Anda di halaman 1dari 31

REMAJA DAN STUNTING... ADA APA?

RODMAN TARIGAN
DIVISI TUMBUH KEMBANG PEDIATRI SOSIAL
DEPARTEMEN/KSM ILMU KESEHATAN ANAK
FK UNPAD/RS HASAN SADIKIN
SATGAS REMAJA IDAI

SUPER CAMP, KARAWANG 8 DESEMBER 2018


Remaja Abad ke-20
PENDAHULUAN

Menurut WHO : sekitar 1,8 milyar


penduduk dunia adalah remaja

Sekitar 50% berada di negara sedang


berkembang.

Kemenkes(2006 )jumlah remaja 10-19 tahun sekitar 43 juta


Tahun 2008 62 juta
Tahun 2013 66 juta (25% dari 255 juta penduduk}
Tahun 2017 66,3 juta
Demografi
Data Rawat Inap tahun 2010 di RS Hasan Sadikin
Persentase

11%

Remaja
Non-Remaja
Pendahuluan Remaja :
•Bukan anak, bukan dewasa
•Masa transisi antara masa anak dan dewasa

Terjadi perubahan fisik, psikologik


dan kognitif

Masa penuh paradoks, secara biologis


dapat menjadi ayah atau ibu tapi belum
dewasa
Pendahuluan
Pada masa remaja:
• Perubahan biologis, psikologis, sosial
• Pematangan fisik >> kejiwaan (psikososial)
• Remaja  bukan anak kecil, belum dewasa
Membutuhkan bantuan, dukungan
serta perlindungan orang-tuanya
Bebas dan mandiri, lepas
dari pengaruh orang-tua,
Definisi
Anak –> seseorang yang terbentuk sejak UU No. 23 Th 2002: anak adalah seseorang yang
masa konsepsi sampai akhir masa belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
remaja berada dalam kandungan

Undang Undang RI No 35 tahun 2014


Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014

Remaja adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun

•Remaja adalah bila anak telah mencapai umur 10-


WHO 19 tahun
Tahapan Remaja
Remaja awal/dini (early adolescence)

• UMUR 10-13 TAHUN

Remaja pertengahan (Middle adolescence)

• 14-16 tahun TAHUN

Remaja lanjut (Late adolescence)

• Umur 17-19 TAHUN


TAHAP PERKEMBANGAN REMAJA
Awal 10-13 tahun Menengah 14-16 tahun Lanjutan 17-19 tahun
Pertumbuhan tubuh  Karakteristik seksual sekunder  Karakteristik seksual sekunder  Dewasa secara fisik
muncul lanjut
 Pertumbuhan yang cepat  Petumbuhan melambat
mencapai puncak  Mencapai 95% pertumbuhan
dewasa
Pertumbuhan otak  Pertumbuhan otak terjadi
(korteks prefrontal)  Pengaruh terhadap sosial dan
kemampuan menyelesaikan
masalah
Kognisi (kemampuan  Menggunakan pemikiran  Berpikir lebih abstrak (teoritis) tapi  Hampir seluruh pemikiran adalah
untuk mendapatkan konkret (disini dan saat ini) kembali ke pemikiran konkret saat abstrak
pengetahuan dengan  Tidak mengerti bahwa tindakan sedang di bawah tekanan  Merencanakan masa depan
cara berpikir yang saat ini berpengaruh terhadap  Pengertian lebih baik mengenai  Mengerti bagaimana pilihan dan
berbeda-beda) masa depan tindakan sendiri keputusan memengaruhi masa depan
 Sangat egois
Psikologi dan sosial  Menghabiskan banyak waktu  Membentuk citra tubuh  Merencanakan dan menjalankan
memikirkan tentang perubahan  Memikirkan tentang hal yang tidak tujuan jangka jauh
tubuh yang cepat dan citra mungkin dan tidak dapat  Nyaman dengan citra tubuh
tubuh (bagaimana orang lain dijalankan  Mengerti benar dan salah (secara
melihat tubuh mereka)  Merasa sangat kuat etika dan moral)
 Perubahan mood  Mencoba seks, obat-obatan,
teman, dan risiko
Keluarga  Kesulitan dalam peraturan  Berargumen dengan orang-orang  Berubah dari hubungan anak-
mengenai ketergantungan dan yang berwenang orangtua menjadi hubungan sesama
kemandirian dewasa yang setara
 Berargumen dan tidak patuh
Teman sebaya  Penting bagi perkembangan  Pertemanan yang kuat  Keputusan / nilai kurang dipengaruhi
 Hubungan intens dengan  Kelompok pertemanan menjadi oleh teman sebaya untuk
teman sesama jenis sangat penting menentukan persahabatan individu
 Berhubungan dengan teman perilaku  Pemilihan pasangan berdasarkan
lawan jenis pilihan sendiri dibandingkan dengan
apa yang orang lain pikirkan

