Anda di halaman 1dari 20

PRINSIP HUKUM

DALAM PENERAPAN
ETIKA
KEPERAWATAN
OLEH:
HUDZAIFAH AL FATIH, S.KEP.,NERS,M.S
HUKUM & FUNGSI HUKUM
 Hukum mempunyai dasar pandangan yang berlaku dalam suatu
bangsa tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak, apa
yang baik dan apa yang buruk
 Terbentuknya hukum karena perlu adanya norma atau peraturan
agar masyarakat dapat hidup berdampingan dengan damai
 Hukum tidak hanya bermaksud menetapkan sikap individu, tetapi
juga membawa individu agar bersikap sesuai dengan seharusnya
dan tidak bertentangan dengan hukum
HUKUM SEBAGAI NORMA
Hukum dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Hukum normatif
Hukum yang tertulis ataupun tidak dalam peraturan perundang-undangan
2. Hukum ideal
Hukum yang dicita-citakan. Pada hakikatnya berakar pada perasaan manusia
dari segala bangsa
3. Hukum wajar
Hukum yang terjadi dan terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Kadang
menyimpang dari hukum normatif
TUJUAN & TUGAS HUKUM
1. Menurut teori etis  tujuan hukum semata-mata adalah untuk keadilan 
kadang dianggap berat sebelah karena kurang memperhatikan kenyataan
2. Menurut teori utilities  tujuan hukum semata-mata mewujudkan hal yang
bermanfaat  menghasilkan kebahagiaan yang terbesar dalam jumlah
sebanyak-banyaknya  dianggap berat sebelah karena tidak jelas siapa yang
dimaksud dengan sebanyak-banyaknya
3. Teori campuran  ditentukan menurut dua asas, yaitu keadilan dan
kemanfaatan bagi masyarakat
SISTEM HUKUM
Ada 8 asas yang dinamakan principles of legality yang digunakan untuk mengukur
adanya suatu system hukum:
1. Harus mengandung peraturan
2. Peraturan yang dibuat harus diumumkan
3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut
4. Peraturan harus disusun dalam susunan yang dapat dimengerti
5. Tidak boleh mengandung peraturan yang bertentangan satu sama lain
6. Tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi dari yang dapat dilakukan
7. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah peraturan sehingga
menyebabkan sesorang akan kehilangan orientasi
8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaannya
sehari-hari
HUBUNGAN HUKUM DALAM
PELAYANAN KESEHATAN
Dalam UU kesehatan diatur tentang:
1) Asas dan tujuan yang menjadi landasan dan memberi arah pembangunan kesehatan
2) Hak dan kewajiban setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal
3) Tugas dan tanggung jawab pemerintah adalah mengatur, membina, dan mengawasi penyelenggaraan
upaya kesehatan
4) Upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan
5) Sumber daya kesehatan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan harus memperhatikan
golongan masyarakat yang kurang mampu dan tidak semata-mata mencari keuntungan
6) Ketentuan pidana untuk melindungi pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan bila terjadi
pelanggaran terhadap undang-undang ini
PERILAKU PERAWAT YANG
MENGARAH PADA TINDAK
PIDANA
1. Tindak pidana terhadap nyawa
2. Tindak pidana terhadap tubuh
3. Tindak pidana yang terkait dengan asuhan keperawatan untuk tujuan komersial
4. Tindak pidana yang terkait dengan pelaksanaan asuhan keperawatan tanpa keahlian atau kewenangan
5. Tindak pidana yang berkaitan dengan tidak dipenuhinya persyaratan administratif
6. Tindak pidana yang berkenaan dengan hak atas informasi
7. Tindak pidana yang berkenaan dengan produksi dan peredaran alat kesehatan serta kesediaan
informasi
8. Mengakibatkan orang lain mati atau luka
 KUHP pasal 359: “Barangsiapa karena salahnya menyebabkan matinya orang,
dihukum penjara selama-lamanya 5 tahun”
 Pasal 360  kesalahan yang mengakibatkan luka atau luka berat
 Pasal 361: “ Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam
melakukan sesuatu jabatan atau pekerjaan, maka hukuman dapat ditambah
dengan sepertiganya dan ia dapat dipecat dari pekerjaannya.”
ETIKA DAN SANKSI HUKUM
DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
 KUHP pasal 322: “Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu
rahasia, yang menurut jabatan atau pekerjaannya, baik yang
sekarang maupun yang dahulu, ia diwajibkan menyimpannya,
dihukum penjara selama-lamanya 9 bulan.”
PERSYARATAN HUKUM BAGI
PRAKTIK KEPERAWATAN (1)
Pasal 19 UU No.38 Tahun 2014 tentang keperawatan:
 Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki izin  berupa
SIPP (Surat Izin Praktik Perawat)
 SIPP diberikan oleh Pemda/pemkot atas rekomendasi pejabat kesehatan yang
berwenang di tempat perawat menjalankan praktiknya
Pasal 20 UU No.38 Tahun 2014
 SIPP berlaku hanya untuk 1 tempat praktik
 Maksimal 2 tempat
PERSYARATAN HUKUM BAGI
PRAKTIK KEPERAWATAN (2)
Pasal 21 UU No.38 Tahun 2014
 Perawat yang menjalankan praktik mandiri harus memasang papan nama
praktik keperawatan
Pasal 28 UU No.38 Tahun 2014
 Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat
lainnya sesuai dengan Klien sasarannya
 Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Praktik Keperawatan mandiri
b. Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tugas dan Wewenang
Perawat (1)
Pasal 29 UU No.38 Tahun 2014

 Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas sebagai:


a.pemberi Asuhan Keperawatan
b.penyuluh dan konselor bagi Klien
c.pengelola Pelayanan Keperawatan
d.peneliti Keperawatan
e.pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
f. pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
Tugas dan Wewenang
Perawat (2)
Pasal 30 UU No.38 Tahun 2014
Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang
upaya kesehatan perorangan, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik
b. menetapkan diagnosis Keperawatan
c. merencanakan tindakan Keperawatan
d. melaksanakan tindakan Keperawatan
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan
Tugas dan Wewenang
Perawat (3)
f. melakukan rujukan
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan
resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas
Tugas dan Wewenang
Perawat (4)
Pasal 33 UU No.38 Tahun 2014
 Ayat (1): Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (1) huruf f merupakan penugasan Pemerintah yang dilaksanakan pada keadaan tidak
adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu wilayah tempat Perawat bertugas
 Ayat (4): Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Perawat berwenang:
a. melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga medis;
b. merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan
c. melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga
kefarmasian
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 58 UU No.38 Tahun 2014

 Ayat (1): Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1), Pasal 21, Pasal
24 ayat (1), dan Pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi administratif
 Ayat (2): Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin
AREA YANG BERPOTENSI
BERMASALAH DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN (1)
 Kesalahan bisa terjadi akibat kesengajaan atau ketidaksengajaan
 Kesalahan yang tidak disengaja adalah kelalaian dan malpraktik
 Malpraktik merupakan kelalaian yang dilakukan seorang professional seperti dokter atau
perawat
 Hal-hal yang menunjukkan bukti adanya malpraktik oleh perawat:
1. Tugas perawat kepada pasien
2. Pelanggaran tugas oleh perawat
3. Luka yang terjadi pada pasien
4. Hubungan kausal antara pelanggaran tugas dengan terjadinya luka pada pasien
AREA YANG BERPOTENSI
BERMASALAH DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN (2)
 Seorang perawat dikatakan malpraktik jika perawat tersebut melukai pasien
dengan menggunakan prosedur penanganan yang berbeda dengan cara
standar
 Situasi yang paling sering terjadi adalah:
1. Adanya kesalahan pengobatan
2. Melukai pasien
3. Pasien jatuh
4. Kegagalan untuk mengakses serta mengambil tindakan yang tepat
AREA YANG BERPOTENSI
BERMASALAH DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN (3)
Area yang banyak menimbulkan permasalahan:
1. Kamar operasi: tertinggalnya kasa atau instrument lain dalam tubuh pasien akibat kesalahan
menghitung
2. Putusnya komunikasi antara dokter dan perawat atau perawat antar shif
3. Tidak adekuatnya observasi terhadap pasien sehingga muncul diagnosis yang tidak tepat atau
terjadinya injuri
4. Kesalahan terapi intravena yang menyebabkan phlebitis
5. Luka bakar pada pasien akibat terapi panas yang tidak tepat pemantauannya
6. Jatuh yang menyebabkan cedera
7. Kesalahan penggunaan teknik aseptik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai