Anda di halaman 1dari 41

MODUL INTI 10

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


TB DAN HIV
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah selesai mempelajari materi peserta latih mampu
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi TB dan HIV di
fasilitas pelayanan kesehatan

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah selesai mempelajari materi peserta latih mampu:
1. Menjelaskan penularan TB dan HIV di fasilitas pelayanan
kesehatan
2. Menjelaskan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi TB di
fasyankes
3. Menjelaskan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi HIV
di fasyankes
4. Menjelaskan kecelakaan kerja dan tatalaksana pajanan di
tempat kerja
POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1: Penularan TB dan HIV di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
1. Penularan TB di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2. Penularan HIV di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pokok Bahasan 2: Prinsip Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1. Prinsip Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dengan 4 Pilar
2. Strategi TEMPO (Temukan pasien secara aktif, Pisahkan secara aman
dan Obati secara tepat)
Pokok Bahasan 3: Prinsip Pencegahan dan Pengendalian Infeksi HIV di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pokok Bahasan 4: Kecelakaan kerja dan tatalaksana pajanan di tempat
kerja
1. Kecelakaan kerja
2. Tatalaksana pajanan di tempat kerja
PENULARAN TB DI LAYANAN KESEHATAN

• Penularan TB terjadi melalui udara


(airborne) yang menyebar melalui
partikel percik renik (droplet nuclei)
saat seseorang batuk, bersin,
berbicara, berteriak atau bernyanyi.

• Micobacterium TB berukuran 1- 10
mikron dan dapat bertahan di udara
selama beberapa jam.
• Infeksi terjadi bila seseorang menghirup percik
renik yang mengandung M.tb dan akhirnya
sampai di alveoli.
• Umumnya respons imun terbentuk 2-10
minggu setelah infeksi.
• Sejumlah kuman tetap dormant (tidur/tidak
berkembang) selama bertahun - tahun dan
disebut infeksi laten.
Penularan TB di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Konsentrasi percik renik di udara. Ini
dipengaruhi oleh jumlah percik renik yang
dikeluarkan oleh pasien TB Paru maupun
keadaan ventilasi di area paparan,
2. Jumlah kuman yang terhirup
3. Ventilasi udara
4. Lamanya pajanan.
Beberapa keadaan yang dapat meningkatkan
risiko penularan TB:
Dari faktor pasien
• Batuk Produktif
• terkonfirmasi secara bakteriologis
• Kavitas
• Tidak menerapkan etika batuk (tidak menutup hidung
atau mulut saat batuk dan bersin)
• Membuang dahak/ludah tidak pada tempat seharusnya
• Tidak dalam pengobatan denganOAT
• Tindakan intervensi (induksi sputum, bronkoskopi dan
suction)
Dari faktor Lingkungan
• Ventilasi yang kurang
• Ruang yang tertutup dan lembab
• Laboratorium yang tidak memenuhi syarat
misalnya tidak tersedia air mengalir,
kurangnya cahaya matahari yang masuk.
• Prevalensi TB di daerah tempat tinggal tinggi
Penularan HIV di fasilitas kesehatan
Beberapa hal yang dapat menyebabkan petugas
TB berisiko tertular HIV misalnya melalui :
• perlukaan di kulit, tusukan jarum, tusukan alat
tajam lainnya yang telah tercemar dengan
darah atau cairan tubuh terinfeksi HIV.
• pajanan pada kulit yang luka dan percikan
darah atau cairan tubuh terinfeksi HIV yang
mengenai selaput mukosa, mulut, hidung atau
mata.
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
• Merupakan bagian dari kewaspadaan standard
• Bertujuan untuk memutus mata rantai transmisi mikroba penyebab
infeksi untuk diterapkan terhadap pasien yang diketahui maupun
dugaan terinfeksi atau terkolonisasi patogen yang dapat
ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak dengan kulit atau
permukaan terkontaminasi termasuk yang terduga mengidap Multi-
Drug Resistant Organisms (MDRO).
• Dilaksanakan sebagai tambahan Kewaspadaan standar
• Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi:
a. Melalui kontak.
b. Melalui droplet.
c. Melalui udara (Airborne).
d. Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan).
e. Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus).
Kewaspadaan standar
• adalah upaya pengendalian infeksi yang
merupakan gabungan dari kewaspadaan
universal dan isolasi duh tubuh
• Upaya mencegah kontak dengan darah, feses,
urine,sputum, saliva, drainase luka, cairan
tubuh lainnya.
Komponen kewaspadan standar
1. Kebersihan tangan (Hand hygiene)
2. Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan bedah, masker bedah,
kaca mata pelindung (goggle), pelindung wajah (face shield),
respirator partikulat (misalnya masker N95), baju pelindung
(apron)
3. Pengelolaan lingkungan dan limbah
4. Pengelolaan alat kesehatanbekas pakai
5. Penatalaksanaan linen
6. Penempatan pasien (patient bed layout)
7. Etika batuk (Respiratory hygiene)
8. Praktek menyuntik yang aman
9. Praktek pencegahan infeksi saat prosedur lumbal punksi
10. Perlindungan dan kesehatan karyawan
PRINSIP PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
TB DI FASYANKES

Tujuan utama pencegahan dan pengendalian


infeksi TB adalah:
• Deteksi dini
• Pemberian OAT secepat mungkin
• mencegah orang lain terinfeksi TB
Prinsip PPI TB

Pilar Managerial

Pilar Pengendalian Administrasi

Pilar Pengendalian Lingkungan

Alat Perlindungan diri (APD)


Pengendalian Tujuan Target: siapa?
dimana?
Manajerial Komitmen manajer untuk Pasien,petugas,pengunjung
mendukung program dengan
mendukung anggaran,fasilitas,
sosialisasi,monev
Administratif Menurunkan risiko ekspose Suspek TB,
TemPO yang berisiko ekspose,
TB infeksius,
TB yg resisten OAT

Lingkungan mencegah penyebaran dan Tempat yang optimal untuk


menurunkan konsentrasi dari meminimalkan risiko
droplet nuklei
Mengontrol sumber infeksi
Mendilusi dan mengeluarkan Jaga udara terkontaminasi
udara yg terkontaminasi harus bergerak keluar
Mengkontrol aliran udara
Perlindungan diri menurunkan risiko saat ekspos penanganan khusus untuk
dengan menggunakan APD yang risiko tinggi
1. Pilar Aktivitas Manajemen
• Tujuan : menjamin tersedianya sumberdaya
terlatih
• Kegiatan : pembuatan kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, monitoring serta evaluasi

2. Pilar Pengendalian Administratif


• Tujuan : melindungi petugas kesehatan, pengunjung
dan pasien dari penularan TB dan untuk menjamin
tersedianya sumber daya yang diperlukan untuk
pelaksanaan PPI
Strategi TeMPO
Etika batuk
3. Pilar Pengendalian Lingkungan
• Tujuan : untuk mengurangi konsentrasi droplet nuclei di
udara dan mengurangi keberadaan benda benda yg
terkontaminasi
• Adalah upaya dengan menggunakan teknologi yang
bertujuan untuk mengurangi penyebaran dan
menurunkan kadar percik renik di udara sehingga tidak
menularkan ke orang lain.
• 3 sistem pengendalian lingkungan :
1. Sistem ventilasi
2. Sistem Filter
3. Sistem Penggunaan Radiasi ultraviolet pada aliran udara
atas (UVGI)
a. Ventilasi Alamiah
Adalah sistem ventilasi yang mengandalkan pada pintu dan
jendela yang terbuka,serta langit2 yg bisa dibuka untuk
mengalirkan udara dari luar ke dalam gedung dan dari
dalam keluar gedung

b. Ventilasi campuran
Adalah sistem ventilasi alamiah ditambah dengan
penggunaan peralatan mekanik untuk menambah
efektifitas penyaluran udara.(mis : penggunaan kipas
angin/exhaust fan untuk menyalurkan/menyedot udara ke
arah tertentu)
c. Ventilasi Mekanik
Adalah sistem ventilasi yang menggunakan peralatan mekanik untuk
mengalirkan dan mensirkulasikan udara di dalam gedung. Termasuk
disini adalah AC dan sistem pemanas udara
Kelebihan dan kelemahan ventilasi campuran
KELEBIHAN KELEMAHAN

