai penyempitan lumen vaskular yang
disebabkan oleh proliferasi ototpolos
2. Perubahan struktur dan fungsi trombosit,
3. Terdapat hubungan terbalik antara peningkatan jumlah trombosit
dengan kadar faktor von Willebrand multimer. Beberapa pasien dengan
9
jumlah trombosit > 1000 x 10 /L dapat mengalami diatesis hemoragik
akibat sindrom von Willebrand yang didapat dan berhubungan dengan
8,9
derajat trombosis serta membaik sesuai penurunan jumlahtrombosit.
V. DIAGNOSIS
Diagnosis trombositosis esensial ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, pemeriksaan laboratorium.

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 5


A. Anamnesis
Gejala yang timbul pada penderita trombositosis esensial cukup bervariasi.
Penderita trombositosis esensial memiliki gejala asimptomatis dan terdeteksi
saat melakukan pemeriksaan rutin. Gejala yang timbul berkaitan dengan
adanya trombosis di pembuluh darah baik di pembuluh darah besar atau
pembuluh darah kecil atau adanya perdarahan. Penderita trombositosis
esensial juga dapat mengalami komplikasi neurologis yang berupa nyeri
kepala, tinnitus, parestesi ekstremitas, transient ischemic attack, disartri,
hemiparese motorik, skotoma, vertigo, pingsan, dan kejang yang merupakan
akibat dari iskemia yang dimediasi oleh trombosit dan trombosis pada
pembuluh darah arteri kecil. Nyeri pada ujung jari dan erythromelalgia klasik
juga dapat ditemukan ada penderita trombositosis esensial. Erythromelalgia
merupakan sindrom yang ditandai dengan kemerahan, nyeri seperti terbakar
pada ekstremitas, kongesti pembuluh darah pada ekstremitas yang bengkak
akibat peradangan arteriolar yang dimediasi oleh trombosit dan penyumbatan
pembuluh darah oleh trombosis yang menyebabkan acrocyanosis dan
2,12
gangren.

B. Pemeriksaan Fisis

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 6


Penderita trombositosis esensial dapat mengalami episode perdarahan dan
trombosis. Perdarahan terutama terjadi pada traktus gastrointestinal atau kulit.
Mata, traktus urinarius, gusi, soket gigi (setelah ekstraksi gigi), juga
merupakan lokasi perdarahan yang sering didapatkan. Trombosis dapat terjadi
di vena dan arteri, di pembuluh darah besar atau pembuluh darah kecil. Pada

pemeriksaan fisis juga dapat ditemukan erythromelalgia di ujung jari.


Splenomegali ditemukan pada 25%-40% pasien, umumnya ringan hingga
sedang dan tidak progresif5,13. Hepatomegali ditemukan pada 20%kasus14.
Gambar 5. Gangren digiti I dan II pada penderita
(Sumber: Provan D. ABC of Clinical Haematology)

C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Darah Rutin
9
Jumlah trombosit sering di atas 1000 x 10 /L. Pasien dapat mengalami
anemia ringan, biasanya normositik namun dapat menjadi mikrositik
hipokrom jika terjadi defisiensi besi akibat perdarahan kronik.
Leukositosis (< 20.000/µL, jarang di atas 30.000/µL), eosinophilia ringan
(> 400/mm3) dan basofilia ringan (>100/mm3) ditemukan lebih dari
sepertiga pasien..2,13,14,16
2. Pemeriksaan Hemostasis
Waktu perdarahan memanjang pada 10-20% pasien trombositosis
2,7
esensial dan kadar Von Willebrand factor dalam batas normal.

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 7


3. Apusan darah tepi menunjukkan anisositosis trombosit dengan fragmen
megakariosit. Autoinfarction dari spleen menyebabkan perubahan di
16
eritrosit berupa sel target dan Howell-JollyBodies.

Gambar 6. Gambaran darah tepi trombositosis esensial


(Sumber:Thrombocytosis and Essential
ThrombocythemiaWintrobe’sClinicalHematolog)

4. Neutrophile Alkaline Phosphatase (ALP) score dapat normal atau


meningkat16
5. Aspirasi sumsum tulang menunjukkan gambaran hiperselular dengan
16
peningkatan jumlah megakariosit, seringkali dalam bentuk aggregasi.
Megakariosit membesar dengan inti hiperlobulated dan cenderung
membentuk klaster dalam kelompok-kelompok kecil sepanjang sinus
merupakan ciri khas trombositosis esensial. Biopsi susmsum tulang
menunjukkan adanya peningkatan retikulin, tanpa disertai fibrosis oleh
2
jaringan kolagen.

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 8


Gambar 7. (A) Megakariosit matur besar dengan hiperlobulasi pada trombositosis
esensial: (B) Megakariosit matur normal
(Sumber: Wintrobe’s Clinical Hematology)

Gambar 8. Gambaran Biopsi Sumsum Tulang Trombositosis Esensial


(Sumber:Thrombocytosis and Essential Thrombocythemia Wintrobe’s Clinical
Hematology)

6. Pemeriksaan agregasi trombosit menunjukkan adanya gangguan fungsi


trombosit, dapat membantu untuk membedakan trombostosis esensial
16
dengan trombositosis reaktif.
7. Pemeriksaan kimia darah
Asam urat serum dapat meningkat. Terjadi peningkatan palsu kadar
kalium dan fosfor serum sedangkan kadar feritin serum normal.13,16

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 9


8. Pemeriksaan imunologi
Kadar CRP normal sedangkan kadar trombopoietin dapat normal atau
5,18
meningkat.
9. Pemeriksaan molecular
Tidak ditemukan kromosom Philadelphia atau gen BCR-ABL. Mutasi
JAK2V617F dapat ditemukan pada 50% pasien sedangkan mutasi MPL
ditemukan pada 4% pasien.4
Diagnosis trombositosis esensial mengikuti kriteria WHO (2008) atau
yang dimodifikasi oleh The British Committee for Standards in Haematology
(BCSH) tahun 2010 (Tabel1).

Tabel 1. Kriteria diagnostik Trombositosis Esensial 4


WHO 2008 BCSH 2010
Harus memenuhi seluruh kriteria (A1-A4) Dibutuhkan A1+A2 atau A1+A3-A5
A1:Jumlah trombosit menetap >450x109/L A1:Jumlah trombosit menetap >450x109/L
A2: Spesimen biopsi sumsum tulang A2: Ditemukan mutasi patogenik (JAK2 atau
menunjukkan proliferasi terutama jalur MPL)
megakariosit dengan peningkatan jumlah
megakariosit besar dan matur; tidak ada
peningkatan bermakna atau pergeseran kekiri
granulopoiesis atau eritropoiesis
A3: Tidak memenuhi kriteria WHO untuk A3: Tidak ditemukan keganasan mieloid
Polisitemia Vera, Mielofibrosis Primer, CML, lain, khususnya polisitemia vera,
MDS atau keganasan myeloid lainnya mielofibrosis, leukemia mieloid kronik,atau
sindrom mielodisplasia
A4: Ditemukan mutasi patogenik (JAK2 atau A4:Tidak ditemukan penyebab trombositosis
MPL) dan penyimpanan besi normal

A5:Gambaran aspirasi sumsum tulang dan


biopsi trephine menunjukkan peningkatan
jumlah megakariosit, predominan berukuran
besar dengan hiperlobulasi inti dan
sitoplasma berlebihan; umumnya serat
retikulin tidak meningkat

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 10


VIII. DIAGNOSIS BANDING
Trombositosis esensial dapat didiagnosa banding dengan
pseudotrombositosis dan trombositosis reaktif.
Tabel 2. Diagnosis Banding trombositosis esensial 2,3,19
Pseudotrombositosis Trombositosis Trombositosis
Reaktif Esensial
Penyakit yang mendasari + + -

Trombosis atau ± ± +
Perdarahan

Splenomegali ± - +

Hematopoiesis klonal - - +

Peningkatan trombosit - - +
kronik

Kluster megakariosit - - +
di sumsum tulang

Kelainan molekuler ± - +

VII. TERAPI
Prinsip terapi adalah mengendalikan jumlah trombosit sehingga dapat
menurunkan risiko trombosis. Pasien umur di bawah 40 tahun tidak memerlukan
terapi. Pasien digolongkan ke dalam risiko rendah, risiko sedang, dan risiko
tinggi.
Faktor risiko meliputi:
a. Ada riwayat komplikasi tromboemboli atau perdarahan berat,
b. Umur lebih dari 60 tahun
9
c. Jumlah trombosit diatas 1500 x 10 /L.

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 11


Pasien digolongkan ke dalam risiko rendahjika:
a. Berumur kurang dari 40 tahun,
b. Asimtomatik,
9
c. Jumlah trombosit < 1000x 10 /L.
Pada digolongkan ke dalam risiko sedang jika :
a. Umur kurang dari 60 tahun,
9
b. Jumlah trombosit 1000-1500 x 10 /L,dan
c. Asimtomatik atau ada gangguan mikrovaskuler ringan (ada faktor risiko
kardiovaskuler).
Pasien digolongkan ke dalam risiko tinggi jika:
a. Umur lebih dari 60 tahun,
b. Ada riwayat tromboemboli atau komplikasi perdarahan,
9 7,20
c. Jumlah trombosit > 1500 x10 /L.
9
Terapi definitif dimulai jika jumlah trombosit >1000x10 /L dan timbul
komplikasi trombosis/perdarahan. Terapi definitif mencakup:
1. Mielosupresi menggunakan hydroxyurea, anagrelide, atau interferon-α
untuk menurunkan jumlah trombosit. Hydroxyurea merupakan terapi yang
paling umum digunakan. α-interferon juga dapat digunakan pada pasien
yang lebih muda namun memiliki efek samping yang lebih banyak.
Anagrelide efektif menurunkan jumlah trombosit tapi juga memiliki efek
samping yang lebih banyak, khususnya pada sistem kardiovaskular, jika
dibandingkan dengan hydroxyurea.
2. Terapi antiplatelet misalnya aspirin, dipyridamole, ticlopidine. Aspirin
digunakan secara umum untuk menurunkan risiko trombosis dan merupakan
terapi pilihan pada pasien yang berumur kurang dari 60 tahun tanpa riwayat

trombosis atau perdarahan dengan jumlah trombosit < 1000 x 109/L.Terapi


antiplatelet meningkatkan risiko perdarahan jika digunakan bersama-sama
terapi mielosupresi.

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 12


Tabel 3. Kelebihan dan kekurangan terapi pada trombositosis esensial7
Aspirin Hydroxyure Interferon- Anagrelide
a α
Reduksi - + + +
trombosit
Penurunan (+) + + +
kejadian
tromboemboli
Risiko + - - (+)
perdarahan
Efek samping (+) + ++ +
Keterangan: (-): tidak ada, (+): sedang, +: baik atau meningkat, ++:
tinggiatau sering
3. Platelet-pheresis/thrombocytopheresis diindikasikan untuk pasien dengan
masalah hemostasis yang mengancam jiwa, berguna untuk terapi jangka
pendek.13,20
4. Inhibitor JAK saat ini dipertimbangkan sebagai terapi untuk gangguan
mieloproliferatif dan sejumlah obat anti-JAK2 sudah masuk fase clinical trial,
misalnya JAK2 selective ATP-mimetics (TG101209, TG101348, INCB018424,
XL019) dan yang bekerja pada target yang lain namun berpotensi sebagai
inhibitor JAK2 misalnya inhibitor histone deacetylase ITF2357. TG101209
merupakan inhibitor JAK2 dalam bentuk per oral bekerja dengan cara
menginduksi apoptosis dan menghambat secara selektif pertumbuhan koloni
sel yang positif mengalami mutasi JAK2V617F. Studi menggunakan
INCB018424 (Roxulitinib®) pada 39 pasien trombositosis esensial, didapatkan
penurunan gejala dan ukuran splenomegali.4,21

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 13


Gambar 7. Rekomendasi terapi berdasarkan stratifikasi risikotrombositosis
esensial(Sumber: Essential Thrombocythemia-Clinical Significance, Diagnosis, and
Treatment)
VII. KOMPLIKASI
Jumlah trombosit yang tinggi dapat menyebabkan komplikasi berupa stasis
intravascular dan thrombosis namun pada beberapa pasien dapat terjadi
9
perdarahan.
VIII. PROGNOSIS
Perjalanan penyakit umumnya stabil selama 10-20 tahun atau lebih.
Trombositosis esensial dapat berubah menjadi mielofibrosis setelah beberapa
tahun, risiko perubahan menjadi relatif rendah (<5%). Penderita dengan
komplikasi trombosis vena abdominalis berisiko tinggi mengalami survival yang
buruk akibat gagal hati atau adanya perubahan trombositosis esensial menjadi
2
mielofibrosis.

IX. RINGKASAN

Tombositosis esensial merupakan anggota dari kelompok penyakit


mieloproliferatif dengan ciri proliferasi megakariosit terus-menerus yang
mengakibatkan peningkatan jumlah trombosit di darah. Insiden trombositosis

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 14


esensial di negara barat diperkirakan 1-2 per 100.000 penduduk per tahun,
umumnya berumur 50-60 tahun. Penyebab pasti trombositosis esensial masih
belum diketahui. Trombopoietin (Tpo) berperan meningkatkan proliferasi dari sel
target dan meningkatkan reaktifitas produk akhirnya yaitu trombosit. Kadar Tpo
bebas di sirkulasi normalnya diatur oleh pengikatannya dengan reseptor pada
permukaan trombosit dan megakariosit. Gangguan pengikatan trombopoetin
terhadap reseptor trombopoietin (MPL) di megakariosit mengakibatkan
peningkatan kadar Tpo bebas di plasma. Mutasi JAK2V617F mengakibatkan
aktivasi tirosin kinase dalam JAK2.
Penderita trombositosis esensial sebagian besar asimptomatis dan hanya
terdeteksi saat melakukan pemeriksaan rutin. Gejala yang timbul berkaitan
dengan adanya trombosis di pembuluh darah atau adanya perdarahan.
Pemeriksaan fisis dapat ditemukan perdarahan dan trombosis, splenomegali dan
hepatomegali. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis trombositosis esensial yaitu hematologi (darah rutin, hemostasis,
apusan darah tepi, NAP score, aspirasi sumsum tulang, fungsi trombosit), kimia
klinik, imunologi, dan molekuler.

Diagnosis trombositosis esensial mengikuti kriteria WHO (2008) atau


kriteria BCSH tahun 2010. Trombositosis esensial didiagnosis banding dengan
pseudotrombositosis dan trombositosis reaktif. Prinsip terapi adalah
mengendalikan jumlah trombosit sehingga menurunkan risiko trombosis. Jumlah
trombosit yang tinggi dapat menyebabkan komplikasi berupa stasis intravaskular
dan trombosis namun pada beberapa pasien dapat terjadi perdarahan. Perjalanan
penyakit umumnya stabil selama 10-20 tahun atau lebih.

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 15


X. ALGORITMA

Pasien suspek
trombositosis
esensial

Darah rutin Trombosit < 450 x 109/L

Trombosit ≥ 450 x 109/L Bukan trombositosis


esensial

Apusan darah tepi

Ada fragmen Tidak ada fragmen


eritrosit atau leukosit eritrosit atau
leukosit

Pseudothrombocytosis Ada penyakit yang Tidak ada penyakit


mendasari yang mendasari

Trombositosis
reaktif Aspirasi
sumsum tulang
JAK2V617F MPL

Ada proliferasi megakariosit Tidak ada proliferasi megakariosit


JAK2617F +/-
JAK2V617F +/–
MPL +
MPL -

Trombositosis Pertimbangkan
esensial penyakit lain

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 16


DAFTAR PUSTAKA

1. Wahid I. Trombositosis Esensial. Dalam: Sudoyo AW, Simadibrata M,


Setiyohadi B, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed. 6. Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. 2006:1220-4
2. Finazzi G, Xu M, Barbui T, Hoffman R. Essential Thrombocythemia. In:
Hoffman R, Benz EJ, Shattil SJ, et al. Hematology Basic Principles and

Practice. 5th ed. Churchill Livingstone. Philadelphia.2009

3. Greer JP, Foerster J, Lukens JN. Wintrobe’s Clinical Hematology 11th ed.
2004: 1307-17.
4. Harrison C, Okoli S. Emerging Treatments for Essential Thrombocythemia.
Journal of Blood Medicine. 2011;2:151-159.
5. Sanchez S, Ewton A. Essential Thrombocythemia: A Review of Diagnostic
and Pathologic Features. Archives of Pathology & Laboratory Medicine.
2006;130(8):1144-1150.
6. Bakta IM. Hematologi Klinik Ringkas. EGC.Jakarta.2013;229-230.

7. Griesshammer M, Lengfelder E, Döhner K, et al. Essential


Thrombocythemia-Clinical Significance, Diagnosis, and Treatment. Dtsch
Arztebl. 2007;104(34-35):2341-6.
8. Rodgers GM, Means RT. Thrombocytosis and Essential Thrombocythemia.
In:Greer JP, Arber DA, Glader B, et al. Wintrobe’s Clinical

Hematology13thed. Lippincott Williams & Wilkins. New York. 2013: 2593-


2602.
9. Spivak JL. Polycythemia Vera and Other Myeloproliferative Disease. In:
Longo DL. Harrison’s Hematology and Oncology. McGraw Hill Medical.
New York. 2010:161-3.
10. Schafer AI. Molecular Basis of the Diagnosis and Treatment of Polycythemia
Vera and Essential Thrombocythemia. Blood. 2006;107(11):4214-4222.

11. Sonbol MB, Firwana B, Zarzour A, et al. Comprehensive Review of JAK

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 17


inhibitors in Myeloproliferative Neoplasms. Ther Adv Hematol. 2013; 4(1):
15–35.
12. Tefferi A, Barbui T. Polycythemia Vera and essential thrombocythemia:
2015 update on diagnosis, risk-stratification and management. Am. J.
Hematol. 2015;90(2):163-173.
13. Schumacher HR, Rock WA, Stass SA. Handbook of Hematologic Pathology.
Marcel Dekker, Inc. New York. 2000:267-273.
14. CieslaB. Hematologyin Practice. F.A.Davis Company. Philadelphia.2007:
196-200.

15. Provan D. ABC of Clinical Haematology. 2nd ed. BMJ Books. London.2003.

16. Mehta AB, Hoffbrand AV. Haematology at a Glance. Blackwell Science.


London. 2000:74-6.
17. Pathpedia Global Online Pathology Resource. Essential thrombocythemia.
Available from:www.pathpedia.com. Accessed on Jan 8,2018.
18. Lal A. Essential Thrombocytosis. Available from:www.medscape.com.
Accessed on Jan 26,2018.
19. Bleeker JS, Hogan WJ. Review Article Thrombocytosis: Diagnostic
Evaluation, Thrombotic Risk Stratification, and Risk-Based Management
Strategies. Hindawi Publishing Corporation. 2011:1-16.
20. Tefferi A. Esential thrombocythemia, polycythemia vera, and myelofibrosis:
Current management and the prospect of targeted therapy. Am. J. Hematol.
2008;83:491-7.
21. Hoffbrand AV, Moss PAH, Petit JE. Myeloproliferative Disorders. In:
Essential Haematology. 5th ed. Blackwell Publishing.USA.2006:237-238.

REFERAT HEMATOLOGI : TROMBOSITOSIS ESENSIAL 18

Anda mungkin juga menyukai