DISFAGIA MEKANIK
DISUSUN OLEH:
Novi Magdalena Puspita, S.Ked
Ni Ketut Adhi S., S.Ked
Gilang Aria Santosa, S.Ked
PEMBIMBING:
dr. NUCH SABUNGA, Sp. THT-KL
NASOFARING
OROFARING
LARINGOFARING
FISIOLOGI MENELAN
• Proses menelan dapat dibagi dalam 3
fase:
Fase Oral
Fase Faringeal
Fase Esofagal
DISFAGIA
Disfagia salah satu gejala
kelainan atau penyakit di orofaring dan
esofagus
Dapat timbul bila terdapat gangguan
gerakan otot-otot menelan dan
gangguan transportasi makanan dari
rongga mulut ke lambung.
BERDASARKAN PENYEBAB TERBAGI
ATAS:
EPIDEMIOLOGI
PATOGENESIS
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
menelan yaitu:
Ukuran bolus makanan
Diameter lumen esofagus yang dilalui bolus
Kontraksi peristaltik esofagus
Fungsi sfingter esofagus bagian atas dan
bagian bawah
Kerja otot rongga mulut dan lidah.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Esofagoskopi
• Barium meal (esofagografi)
• Fluoroskopi
• Manometri esofagus
• CT – scan/MRI
PENATALAKSANAAN
14
KOMPLIKASI
• Aspirasi pneumonia,
• Malnutrisi,
• Dehidrasi,
• Obstruksi jalan napas
• Kematian
15
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
•Nama pasien : Tn . A
•Umur : 55 tahun
•Tanggal Lahir : 04 Juni 1963
•Jenis kelamin : Laki-laki
•Pekerjaan : Petani
•Alamat : Gunung Mas
•Tanggal MRS : 20 Januari 2019 pukul 12.30 WIB
•Tanggal Pemeriksaan : 21 Januari 2019
16
BAB III
LAPORAN KASUS
Keluhan utama
•Sulit menelan sejak ± 4 bulan SMRS
18
BAB III
LAPORAN KASUS
Riwayat Penyakit Dahulu
•Riwayat trauma (+) : Pundak kanan pasien tertimpa kayu,
sehingga tulang selangka pasien patah
•Diabetes melitus (-)
•Hipertensi (-)
•Tumor / Keganasan (-)
•Batuk lama (pengobatan paru 6 bulan) (-)
Riwayat Penyakit Keluarga/ Sosial:
•Tumor / Keganasan (-)
•TBC (-)
19
BAB III
LAPORAN KASUS
Status Generalis
•Keadaan umum : Baik
•Kesadaran : Compos mentis
•Tanda vital :
•Tensi : 120/80 mmHg
•Nadi : 97 x/ menit, reguler, isi cukup, kuat
angkat
•Respirasi : 18 x/ menit
•Suhu : 36,80C
20
BAB III
LAPORAN KASUS
21
BAB III
LAPORAN KASUS
Status Lokalis
•Pemeriksaan Telinga : Bentuk dan ukuran
kedua daun telingan normal, tidak ada nyeri
tarik aurikula dan nyeri tekan tragus, kedua
liang telinga tidak tampak serumen, kedua
membran timpani intak, pantulan cahaya pada
kedua membran timpani normal.
•Pemeriksaan Hidung : Bentuk dan ukuran
hidung luar normal, rongga hidung kanan dan
kiri tidak menyempit, mukosa hidung tidak
hiperemis, tidak tampak massa dan sekret.
22
BAB III
LAPORAN KASUS
Status Lokalis
•Pemeriksaan
Tenggorok : Tonsil T1-T1
tenang, mukosa rongga
mulut dan orofaring
tampak normal,
laringoskopi indirek
tampak normal.
23
BAB III
LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Darah
Parameter Nilai Nilai Normal
HGB 11,9 L : 13,5-18 g/dL
RBC 3,87 L : 4,0 – 6,0 [10^6/µL]
WBC 9.14 4.500-11.000/mm3
Eosinofil 1,8 0,5-5 %
Basofil 0,4 0-1 %
Neutrofil 72 50-70 %
Limfosit 22 20-40 %
Monosit 3 3-12 %
HCT 34,1 L : 37-45 [%]
PLT 309.000 150.000-400.000/mm3
GDS 94 <200 mg/dL
Creatinin 1,24 0,17-1,5 mg/dL
Na 139 135 – 148 mmol/dL
K 3,5 3,5 – 5,3 mmol/dL 24
Ca 1,15 0,98 – 1,2 mmol/dL
BAB III
LAPORAN KASUS
Pemeriksaan Penunjang Rontgen Thorax PA
25
BAB III
LAPORAN KASUS
Diagnosis Kerja
•Disfagia Mekanik
•Laringitis Kronis
Tatalaksana
•IVFD RL : D5% = 2 : 1 20 tpm
•Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
•Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
Prognosis Dubia
26
27
28
29
Hasil Rontgen Thorax
Tampak corakan
vaskular
interstitial pada
kedua lapang paru
•Kesan :
Pneumonia
Interstitial
30
Hasil
Esophagograpi
Kesan :
Curiga ada penyempitan
/ irreguler/ inflamasi
pada esophagus
proksimal mulai setinggi
epiglotis atau Th 3
Divertikel setinggi Th 1
pada esophagus
31
32
33
Hasil CT Scan dengan Kontras
34
Hasil CT Scan dengan Kontras
Kesan:
Emphysema paraseptal pada
kedua apical dan anterior
superior, dengan fibrotic pada
lobus inferior paru kiri
Infiltrat dilobus medius paru
kanan dan lobus inferior paru kiri
e.c sugestif TB paru aktif
Tidak tampak massa paru
35
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan
Anamnesis
Teori
Gejala pada pasien • Awalnya sulit menelan
• Kesulitan menelan hanya pada makanan padat
makanan padat (perlu air (perlu di dorong air) dan
untuk mendorong) pada sumbatan lebih lanjut,
cairan pun akan sulit
• Penurunan berat badan ditelan.