 Murah dan mudah direalisasikan  Ventilasi alamiah sering agak sulit


 Diaktifkan hanya dengan membuka dikendalikan dan diprediksi, karena
pintu, jendela dan skylight tergantung pada cuaca, kondisi angin, suhu
 Tidak hanya mengurangi risiko transmisi dll.
TB, tetapi juga meningkatkan kualitas  Arah dan laju aliran udara dapat berubah
udara seara umum sewaktu-waktu
 Kipas angin, cukup murah dan mudah  Udara yang masuk ruangan dari luar tanpa
digunakan disaring dapat membawa polutan udara
 Kipas angin berdiri (standing fan) dapat lainnya
dengan mudah dipindahkan, sesuai  Jendela/pintu yang selalu dibuka, dapat
kebutuhan berdampak pada keamanan, kenyamanan
dan privasi . Hal ini terutama terjadi pada
malam hari atau bila cuaca dingin
Contoh ruang tunggu


Contoh Bangsal
Contoh poliklinik
Contoh ruang berdahak
Prosedur yang dapat menimbulkan Aerosol

Bronchoscopy Suctioning Sputum Induction


Nebulizer treatment
Harap dilakukan di ruangan terpisah, dengan ruangan
Yang sistem ventilasinya baik
4. Pilar Pengendalian alat pelindung
diri (APD)
• Bertujuan untuk melindungi petugas
kesehatan yang harus bekerja di lingkungan
dengan kontaminasi percik renik di udara yang
tidak dapat dihilangkan seluruhnya dengan
pengendalian administratif dan lingkungan
Respirator vs. Face Mask
• Respirator has only tiny • Face mask has large pores
pores which block droplet and lacks air tight seal
nuclei and relies on an air around edges
tight seal around the entire
edge
Beberapa jenis Masker

a. Masker bedah b. Masker N95 c. Masker half face

d. Masker full face e. Ventilated visor f. Powered hood/blou


Masker N95/respirator

• Dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai


daya saring sebesar 95% untuk partikel sebesar 0,3 micron.
• Lebih dikenal dengan masker N95.
• “Masker” ini yang dianjurkan untuk dipakai oleh petugas
kesehatan pada saat melayani pasien TB/TB MDR.
• Setiap petugas yang menggunakan masker N95 diharuskan
melakukan fit test terlebih dahulu.
Temukan pasien secepatnya

Pisahkan secara aman

Obati secara tepat


Manfaat dari TemPO?

• Menurunkan risiko penularan TB dan MDRTB


yang belum teridentifikasi

• menjaring, mendiagnosis ,mengobati TB segera


cepat dan tepat mengurangi penularan TB

• Mudah ,tidak membutuhkan biaya besar, dan ideal


untuk diterapkan fasyankes dengan keterbatasan
sumber daya PPI
Alur Penerapan TemPO di Faskes

Pasien umum

Pasien batuk

Berikan masker,
Pisahkan, KIE

Prioritas untuk Tegakkan diagnosis


pemeriksaan dokter

Terduga TB Bukan Obati dengan tepat


(catat di TB 06, 05) terduga TB

Laboratorium
TB ()04)
KECELAKAAN KERJA DAN TATA LAKSANA
PAJANAN DI TEMPAT KERJA
1. Kecelakaan kerja
– Keselamatan petugas adalah hal yang sangat penting
dan kecelakaan kerja harus dicegah.Apabila terjadi
kecelakaan harus dilaporkan kepada atasan dan
didokumentasikan, sehingga dapat dilakukan tindakan
selanjutnya.
– Kecelakaan kerja dapat terjadi ketika ada pajanan dari
darah atau cairan tubuh pasien kepada petugas
melalui:
• Parenteral berupa tusukan, luka dll
• Percikan pada mukosa mata, hidung atau mulut.
• Percikan pada kulit yang tidak utuh (pecah-pecah, lecet)
Tatalaksana pajanan di tempat kerja
• Jika terjadi luka tusukan jarum suntik atau luka iris
segera cuci dengan sabun dan air mengalir.
• Jika jari tertusuk segera cuci dengan sabun dan air
mengalir, tidak boleh dihisap dengan mulut seperti
kebanyakan tindakan refleks untuk menghisap darah
atau ditekan-tekan
• Jika terjadi percikan pada mukosa hidung segera
hembuskan udara sekuat tenaga
• Jika terkena mulut ludahkan segera dan kumur dengan
air bersih Jika terkena kulit segera bilas dengan guyuran
air yang mengalir.
• Jika terkena mata segera lakukan irigasi dengan air
bersih, larutan garam fisiologis atau air steril.
Laporan Pajanan
• Setiap pajanan harus diperlakukan sebagai keadaan darurat
oleh karena petugas yang terpajan segera melaporkan
kepada atasan langsung dan bagian pengendalian infeksi
Nosokomial atau bagian keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).
• Laporan sangat diperlukan agar pemberian profilaksis
pasca pajanan dapat dimulai secepat mungkin dalam waktu
kurang dari 4 jam dan tidak lebih dari 72 jam. Semakin
cepat pemberian profilaksis pasca pajanan, semakin
bermanfaat dan sebaliknya.
• Lakukan penilaian until potensi tertular, bila iya maka
dilakukan konseling dan tes HIV baik pada petugas maupun
pasien yang menjadi sumber pajanan (jika belum diketahui
status HIV nya).
Penilaian Pajanan untuk Profilaksis Pasca Pajanan HIV
Status infeksi sumber pajanan

Jenis Pajanan
HIV positif HIV positif Tidak diketahui Tidak diketahui HIV
Tingkat 1 Tingkat 2 status HIV-nya sumbernya negatif
Perlukaan kulit
Kurang berat Dianjurkan Anjuran Umumnya Tidak Umumnya TTidak
(y.i. jarum b Pengobatan pengobatan perlu PPP, perlu P
i perlu PPP
e
Luka d
u dasar dengan 3 – pertimbangkan 2- Pertimbangkan P
d
permukaan) in 2 – obat PPP obat PPP obat PPP bila 2-obat PPP bila P a
t sumber berisiko terjadi di d
.k
u dengan ra
, tinggi HIV ie
Lebih berat Pengobatan Anjuran Umumnya Tidak Umumnya s
rTTidak
(y.i. jarum b dengan pengobatan perlu PPP perlu P
iaperlu PPP
berlubang, le3 – obat PPP Dengan pertimbangkan 2- Pertimbangkan 2- P k
h
d
Tusuk d
u
s 3 –obat obat PPP bila obat PP P o
a
Nampak d
a
k PPP sumber berisiko terjadi di P d .k
pada alat, atau a
lr dengan bila ra
Jarum b
ra tinggi HIV ie
Dipakai p
e
a
m s
r
arteri atau vena) a
k
h
, ia
t
Pajanan pada lapisan d
a mukosa atau pajanan pada luka di kuli k
h
Volume sedikit a
sPertimbangkan Anjuran Umumnya Tidak Umumnya o
TTidak
(beberapa tetes) Pengobatan pengobatan perlu PPP perluPPP. i perlu PPP
dasar dengan pertimbangkan 2- Pertimbangkan d 2
2 – obat PPP 3 –obat PPP obat PPP bila obat P a b
-
sumber berisiko. terjadi di P d k i
dengan P ra l
tinggi HIV ie a
Volume banyak Dianjurkan Anjuran Umumnya Tidak Umumnya s
rTTidak
(tumpahan Pengobatan pengobatan perlu PPP perlu P
iaperlu PPP
banyak darah) dasar dengan pertimbangkan Pertimbangkan P
k
h
d 2
2 – obat PPP 3 –obat PPP 2-obat PPP bila obat P P o
a b
-
sumber berisiko. terjadi di P d .k i
dengan P ra l
tinggi HIV ie a
s
r
ia
k
h
Pemberian Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)
• PPP sebaiknya diberikan sesegera mungkin dalam
waktu 72 jam setelah paparan.
• Penilaian kebutuhan PPP harus berdasarkan
status HIV sumber paparan jika memungkinkan,
dan pertimbangan prevalensi dan epidemiologi
HIV di tempat tersebut.
• PPP tidak diberikan jika orang yang berisiko
terpapar sebenarnya HIV positif atau sumber
paparannya HIV negative.
• Lamanya pemberian PPP HIV adalah 28-30 hari.
Pemberian Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)
Orang yang
Paduan ARV
terpapar
TDF + 3TC + LPV/r
Pilihan
Remaja dan
dewasa AZT + 3TC + LPV/r
Alternatif
TDF + 3TC + EFV
AZT + 3TC + LPV/r
Pilihan
TDF + 3TC + LPV/r
Anak (≤10 tahun)
Dapat menggunakan
Alternatif
EFV/NVP untuk
NNRTI

Anda mungkin juga menyukai