Seksualitas Eksplorasi dan evaluasi pribadi Membentuk hubungan yang stabil Hubungan seksual mutual dan seimbang
APA YANG HARUS DIKETAHUI REMAJA
TENTANG PERAWAKAN PENDEK
(STUNTING)
PENDAHULUAN

Lebih baik dari


Prevalensi Menempati
perwakan peringkat ke 5 -India
pendek di dunia jumlah -Tiongkok
Indonesia anak pendek -Nigeria
30-39 % terbanyak
-Pakistan
-Tumbuh
menjadi
dewasa yang
-Prestasi kurang
pendidikan pendidikan,
Anak menurun miskin, kurang
Pendek --Pendapatan sehat
rendah -Prediktor
buruknya
kualitas sumber
daya manusia
PENDAHULUAN
DEFINISI

Panjang badan/usia atau


tinggi badan/usia Z score
di bawah -2 SD
(WHO Growth Chart
Standard)
Prevalensi pendek antar beberapa
negara ASEAN
Prevalensi pendek remaja 13-15 tahun
menurut provinsi, Indonesia 2013

Riskesdas 2013
Prevalensi pendek anak umur 5-12 tahun
menurut provinsi,Indonesia 2013

Riskesdas 2013
FAKTOR DETERMINAN
PENDEK (RISKESDAS 2013)
Lingkungan
Kondisi ibu Asupan Kalori Sanitasi dan
saat hamil saat hamil penyediaan air
bersih

Pelayanan Kesehatan
Perilaku
Kesehatan Reproduksi

Status Status
ekonomi Pendidikan
SINDROM PERAWAKAN PENDEK

Prendergast AJ, Humphrey


JH. The Stunting Syndrome in
Developing Countries.
Paediatrics and International
Child Health. 2014;34(4):250-
Prevalensi pendek anak umur 5-
18 tahun, Indonesia 2013

Riskesdas 2013
Tatalaksana
Ibu hamil 700 hari
(300 hari pertama (2 th ) Usia sekolah
pertama) Balita

Remaja usia 13- Remaja usia 16-


Usia kerja
15 tahun 18 tahun

Usia lanjut

Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et al. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Sudomo M, editor. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan; 2015.
Ibu hamil
• Mengikuti program Keluarga Berencana
• IMD dan ASI eksklusif
• Deteksi dini penyakit menular dan tidak menular
• Persalinan ditolong nakes di fasilitas kesehatan
• Kualitas pemeriksaan ibu hamil
• Program pemberian paket makanan TKPM (tinggi
kalori protein dan mikronutrien)
• Menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
• Intervensi 1000 hari pertama kehidupan
Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et al. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Sudomo M, editor. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan; 2015.
Balita
• Pemantauan pertumbuhan balita
• Intervensi 1000 hari pertama kehidupan
• Pemberian makanan tambahan pada balita
• Stimulasi dini perkembangan anak
• Menjadi peserta JKN
• Pelayanan kesehatan yang optimal

Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et al. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Sudomo M, editor. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan; 2015.
Usia sekolah
Wajib belajar ditingkatkan dari 9 tahun menjadi 12 tahun

Hari dan jam belajar dibuat menjadi 5 hari/minggu, 7 jam/hari

Program perbaikan gizi sekolah

Pendidikan rohani dan budi pekerti

Pendidikan kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat

Menyediakan air minum dan cuci tangan yang cuckup disekolah

Penyediaan jamban yang sehat dan mencukupi

Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et al. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Sudomo M, editor. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan; 2015.
Usia sekolah
Penyediaan tempat
Pendidikan kesehatan
sampah dan pembuangan
(intra dan ekstrakurikuler)
air limbah

Sekolah dengan kawasan


Sekolah bebas narkoba
bebas rokok

Pelayanan kesehatan Sekolah bebas dari


disekolah tindakan bullying

Upaya kesehatan sekolah


Kerjasama dengan BPJS
menjadi upaya kesehatan
kesehatan
wajib puskesmas

Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et al. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Sudomo M, editor. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan; 2015.
Remaja usia 13-15 tahun
Perilaku bersih dan sehat khususnya tidak
merokok, bebas narkoba, bebas minuman keras

Perilaku makan dengan gizi seimbang

Aktivitas fisik yang cukup

Mulai memperkenalkan kesehatan reproduksi

Kesadaran berlalu lintas yang baik dan sopan

Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et al. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Sudomo M, editor. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan; 2015.
Different Result of Cognitive Impairment Screening in
Adolescent Aged 10-12 Years with Normal and Short Stature in
Pangandaran District

Rodman Tarigan*, Meita Dhamayanti, Eddy Fadlyana, Kusnandi Rusmil

• Abstract In Indonesia, the prevalence of short stature in adolescents aged 13-15 years and 16-18
years are respectively 35,1% and 31,4%. The growth of adolescentsis related in line to the
development with the cognitive function. To find out the difference result of cognitive impairment
screening in adolescents aged 10-12 years with normal and short stature. This was a cross-sectional
analytic study conducted during December 2016 – March 2017 in Pangandaran District, West Java.
Body height of the subjects were measured and they answered questions in Mini–Mental State
Examination (MMSE) to assess the cognitive function. Data analysis to determine the different
results of cognitive impairment screening in adolescent with normal and short stature use
statistical Wilcoxon rank sum test. A total of 144 subjects met the inclusion criteria, comprising 45
subjects with short stature and 99 subjects normal. Median (min; max) MMSE scores for adolescent
with short stature and normal were 24 (14; 30) and 27 (9; 30). There were significant differences in
the median of MMSE scores between adolescents with normal and short stature (median
difference = -2.00, CI 95% (-3.00;-0.00), p = 0.013). There were significantly different results of this
study in cognitive impairment screening in adolescents aged 10–12 years between normal and
short stature. The result of cognitive impairment screening in short statured adolescents aged 10-
12 yearswas lower compared to those of normal stature adolescents.

American Journal of Clinical Medicine Research, 2017, Vol. 5, No. 3, 26-30 Available online at http://pubs.sciepub.com/ajcmr/5/3/1
©Science and Education Publishing DOI:10.12691/ajcmr-5-3-1
Remaja usia 16-18 tahun
Kesehatan reproduksi difokuskan pada
perilaku reproduksi yang sehat
Perilaku tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi narkoba

Pendidikan gizi seimbang

Pendidikan berlalu lintas yang baik dan


sopan

Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et al. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Sudomo M, editor. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan; 2015.
Usia kerja
Mengikuti program keluarga berencana

Deteksi dini penyakit menular yang dapat berpengaruh terhadap


kesehatan dirinya ataupun janin yang dalam kandungan apabila
mereka hamilv
Berperilaku sehat, tidak merokok, karena merokok merugikan diri
sendiri dan keluarga sebagai perokok pasif

Tidak mengkonsumsi narkoba, minuman keras dan menghindari


perilaku seksual berisiko

Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et al. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Sudomo M, editor. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan; 2015.
Usia lanjut

Perilaku hidup sehat: tidak merokok, narkoba, ataupun minuman keras

Aktivitas fisik yang rutin dilakukan dengan waktu yang cukup

Deteksi dini penyakit tidak menular

Menjadi anggota JKN dengan mendaftar BPJS

Perilaku makan yang sehat

Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et al. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Sudomo M, editor. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan; 2015.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai