Anda di halaman 1dari 60

PRESENTASI KASUS

MENINGITIS EC TUBERKULOSIS

Disusun Oleh:
Apriandy Pariury 112016227
Marliani Hanifah Binti Mahmud 112013382
Nadia Syahirah Binti Abdul Aziz 112016386
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny Epoh
Umur : 73 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Pembangunan II Rt 006/03 No 19
Status Pernikahan : Cerai mati
Status Pendidikan : SD
Suku : Sunda
Agama : Islam
No. RM /ruangan: 00-54-34-81
Tanggal Masuk : 03 Augustus 2017
Anamnesis : alloanamnesis (09/8/2017)

Keluhan Utama
 Pasien tidak sadarkan diri sejak ± pagi hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Ny Epoh,74 tahun dibawa ke rumah sakit RSUD Koja karena tidak sadarkan diri. Menurut anaknya,
pagi sebelum masuk ke rumah sakit, pasien terjatuh ketika sedang menyapu jalanan, diduga karena
kelelahan. Pasien jatuh ke sisi kanan terlebih dahulu. Pasien masih sadar setelah jatuh, muntah tidak
ada, kejang tidak ada. Namun setelah itu, bicara pasien pelo, mulut sedikit perot dan anggota
gerak kiri tidak dapat digerakkan. Sewaktu di rawat di IGD, pasien dalam keadaan lemah dan
cenderung tidur.
Menurut anaknya, pasien sering sakit kepala dan pusing, sebelum kejadian itu, pasien sudah demam
dan batuk-batuk yang lama. Demam pasien hilang timbul sebelum masuk ke rumah sakit. Pasien
hanya makan obat warung dan tidak pernah ke dokter sebelumnya. Mual muntah disangkal.
Sebelum kejadian, pasien juga tidak ada sakit telinga maupun gigi. Tidak ada gangguan BAK dan
BAB. Anak pasien mengaku bahwa, pasien tidak pernah kontak dengan orang yang menderita TBC
dan tidak merokok. Pasien suka makan nasi uduk, ketoprak, sayur tempe dan tahu. Keluarga pasien
mengaku pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat darah tinggi
sebelumnya, riwayat tumor, penyakit jantung dan diabetes juga disangkal.
Riwayat penyakit dahulu
 Pasien mengaku tidak mempunyai penyakit yang sama dan penyakit manahun lainnya
Riwayat pribadi
 Pasien batuk tidak kunjung sembuh sudah lama, riwayat penyakit serupa (-)
Riwayat penyakit keluarga
 Tidak ada
Riwayat sosial
 Pasien tinggal di rumah bersama anak-anaknya. Tidak memiliki riwayat merokok, minum
alkohol. Pasien merupakan ibu rumah tangga, waktu sehariannya dihabiskan di rumah.
9 Augustus 2017
Kepala : normosefali, luka(-) , benjolan (-)
Status Generalis
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran
Keadaan Umum: tampak sakit sedang tiroid (-)
Tanda-tanda vital
Thorax
Tekanan Darah : 128/88 mmHg Jantung
Nadi : 80 x/menit Ictus cordis tidak tampak, besar jantung
normal, bunyi jantung 1-11 murni reguler,
Pernapasan : 20 x/menit murmur (-), gallop (-)
Suhu : 36.2oC
Paru
Berat Badan : 50 kg Suara napas versikuler (+/+), rhonki(-
Tinggi Badan : 150cm ),wheezing (-)
Status Gizi : cukup Abdomen : datar, supel, nyeri tekan (-),
bunyi usus (+), normoperistaltik

Ekstremitas: nyeri (-) deformitas (-) benjolan (-)


 Status Psikis ( MMSE)
GCS : E 4 M 6 V5

Tanda Rangsangan Meningeal


 Kaku kuduk : positif
 Laseque: positif
 Kernig: positif
 Brudinzky 1: negatif
 Brudinzkuy 2: positif
Nervi Cranii
Kanan Kiri
Nervus i (olfactory nerve) Penghidu Sulit dinilai Sulit dinilai

Kanan Kiri
Nervus ii ( Opticus nerve) Visus Sulit dinilai Sulit dinilai
Pengenalan Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna
Lapang Pandang Sulit dinilai Sulit dinilai
Ukuran Pupil 3mm 3 mm
Bentuk Pupil Bulat Bulat
Kesamaan Pupil Isokor Isokor
Refleks Cahaya Positif Positif
Langsung
Refleks cahaya Positif Positif
konsensual

Kanan Kiri
Nervus iii, iv, vi Ptosis - -
Gerak Mata Baik di segala Baik di segala
(oculomotorius, arah arah
trochelearis, abdusens) Sela Mata 1 cm 1 cm
Strabismus - -
Diplopia - -
Nistagmus Negatif Negatif
Eksoftalmus - -
Kanan Kiri
Sensibilitas muka Sulit dinilai Sulit dinilai
atas, tengah,
bawah
Nervus V (trigeminus) Menggigit + +
Membuka mulut + +
Mengunyah + +
Reflex kornea + +
Reflex bersin Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Jaw-jerk test - -

Kanan Kiri
Mengerutkan dahi Sulit dinilai Sulit dinilai
Menutup mata + +
Memperlihatkan gigi Sulit dinilai Sulit dinilai
Nervus VII (Facial nerve)
Lekukan nasolabialis Sulit dinilai Sulit dinilai
Mencembungkan pipi Sulit dinilai Sulit dinilai
Daya kecap lidah 2/3 Sulit dinilai Sulit dinilai
depan

Kanan Kiri
Mendengar suara Tidak dilakukan Tidak dilakukan
berbisik
Nervus VIII (vestibulocochlear Mendengar detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Test Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
nerve) Test Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Test Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kesan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N IX (Glossopharyngeal nerve) dan N X (Vagus Sistem motorik
Nerve)
1. Arkus faring : sulit dinilai Anggota gerak atas
Kanan Kiri
2. Daya kecap lidah 1/3 belakang : sulit dinilai Tremor Sulit dinilai Sulit dinilai
Fasikulasi - -
3.Refleks muntah : + Trofi - -
Gerakan Normal Normal
4. fonasi: sulit dinilai
involunter
Tonus otot Normal Normal
Kekuatan Kesan hemiparese sinistra
Nervus XI (Accessory nerve) otot
 Mengangkat bahu: normal
Anggota gerak bawah
 Memalingkan kepala: normal Kanan Kiri
Tremor Sulit dinilai Sulit dinilai
Nervus XII (hipoglossus nerve) Fasikulasi - -
1) Tremor : sulit dinilai Trofi - -
Gerakan Normal Normal
2) Fasikulasi: sulit dinilai involunter
Tonus otot Normal Normal
3) atrofi papil lidah : sulit dinilai Kekuatan Kesan hemiparese sinistra
otot
4) pergerakan lidah : sulit dinilai
5) Artikulasi : sulit dinilai
sistem sensorik refleks patologis
refleks Kanan Kiri
Sensibilitas Tangan Kaki Hoffman - -
Kanan Kiri Kanan Kiri reflex
Taktil Baik Baik Baik Baik Trommer - -
Nyeri Baik Baik Baik Baik refleks
Suhu Tidak Tidak Tidak Tidak Babinsky + +
dilakuka dilakuka dilakukan dilakukan reflex
n n Chaddock - -
Vibrasi Tidak Tidak Tidak Tidak reflex
dilakuka dilakuka dilakukan dilakukan Oppenheim + +
n n reflex
Diskriminasi 2 Tidak Tidak Tidak Tidak Schaeffer + +
titik dilakuka dilakuka dilakukan dilakukan reflex
n n Gordon - -
refleks fisiologis
reflex
Refleks Kanan Kiri Mendel - -
Biceps reflex + + reflex
Klonus
Triceps reflex + + Rossolimo - -
Knee patela + + reflex
reflex Kanan Kiri
Archilles + + Patella - -
reflex Archill - -
Refleks kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan es
perut
fungsi cerebellum gerakan-gerakan abnormal
1. cara berjalan : sulit dinilai
1. tremor : -
2. Athetose : -
2. test Romberg : sulit dinilai
3. Mioklonik : -
3. ataksi : sulit dinilai 4. Chorea : -
4. rebound fenomen : normal Alat vegetative
5. dismetri • Miksi : baik
i) tes telunjuk-hidung : sulit dinilai • Defekasi : baik
• Refleks anal :tidak
ii) tes tumit-lutut : sulit dinilai dilakukan
6. disdiadokhokinesis : sulit dinilai • Refleks kremaster :tidak
dilakukan
• Refleks bulbokavernosa :tidak
dilakukan
Fungsi Luhur
Orientasi :
Tempat :baik
Waktu :baik
Orang :baik
Situasi :baik
Afasia :-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (04 Augustus 2017)
Darah Lengkap Kimia Klinik
SGOT (AST) 19 U/L <32
Hemoglobin 12.3 g/dL 12.5 – 16.0
SGPT (ALT) 4 U/L <33
Jumlah lekosit 14.68 103 /μL 4.00 – 10.50
Hematokrit 38.8 % 37.0 – 47.0 Kolsterol Total 152 mg/dL Desirable cholesterol level :
Jumlah Trombosit 468 103 / μL 182 – 369 <200
Jumlah Eritrosit 4.58 Juta/ μL 4.20 – 5.40 -Borderline high cholesterol :
MCV 85 Fl 78 – 100 200 – 240
MCH 27 Pg 27 – 31 -High cholesterol : ≥ 240
MCHC 32 g/Dl 32 – 36 Kolesterol HDL 58.5 mg/dL 48.9 – 73.5
RDW-CV 15.4 % 11.5 – 14.0 Kolesterol LDL 78 mg/dL <130
Laju Endap Darah 1 mm/jam 0 - 20 Trigliserida 76 mg/dL <200
(LED) Asam Urat 4.2 mg/dL 2.4 – 5.7

Hitung Jenis
Basofil 0.1 % 0.1 – 1.2
Eosinofil 0.1 % 0.7 – 5.8
Neutrofil 85.7 % 34.0 – 71.1
Limfosit 10.0 % 19.3 – 51.7
Monosit 4.1 % 4.7 – 12.5
URINALISA
Urin Lengkap Mikroskopis
Makroskopis
Warna Kuning Kuning Pucat Leukosit 15 - 20 / LPB < 10
Kekeruha Keruh Jernih Eritrosit 15 - 20 / LPB <3
n Silinder (-) (-) negative
Berat Jenis 1.030 1.002 – 1.035 negati
Ph 5.5 4.6- 8.0 f
Protein 1+ (-) negatif Sel Epitel 1+
Glukosa (-) (-) negative Kristal (-) (-) negative
Negatif negati
Keton (-) (-) negative ve
Negatif Bakteria 1+ (-) negative
Bilirubin 1+ (-) negative Jamur (-) (-) negative
Darah 3+ (-) negative negati
Samar f
Leukosit 1+ (-) negative
Esterase
Nitrit (+) (-) negative
Positif
Urobilinog 2. EU 0.1 - 1.0
en
Gas Darah + Elektrolit
Analisa Gas Darah
Ph 7.417 7.350 – 7.450
P CO2 43.7 MmHg 32.0 – 45.0
P O2 87.0 MmHg 95.0 – 100.0
HCO3 28.4 mEq/L 21.0 – 28.8
Base Excess 3.7 Mmol/ -2.5 - +2.5
L
O2 92.5 % 94.00 – 100.00
Elektrolit Saturation

Natrium 127 mEq/L 135- 147


(Na)
Kalium ( K) 3.85 mEq/L 3.5 – 5.0
Chlorida 101 mEq/L 96 - 108
(Cl)
Rontgen dada (03/08/2017)

TBC paru
CT Scan Kepala
(03/08/2017)

Infark cerebri
Follow up
Tanggal SOA P
10/8 S= lemas , pusing berkurang Injeksi
O= Amlodipin 1 x 5mg
KU: sakit sedang Dexamethason 3 x 2mg
K: CM Levofloxacin 2 x 500mg,
GCS : 15 E4M6V5 Omeprazol 2 x40mg
TTV : TD: 130/80 mmHg, Ondansetron 2 x 4mg
S: 36.5℃ Mecobalamine 3 x 1 mg
P: 20x/m N: 60x/m Citicholine 3 x 250mg
Status neurologis: Defisit 100cc/1jam
neuro, hemiparese Infus
sinistra(+++), Drip aminofluid / Asering
rangsang meningeal (+++) 12tts/menit
sensibilitas sinistra(-) Oral
motorik sinistra (-) Alinamine – F – 3x
Saran
Lumbal Punksi
Mantoux test
12/8/17 S= lemas , pusing berkurang Injeksi
Amlodipin 1 x 5mg
O= Dexamethason 3 x 2mg
- KU: sakit sedang Levofloxacin 2 x 500mg,
- K: CM Omeprazol 2 x40mg
Ondansetron 2 x 4mg
- GCS : 15 E4M6V5 Mecobalamine 3 x 1 mg
- TTV : TD: 152/80 mmHg, Citicholine 3 x 250mg
S: 36.1℃ 100cc/1jam
Infus
P: 22x/m N: 68x/m Drip aminofluid / Asering 12tts/menit
- Status neurologis: Defisit Oral
neuro, hemiparese sinistra(++), Alinamine – F – 3x
Saran
rangsang meningeal (++) sensibilitas Lumbal Punksi
sinistra(-) Ct-scan kepala non kontras
motorik sinistra (-) Rontgent thorax

14/8/17 S= lemas , pusing berkurang Injeksi


O= Amlodipin 1 x 5mg
- KU: sakit sedang
Dexamethason 3 x 2mg
- K: CM
Levofloxacin 2 x 500mg,
- GCS : 15 E4M6V5
- TTV : TD: 169/51 mmHg, Omeprazol 2 x40mg
S: 36.4℃ Ondansetron 2 x 4mg
P: 20x/m N: 60x/m Mecobalamine 3 x 1 mg
- Status neurologis: Defisit neuro, Citicholine 3 x 250mg
hemiparese sinistra(+), rangsang 100cc/1jam
meningeal (++), sensibilitas sinistra (-),
Infus
motorik sinistra (-)
Drip aminofluid / Asering 12tts/menit
- PP: Mantoux test negative
Ct-scan infark pada lobus temporal Oral
Alinamine – F – 3x
15/8/17 S= lemas , pusing berkurang Injeksi
O= Amlodipin 1 x 5mg
- KU: sakit sedang
Dexamethason 3 x 2mg
- K: CM
Levofloxacin 2 x 500mg,
- GCS : 15 E4M6V5
- TTV : TD: 148/50 mmHg, Omeprazol 2 x40mg
S: 36.3℃ Ondansetron 2 x 4mg
P: 20x/m N: 60x/m Mecobalamine 3 x 1 mg
- Status neurologis: Defisit Citicholine 3 x 250mg
neuro, hemiparese sinistra(+), 100cc/1jam
rangsang meningeal (++)
Infus
sensibilitas sinistra(-)
Drip aminofluid / Asering
motorik sinistra (-)
12tts/menit
Oral
Alinamine – F – 3x
16/8/17 S= lemas , pusing berkurang Oral
O=
- KU: sakit sedang Amlodipin 1 x 5mg
- K: CM Dexamethason 3 x 2mg
- GCS : 15 E4M6V5
- TTV : TD: 133/52 mmHg, Levofloxacin 2 x 500mg,
S: 36.4℃ Omeprazol 2 x40mg
P: 20x/m N: 60x/m
- Status neurologis: Defisit Ondansetron 2 x 4mg
neuro, hemiparese sinistra(-), Mecobalamine 3 x 1 mg
rangsang meningeal (+) sensibilitas
sinistra(-) Citicholine 3 x 250mg
motorik sinistra (-) Alinamine-F – 3x
Ringkasan

Ny Epoh, 73 tahun datang ke IGD RSUD Koja dengan keadaan penurunan


kesadaran. Pasien terjatuh saat sedang menyapu di jalanan. Pasien masih
sadar sewaktu jatuh, muntah (-), kejang (-). Mulut pasien menjadi pelo dan
perot, anggota kiri lemah. Riwayat batuk yang lama dan demam hilang
timbul (+), pasien tidak berobatke dokter dan hanya makan obat warung.
Riwayat hipertensi disangkal namun, pemeriksaan tekanan darah di IGD
adalah 175/79 mmHg. Pasien suka makan nasi uduk, ketoprak, sayur tempe
dan tahu.
Pemeriksaan Fisik Rangsang Meningeal : KK(+) L/K +/+ BI/BII
-/+
Saraf otak : reflek cahaya direct/indirect
(+/+), pupil bulat isokor diameter 3 mm
Berdasarkan pemeriksaan fisik Motorik : kesan hemipharese kiri
didapatkan : Sensorik/vegetatif : sulit dinilai/ Baik
• Kesadaran : compos mentis
• Tanda-tanda Vital :
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
 Tekanan Darah : 128/88 mmHg Reflek trisep : (+/+)
 Nadi : 80 x/menit Reflek brachioradialis : (+/+)
 Pernapasan : 20 x/menit Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
 Suhu : 36.2oC REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (+/+)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
ASSESMENT

Diagnosis 1
Diagnosis Klinis : hemiparese sinistra, kaku kuduk positif, babinsky II positif
Diagnosis Topis : meningens
Diagnosis Etiologis : TB, bakteri non spesifik, jamur, virus
Diagnosis Patologis : infeksi

Diagnosis 2 : Stroke non hemorrhagik


Diagnosis 3 : Hipertensi
Diagnosis 4 : Anemia
PLANNING Infus
• Drip aminofluid / Asering 12tts/menit
Diagnostik
 Darah lengkap, lumbal pungsi, Oral
kultur sputum 3 masa • Alinamine – F – 3x

Terapi Monitoring
 Injeksi • Keadaan umum
 Amlodipin 1 x 5mg • Tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi,
 Dexamethason 3 x 2mg pernapasan)
 Levofloxacin 2 x 500mg,
 Omeprazol 2 x40mg Edukasi
 Ondansetron 2 x 4mg • Istirehat yang cukup
 Mecobalamine 3 x 1 mg • Minum obat rutin dan teratur
 Citicholine 3 x 250mg • Perbaikan gizi
 100cc/1jam
PROGNOSIS

Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad function : dubia ad bonam
Pembahasan

 Meningitis ialah inflamasi pada selaput arakhnoid,


piamater, maupun yang melibatkan cairan
cerebrospinal.
 Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam
celah pada otak dan sumsum tulang belakang
dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat
akan menyediakan darah untuk struktur-struktur
ini.
 Arachnoid : Merupakan selaput halus yang
memisahkan pia meter dan dura meter.
 Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang
padat dan keras berasal dari jaringan ikat tebal
dan kuat.
Tipe meningitis
Meningitis Kriptikokus Meningitis Viral Bacterial meningitis
Non spesifik Spesifik
Penyebab: jamur Penyebab : virus Penyebab: Penyebab : kuman
kriptokokus. herpes dan lain-lain. Diplococcus mikobakterium
pneumoniae tuberkulosa varian
Jamur ini bisa masuk ke Frekuensi viral (pneumokok), Neisseria hominis.
tubuh kita saat kita meningitis biasanya meningitidis
menghirup debu atau meningkat di musim (meningokok),
tahi burung yang panas karena pada Stretococcus
kering. Kriptokokus ini saat itu orang lebih haemolyticus,
dapat menginfeksikan sering terpapar agen Staphylococcus
kulit, paru, dan bagian pengantar virus. aureus, Haemophilus
tubuh lain. Meningitis influenzae, Escherichia
Kriptokokus ini paling coli, Klebsiella
sering terjadi pada pneumoniae,
orang dengan CD4 di Pneudomonas
bawah 100 aeruginosa.
Anamnesis dan PF Sakit kepala, demam dan
kaku kuduk

Status mental?

