EPIDEMIOLOGI
Torsio testis merupakan kondisi penyebab akut skrotum yang
paling sering. Insiden torsio testis adalah 1 dari 4000 laki-laki
sebelum usia 25 tahun.3 Torsio testis dapat terjadi pada usia
berapapun, paling sering pada usia 12-16 tahun; sisi sebelah
kiri lebih sering. Median usia pasien torsio testis adalah 15
tahun. (Bayne, 2010)
FAKTOR RISIKO
• Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan, posisi testis
abnormal, serta hilangnya refleks kremaster. (Saxena, 2012)
Posisi abnormal testis terjadi karena korda spermatika memendek;
puntiran akan menarik testis menjadi lebih tinggi. Pemeriksaan refleks
kremaster dilakukan dengan menggoreskan paha bagian dalam dan
ditemukan testis bergerak naik; hasil positif menandakan aliran darah testis
yang baik; jika ada puntiran maka akan negatif. (DaJusta, 2013)
Edema, indurasi, dan eritema skrotum dapat ditemukan pada derajat
berat. Pemeriksaan tanda Phren dilakukan dengan mengangkat testis, jika
nyeri tidak hilang menandakan keadaan torsio. Pemeriksaan tanda Phren
penting untuk membedakan nyeri disebabkan oleh torsio atau orkitis. Posisi
torsio dapat diraba pada pemeriksaan fisik (Tajchner et al, 2009). Simpul
korda terpalpasi dengan mengidentifikasi bagian atas testis dan kepala
epididymis (Kyriazis, 2008).
PENEGAKAN DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukkan adanya leukosit dalam
urin dan pemeriksaan darah tidak menunjukkan tanda inflamasi, kecuali pada
torsio testis yang sudah lama dan telah mengalami peradangan steril.
(Purnomo, 2016)
Pemeriksaan penunjang yang berguna untuk membedakan torsio testis
dengan keadaan akut skrotum yang lain adalah dengan memakai ; stetoskop
Doppler, Ultrasonografi Doppler, dan sintigrafi testis yang kesemuanya
bertujuan untuk menilai adanya aliran darah ke testis. Pada torsio testis tidak
didapatkan adanya aliran darah ke testis sedangkan pada peradangan akut
testis, terjadi peningkatan aliran darah ke testis. (Purnomo, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Bayne AP, Fuentes RJM, Jones EA, Cisek LJ, Gonzales ET, Reavis KM, Roth DR, et al. Factor
associated with delayed treatmet of acute testicular torsion-do demographics or
interhospital transfer matter?. J Urol. 2010;184:1743-7
Boettcher M, Bergholz R, Krebs TF, Wenke K, Aronson DC. Clinical predictors of testicular torsion in
children. Urol. 2012;79(3):670-4
DaJusta DG, Granberg CF, Villanueva C, Baker LA. Contemporary review of testicular torsion: New
concepts, emerging technologies and potential therapeutics. J Pediatr Urol. 2013;9:723-30.
Kyriazis ID, Dimopoulos J, Sakellaris G, Waldschmidt J, Charissis G. Extravaginal testicular torsion: A
clinical entity with unspecified surgical anatomy. Internat Braz J Urol. 2008;34(5): 617-26.
Purnomo, Basuki. 2016. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto.
Saxena AX, Castellani C, Ruttenstock EM, Hollwarth ME. Testicular Torsion: A 15 year single centre
clinical and histological analysis. Acta Paediatrica. 2012;101:282-6.
Tajchner L, Larkin JO, Bourke MG, Waldron R, Barry K, Eustace PW. Management of acute scrotum
in a district general hospital: 10 year experience. Scient World J. 2009;9:281-6.
Taskinen S, Taskinen M, Rintala R. Testicular torsion: Orchiectomy or orchiopexy?. J Pediatr Urol.
2008;4:210-3
EPIDIDIMITIS
DEFINISI
Epididimitis adalah reaksi inflamasi yang terjadi pada
epididymis. Reaksi ini dapat terjadi secara akut dan
kronis.
ETIOLOGI
• Dewasa muda < 35 thn : Chlamydia trachomatis,
Neisseria gonorrhea
• Anak-anak dan lanjut usia : E. coli
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Penyakit ini secara umum sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri
scrotum akut biasanya disertai dengan kenaikan suhu, keluarnya nanah dari
uretra, adanya riwayat coitus suspectus (dugaan melakukan senggama
dengan selain isterinya), atau pernah menjalani kateterisasi uretra
sebelumnya.
Pada pemeriksaan, epididimitis dan torsio testis, dapat dibedakan
dengan Prehn’s sign, yaitu jika testis yang terkena dinaikkan, pada epididmis
akut terkadang nyeri akan berkurang (Prehn’s sign positif), sedangkan pada
torsio testis nyeri tetap ada (Prehn’s sign negative). Pasien epididimitis akut
biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan sedimen urin
didapatkan adanya leukosituria dan bakteriuria.
HIDROKEL
DEFINISI
• Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada
testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu
tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat
menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi
aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.
KLASIFIKASI
3. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis
kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak
menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan
kedalam rongga abdomen.
KLASIFIKASI
ETIOLOGI
Penyebab tumor testis belum diketahui dengan
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang erat
kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor
testis, antara lain maldesensus testis, trauma
testis, atrofi atau infeksi testis dan pengaruh
hormon (Purnomo, 2016).
MANIFESTASI KLINIS
• Pasien biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri,
namun 30% mengeluh nyeri dan terasa berat pada kantung skrotum, sedang 10%
mengeluh nyeri akut pada skrotum. Tidak jarang pasien mengeluh karena merasa
ada massa di perut sebelah atas (10%) karena pembesaran kelenjar para aorta,
benjolan pada kelenjar 38 leher dan 5% pasien mengeluh adanya ginekomastia.
Ginekomastia adalah manifestasi dari beredarnya kadar ß HCG didalam sirkulasi
sistemik yang banyak terdapat pada koriokarsinoma (Purnomo, 2003).
• Pada pemeriksaan fisik testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada
palpasi dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya
infiltrasi tumor pada funikulus atau epididimis. Perlu dicari kemungkinan adanya
massa di abdomen, benjolan kelenjar supraklavikuler, ataupun ginekomasti (Van
de Velde, 2006).
PENEGAKAN DIAGNOSIS
• Transiluminasi, ultrasonografi dan pemeriksaan endapan kemih sangat berguna
untuk membedakan tumor dari kelainan lain. kadang tumor testis disertai
hidrokel, karena itu ultrasonografi sangat berguna (Sjamsjulhidayat R, 2005).