progresif
• Terjadi dalam beberapa
• Sulit menelan, namun bulan dengan penurunan BB
tidak tersedak
• Sulit menelan, namun tidak
tersedak atau cairan masuk
kedalam hidung (yg
menandakan kelumpuhan
otor faring karena disfagia
motorik)
Berdasarkan anamnesis, keluhan pasien lebih 36
mengarah kearah disfagia mekanik
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan Pemeriksaan
Fisik
Teori
Pada Pasien • Penyebab utama disfagia
• Ada massa dengan mekanik adalah
konsistensi lunak sumbatan lumen
berukuran 3 x 5 cm tanpa esophagus oleh massa
nyeri tekan di daerah tumor dan benda asing.
trakea
• Tidak ditemukan
• Refleks muntah pada kelumpuhan kelumpuhan
pasien masih baik otot-otot lidah dan arkus
• tidak ditemukan paralisis faring yang disebabkan
dari nervus kranial oleh gangguan di pusat
menelan maupun pada
nervus V, VII, IX, X, dan
XII
Berdasarkan Pemeriksaan Fisik, keluhan pasien 37
lebih mengarah kearah disfagia mekanik
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan Pemeriksaan
Penunjang
Pada Pasien
• Pemeriksaan Laboratorium dalam batas normal
• Pemeriksaan esophagograpi di dapatkan hasil curiga
terdapat penyempitan/ irreguler/ inflamasi pada esofagus
proksimal mulai setinggi epiglotis (thorakal 3) dan terdapat
kantung atau divertikel setinggi thorakal 1 pada esofagus.
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Pemeriksaan Penunjang
Pada Pasien
• Pasien juga dilakukan rontgen thoraks
dan di dapatkan hasil corakan radikuler
interstisial pada kedua lapang paru,
kesan pneumonia interstisial.
• Pasien dikonsulkan ke dokter spesialis
penyakit dalam untuk dilakukan
endoskopi, namun pasien menolak
endoskopi.
40
BAB IV
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan
Teori
Pada Pasien • diet makanan berupa bubur
• diit bubur susu 3 x sehari direkomendasikan pada pasien
dengan kesulitan pada fase oral,
• injeksi ketorolac 3x30 mg atau bagi mereka yang memiliki
retensi faringeal untuk mengunyah
• Ranitidine 2x50 mg makanan padat
• ceftriaxone 1x2 gram • Ketorolac diberikan untuk
mengurangi keluhan nyeri yang
dirasakan pada pasien
• Ranitidine diberikan untuk
mengurangi asam lambung pada
pasien, karena intake makanan
pasien yang masih kurang
• Ceftriaxone adalah antibiotik
golongan cephalosporin yang
berguna untuk mengobati berbagai
macam infeksi bakteri, termasuk
41
bakteri tuberkulosis.
Pasien dipulangkan karena ada perbaikan setelah
menjalani perawatan selama 9 hari dan disarankan
untuk kontrol kepoli THT dan paru dengan
membawa hasil CT scan kontras
• Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI, 2012
• Paik NJ. 2018. Dysphagia. Medscape : Drug and Disease. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/324096-overview#showall [diakses pada
26 Januari 2019
• Nagel. P., Gurkov, R., Dasar – Dasar Ilmu THT: Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta : 2012
• Netter, Frank H. Atlas Of Human Anatomy 25th Edition. Jakarta: EGC, 2014.
• Michael R, Evaluating Dysphagia. Journal of medicine. Vol 12, hal 3593-3648
• Mary Courtney Moore. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi Edisi I
• O'Connor, Owen J et al. “Esophageal intramural pseudodiverticulosis
characterized by barium esophagography: a case report” Journal of medical case
reports vol. 4 145. 21 May. 2013.
• Shanmuganathan, Rohan and Indra Devi Subramaniam. “Clinical manifestation
and risk factors of tuberculosis infection in Malaysia: case study of a community
clinic” Global journal of health science vol. 7,4 110-20. 2014
44
TERIMA KASIH...