Tidak Baik

Meningoencefalitis, ensefalomielitis, massa Meningitis

Papil edem dan/ atau defisit


Ya neurologis fokal?
Kultur darah dan mulai Imunocompromised?
terapi antibakterial Riwayat trauma kepala,
emperikal kanker, sinusitis?
Tidak

CT atau MRI Segera kultur darah dan pungsi lumbal


Pemeriksaan Rangsangan Meningeal

Pemeriksaan Kaku Kuduk Pemeriksaan Tanda Kernig

Pemeriksaan laseque
Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)
Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra
Lateral Tungkai)
Pemeriksaan Penunjang Meningitis LP
Normal Bakterial Viral TB Fungal

Jernih, tak Keruh Jernih/ opalescent Jernih/ opalescent Jernih


Makroskopi
berwarna
k
Meningkat Normal atau meningkat Meningkat Normal atau
Tekanan Normal
meningkat
100-60.000/mm3 5-100/mm3 5-1000/mm3
Sel 0-5/mm3 20-500/mm3

>80% <50% <50% <50%


Neutrofil Tak ada

75% glukosa darah Rendah (<40% Normal Rendah (<50% glukosa Rendah (<80%
Glukosa
glukosa darah) glukosa darah)
darah)
<0,4 g/L 1-5 g/L > 0.4-0.9 g/l 1-5 g/L 0.5-5 g/L
Protein
Gram positif PCR kultur positif Kultur positif 50-80% Gram negatif;
Lainnya
<90%; <50%
Kultur positif 25-
Kultur positif
50%
< 80%;
Pemeriksaan radiologi
CT Scan dan MRI  kasus berat dan curiga komplikasi seperti empyema subdural, abses
otak dan hidrosefalus.

enhancement meningeal
 sulcal effacement (dimulai di fisura sylvian) karena edema serebral
 infeksi parameningeal lainnya seperti empyema subdural atau mastoiditis
Hasil pemeriksaan dan pemeriksaan lain
Meningitis bakteri Meningitis virus Meningitis jamur Meningitis Tuberkulosis
• MRI (daerah edema • pemeriksaan darah • Darah atau cairan • Foto toraks pada
serebral dan iskemia) lengkap sumsum tulang meningitis TB dapat
• administrasi • fungsi hati dan ginjal belakang  Tes yang menunjukkan
gadolinium • kadar sedimentasi disebut ‘CRAG’ adanya gambaran
enhancement eritrosit (ESR) mencari antigen ( tuberkulosis.
meningeal difus • protein C-reaktif sebuah protein) • Pemeriksaan EEG
• Pemeriksaan darah • Elektrolit • Tes ‘biakan’ (electroencephalogr
tepi • Glukosa mencoba aphy) menunjukkan
• elektrolit darah • creatine Kinase menumbuhkan jamur kelainan kira-kira
• pemeriksaan EEG • Aldolase kriptokokus dari pada 80% kasus
• Amilase contoh cairan. berupa kelainan difus
• lipase • Cairan sumsum atau fokal
• Pemeriksaan tulang belakang juga • CT-scan kepala
neuroimaging (MRI, dapat dites secara dapat menentukan
CT) dilakukan pada cepat bila diwarnai adanya dan luasnya
pasien dengan dengan tinta India. kelainan di daerah
kesadaran yang basal, serta adanya
berubah, kejang, dan luasnya
tanda fokal atau hidrosefalus.
gejala neurologis,
Epidemiologi
 Di Jakarta pada tahun 1980 – 1.9% pasien rawat inap menderita TB.
 Di Surabaya , angka kematian = 13-18%, angka kecacatan 30-40%
 Di Jakarta, angka kematian 41.8%
 Di Yogyakarta, angka kematian 50%
 Laki-laki > wanita dengan rasio 3:1
Etiologi: Meningitis Virus
 virus mumps, virus herpes, arborvirus, lymphocytic choriomenigtis virus dari tikus
 Umumnya tidak terlalu berat dan sembuh alami tanpa pengobatan spesifik
Patofisiologi : Meningitus virus
 Melalui 2 rute : hematogen dan neural

capai akses ke masuk ke organ


Virus replikasi pembuluh retikuloendotelial
(hepar, limpa, replikasi lagi
darah
nodus lymph)

terjadi
pleocytosis
(penambahan melewati BBB masuk ke CNS
sel darah putih pada level (penetrasi ke dlm
pada CSF) - endotel CNS belum
peningkatan sel- demam kapiler/area ditemukan
sel radang post-trauma sebabnya)
(pmn,monosit) –
peradangan,nye
ri kepala.
Etiologi :Meningitis bakterialis
Faktor Bacterial Pathogen
predisposisi dan
resiko
Immunocompro S pneumoniae
0-4 minggu Streptococcus agalactiae
mised N meningitidis
(group B streptococci)
L monocytogenes
E coli K1
Aerobic gram-negative
Listeria monocytogenes
bacilli
4-12 minggu S agalactiae
Manipulasi Staphylococcus aureus
E coli
intrakranial, Coagulase-negative
H influenzae
termasuk bedah staphylococci
S pneumoniae
saraf Aerobic gram-negative
N meningitides
bacilli, including
3 bulan 18 tahun Nmeningitidis
P aeruginosa
S pneumoniae
Fraktur basis S pneumoniae
H influenza
kranii H influenzae
18-50 tahun S pneumoniae
Group A streptococci
N meningitidis
H influenza CSF shunt Coagulase-negative
Usia atas 50 S pneumoniae staphylococci
tahun N meningitidis S aureus
L monocytogenes Aerobic gram-negative
Aerobic gram-negative bacilli
Propionibacterium acnes
Patofisiologi: Meningitis bakterialis
Bakteri di dalam darah –
menembus sawar darah otak merangsang sel endotel dan
melalui mikrovaskular makrofag di ssp produksi IL-1 dan
otak/pleksus choroid (demam) Tnf (peradangan,nyeri kepala)

TIK meningkat (oedem otak,


rangsang sensorik- kontraksi otot-
memperbanyak diri di csf- rangsang meningeal)
menyebar ke seluruh ruang
subarachonoid

ADO menurun (penurunan


kesadaran )

sesetengah bakteri lisis dan


melepas endotoksin dan
teichoic acid
bisa terjadi iskemia – kerusakan
sel saraf (gejala sisa)
Etiologi : Meningitis Jamur
-Dapat menyebabkan meningitis akut, subakut dan kronik.
- Sering pada pasien dengan ekspose dengan tanah dan tumbuhan

Common Fungal Pathogens


Yeast forms
Candica Albicans
Crytococcus neoformans
Dimorphic Forms
Blastomyces dermatidis
Coccidioides immitis
Histoplasma capsulatum
Mold forms
Aspergillus
Patofisiologi : Meningitis jamur

 Inhalasi jamur – kolonisasi saluran nafas dan infeksi – makrofag paru-paru


mengenalpasti jamur dan meningkatkan aktivitas fagsitosis pada jamur –
 reseptor mannose pada sel dendritik – pengenalan jamur terhadap sel
Limfosit T. sel ini bereaksi dengan jamur dan bermigrasi ke jaringan limfoid.
 Makrofag bereksi dengan melepaskan IL-1 .
 IL-1 dan aktivasi limfosit T penting untuk pertahanan tubuh terhadap jamur.
 Pada orang immunocompromised, defisiensi Limfosit T dan makrofag –
menyebar sehingga ke SSP.
Etiologi : Meningitis Tuberkulosis

 Penyebab – Mycobacterium tuberkulosa – penyebab penyakit


tuberculosis.
 Bakteri tahan asam, bentuk batang, gram positif.
 Positif infeksi tb dipastikan dari pemeriksaan lumbal punksi, BTA, rontgen
thorax, mantoux test.
Patofisiologi: Meningitis Tuberculosa
M.Tuberc
ulosis diseminasi
masuk ke
ke kgb mengha rich pecah di
menjadi silkan ruangan
paru- focus
komplek subarachn
primer
pemben membes
(gejala tukan ar oid
tbc) (tubercle
bacilli) dan rich
menyebar focus
ke organ
lain spt
meninges

menyebab
disfungsi kan
saraf sekian lama
timbulnya peradanga
kranialis eksudat
gelatin eksudat n
(gejala (meningitis)
sisa) mengeras gelatin
dan , terjadi
menyebabk pleocytosis
an infark – (demam)
Gejala Klinis
Kriteria Pasien Meningitis Meningitis Meningitis Jamur Meningitis Viral
Bakteria Tuberkulosa
Durasi gejala (13 1-7 hari 8-21 hari  7 hari  7 hari
hari dirawat)
Penurunan + + + +
kesadaran
Hemiparese + + - -
Demam + + + +
Sakit kepala + + + +
Rangsang + + + - (jarang)
meningeal positif
Batuk-batuk - + - -
Perubahan status + + + +
mental
Yang tidak ada Mual, muntah, HIV AIDS,mual, Mual,
pada pasien photofobia, otitis, muntah,photofo muntah,kejang,k
kejang,nafsu bia ontak dengan
makan menurun, Kontak dengan hewan,
Penatalaksanaan
Meningtis Bakterial

Dewasa
Anak
Terapi Antimikroba Empiris untuk Meningitis Purulen
berdasarkan Usia
Dosis Antimikroba pada Meningitis Bakterial
Durasi Terapi Antimikroba untuk Meningitis
Bakterial
Terapi Adjuvan Dexametason

Deksametason  10-20 menit sebelum atau bersamaan

Dosis 0,15mg/kgBB setiap 6 jam selama 2-4 hari.

Pemberian dilanjutkan lebih dari 4 hari


Terapi rawat jalan

Tidak ada
disfungsi
neurologik, Kondisi klinis
kelainan fokal, stabil atau
atau aktivitas membaik
bangkitan yang
bermakna
Tidak ada
demam Mampu
minimal makan
selama 24-48 peroral
jam

Telah
mendapat Kriteria terapi Kondisi
rawat jalan kesehatan
terapi untuk meningitis rumah yang
antimikroba di bakterialis layak
RS ≥ 6 hari
Terapi Antibiotik Meningitis Akut
Mikroorganisme Antibiotika Dosis/cara pemberian
Dewasa : 1 jt unit/1-2 jam, i.m atau
i.v
Pneumokokus
Anak : 1 jt unit i.m/i.v, selanjutnya
Meningokokus
Penicilin G 500rb unit i.m/2 jam
Streptokokus
Neonatus : 50-100 ribu
Stafilokokus
unit/Kg/BB/hari

Dewasa : 1 gr i.m, sebagai suntikan


I,selanjutnya 1 gr i.m/3 jam
Anak : 300-400mg/Kg/BB/hari
H. influenza
Ampicilin i.m,dibagi dalam dosis angsuran 3
E. coli
dikombinasi dengan jam sekali
Kuman yang tidak dikenal
Neonatus : ½ dosis anak

Dewasa : 1 gr i.m/6 jam


Anak : 100 mg/kgBB/hari dibagi
Chloramphenicol dalam angsuran suntikan i.m/6 jam
Neonatus : ½ dosis anak
Meningitis Tuberkulosa

o The British Thoracic Society (BTS)  TB


paru fase intensif dengan pemberian 4
obat diikuti dgn 2 obat pada fase
lanjutan.
o Antibiotik spektrum luas (misalnya
seftriakson 2x2 gr).
o Pungsi lumbal sebaiknya dilakukan
sebelum/waktu 2 jam setelah
pemberian antibiotik
o Evaluasi klinis dilakukan selama 48 jam &
sebaiknya dilakukan pungsi lumbal
kedua.
o Pasien kemungkinan didiagnosis MT jika,
riwayat nyeri > 7 hari, neutrofil darah <
80%, neutrofil CSS < 80% dan
peningkatan perbandingan glukosa di
CSS/darah < 100%.
 Penggunaan Steroid pada MT
 Pemberian deksametason pada MT derajat 2 dan 3 tanpa infeksi HIV
 Cara pemberian deksametason:
 minggu 1 : 0,4 mg/kg/hari,
 minggu 2 : 0,3 mg/kg/hari,
 minggu 3 : 0,2 mg/kg/hari,
 minggu 4 : 0,1mg/kg/hari,
 Deksametason oral  dosis 4 mg/hari dan diturunkan 1 mg/minggu.
Vidarabine (Vira- Histoplasma capsulatum.
Meningitis Amfoterisin B liposomal di
A) iv selama 12-
Meningitis 24 jam. Dosis: Jamur IV 5-mg/kg/hari  total
175 mg/kg (4-6 minggu),
Virus 15mg/Kg/BB/seh
 itraconazole oral 200-
ari selama 10
hari. 300 mg 2x
Coccidioides immitis.
Amfoterisin B: DOC, iv
Isoprinosine. dan intratekal. Dosis
inisial intratekal 0,1 mg Candida. Terapi
Anak-anak  50-
Pengobatan (3x suntikan 1).  0,25 – awal: Amfoterisin B
100
bersifat 0,5 mg 3-4 kali/minggu. (0,7 mg/kg/hari).
mg/Kg/BB/hari,
simptomatik. Flusitosin (25 mg/kg).
Dewasa 100 Mikonazol  iv dan
Terapi Azole 
mg/Kg/BB/hari. intratekal.
follow-up
Flukonazol oral (400 terapi/pengobatan
mg/hari), flukonazol supresi.
(1000 mg / hari).
Meningitis cryptococcal

 Dengan AIDS
 Th/ awal, amfoterisin B (0,7-1 mg / kg / hari, IV) selama paling sedikit 2 minggu
dgn/tanpa flusitosin (100 mg/kg PO) terbagi dalam 4 dosis.
 Untuk terapi konsolidasi, flukonazol (400 mg/hari selama 8 minggu).
 Itrakonazol alternatif jika flukonazol tidak ditolerir.
 Terapi pemeliharaan, terapi antifungi jangka panjang dengan flukonazol (200
mg/hari) yang paling efektif
 Tanpa AIDS
 Th/ induksi dan konsolidasi, amfoterisin B (0,7-1 mg/kg/hari) plus flusitosin (100
mg/kg/hari) selama paling sedikit 4 minggu.
 Flukonazol (400 mg/hari) untuk minimal 8 minggu.
 Pungsi lumbal dianjurkan setelah 2 minggu.
Pencegahan

• Mencegah timbulnya faktor resiko


• Pemberian kemoprofilaksis (antibiotik)
• Mengurangi kontak langsung dengan penderita
Primer • Meningkatkan personal hygiene

• Menemukan penyakit sejak awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal
dapat menghentikan perjalanan penyakit.
• Diagnosis dini dan pengobatan segera
Sekunder

• Kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti


• Menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat meningitis
• Mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka panjang
Tersier • Fisioterapi dan rehabilitasi
Komplikasi

 Kejang  Ventrikulitis
 Edema Serebral.  Efusi Subdural
 Kelumpuhan saraf kranial dan  Gangguan cairan dan elektrolit
infark serebri
 Tuli
 Kerusakan parenkim otak
 Stroke
 Serebritis

Prognosis

 Meningitis Tuberkulosis
 Sebelum ditemukan OAT, mortalitas  hampir
100%.
 OAT  mortalitas  walaupun masih tinggi
Lamanya antara 10-20% kasus.
Meningiti sakit
Jenis
sebelum
s mikroorga
mendapat
bakterial nisme
pengobat  Meningitis Viral
an Kepekaan  Penyembuhan sempurna
bakteri
Berat  Kasus Ringan s etelah 3-4 hari
Umur terhadap
ringannya
pasien antibiotik  Kasus berat  setelah 7-14 hari
infeksi
yang
diberikan
 Meningitis Jamur
 Tidak diobati  fatal
 Sembuh Spontan
Kesimpulan

 Meningitis adalah proses infeksi dan inflamasi yang terjadi pada selaput otak.
 Infeksi ini disertai dengan frekuensi komplikasi akut & resiko morbiditas kronis
yang tinggi
 Penyakit ini menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang signifikan di
seluruh dunia.
 Keadaan ini harus ditangani sebagai keadaan emergensi.
 Bila tidak terdeteksi dan tidak diobati, meningitis dapat mengakibatkan
kematian.
 Selama pengobatan meningitis, perlu dimonitor efek samping penggunaan
antiobiotik dosis tinggi; periksa darah perifer serial, uji fungsi hati dan uji fungsi
ginjal.
 Perlu dilakukan pemantauan ketat terhadap tumbuh kembang pasien yang
sembuh dari meningitis.
Pembahasan kasus

Meningen atau selaput otak merupakan selaput/membran yang mengelilingi otak hingga spinal cord.
Adanya kelainan pada meningen ini didiagnosis dengan meningitis. Diketahui bahwa meningitis adalah
inflamasi selaput otak yang meliputi otak maupun tulang belakang. Meningitis dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit maupun proses non-infeksi seperti inflamasi maupun neoplasma. Diagnosis kerja ke arah
meningitis dapat dipikirkan apabila menemukan gejala dan tanda-tanda klinis meningitis. Gejala dan tanda
dari infeksi akut, peningkatan tekanan intrakranial dan rangsang meningeal perlu diperhatikan.
Anamnesis : demam hilang timbul lalu mendadak tinggi disertai penurunan kesadaran. Pasien jatuh diduga
karena keletihan beberapa jam sebelum hilang kesadaran. Pasien juga mempunyai riwayat batuk yang
tidak kunjung sembuh. Pada pemeriksaan rontgen pasien didapatkan adanya tanda-tanda infeksi
tuberkulosis. pasien menunjukkan adanya tanda-tanda penurunan defisit neurologis. Defisit neurologis akut
yang terjadi secara spontan tanpa adanya faktor pencetus yang jelas berupa trauma dan gejala infeksi
sebelumnya mengarah ke suatu lesi vaskuler karena onsetnya yang mendadak.
Pemeriksaan fisik : didapatkan adanya tanda-tanda meningitis berupa kaku kuduk yang positif, laseque dan
kernig positif dan Brudinsky 2 yang positif.hal ini menguatkan lagi adanya suatu infeksi meningeal pada
pasien.
Gejala meningen  rigiditas, nyeri punggung, tanda kernig, tanda brudzinski. Adanya tanda-tanda
peningkatan intrakranial, kejang maupun penurunan kesadaran. Peningkatan lekosit dalam pemeriksaan
darah pada pasien menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi dalam darah, sekaligus tidak menutup
kemungkinan adanya penjalaran infeksi pada lapisan selaput otak pasien. Untuk mengkonfirmasi diagnosis
meningitis dilakukan tes laboratorium berupa tes darah dan cairan sumsum tulang belakang.

Anda mungkin juga menyukai