Anda di halaman 1dari 24

 1.

Apa tanda dan gejala dari diagnosis


medis:
.pendengaran berkurang, mengeluh rasa
tersumbat pada telinga atau suara sendiri
terdengar lebih nyaring/berbeda, pada
telinga yang sakit, terasa ada cairan yang
bergerak dalam telinga. Keluar sekret dari
telinga, tiniitus,vertigo atau pusingn
terkadang muncul. (Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi, dkk.
Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi kelima. 2007.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
 2.Diagnosa kep,proritas dan askep.
 1. Nyeri berhungan dengan proses inflamasi pada jaringan telinga tengah
 Tujuan : Penurunan rasa nyeri
 Intervensi :
 Kaji tingkat intensitas klien & mekanisme koping klien
 Berikan analgetik sesuai indikasi
 Alihkan perhatian klien dengan menggunakan teknik – teknik relaksasi :
distraksi, imajinasi terbimbing, touching.
 2. Perubahan sensori / persepsi Auditorius berhungan dengan Gangguan
penghantaran bunyi pada organ pendengaran.
 Tujuan : Memperbaiki Komunikasi
 Intervensi :
 mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
 Memandang klien ketika sedang berbicara
 Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak
 Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada
gerab bibir
 Menggunakan tanda – tanda nonverbal ( mis. Ekspresi wajah, menunjuk,
atau gerakan tubuh ) dan bentuk komunikasi lainnya.
 Instruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien tentang bagaimana
teknik komunikasi yang efektif sehingga mereka dapat saling berinteraksi
dengan klienBila klien menginginkan dapat digunakan alat bantu
pendengaran.

 3. Gangguan Body Image berhubungan
dengan paralysis nervus fasialis
 Intervensi :
 Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme
koping klien terlebih dahuluBeritahukan pada
klien kemungkinan terjadinya fasial palsy
akibat tindak lanjut dari penyakit tersebut
 Informasikan bahwa keadaan ini biasanya
hanya bersifat sementara dan akan hilang
dengan pengobatan yang teratur dan rutin.
 3.pemeriksaan visus yang membedakan katarak dan
galukoma.
Untukpemeriksaan katarak bisa menggunakan
snellen(terdiri dari garis-garis hurufyang ukuran nya
semakin kecil).mata normal dapat melihat sevara
jelas dan tegas 2 garis atau titik dengan sudut
penglihatan(angulus visualis) 1 menit
Untuk glaukoma bisa menggunakan
tonometri,mengukur tekanan intraokular
(TIO).tonometer adalh alat yang mengeksploitasi
sifatfisik matauntuk mendapatkan tekanan intra
okuler tanpa perlu mengkanulasi mata.
. (Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi, dkk. Buku Ajar Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi kelima. 2007. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia)
 4.klasifikasi otitis
 A. Otitis Media Akut
 adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah
dengan tanda dan gejala infeksi. Otitis media akut adalah peradangan akut
sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah, yang disebabkan oleh
bakteri atau virus. Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi
paling sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan – 3 tahun.

 B. Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi)
 adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa
adanya tanda dan gejala infeksi aktif.cairan ini sebagai akibat tekanan
negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba
eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen penyebab definitive yang telah
diidentifikasi.
 C. Otitis Media Kronik
 adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan
biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak
tertangani. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane
timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan
membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir
selalu melibatkan mastoid.
 . (Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi, dkk. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi kelima. 2007. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia)
5.apa ada hub. Cairan yang keluar
daritelinga dan hidung dg penyakit pasien.
Ada,karena terdapatnya cairan di dalam
telinga tengah tanpa adanya tanda dan
gejala infeksi aktif.cairan ini sebagai akibat
tekanan negative dalam telinga tengah
yang disebabkan oleh obstruksi tuba
eustahius.
. (Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi, dkk. Buku Ajar Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi kelima. 2007. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia)
 6. PATOFIS
 Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran
napas (ISPA) yangdiebabkan oleh bakteri, kemudian
menyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius.
Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat
menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan,
peradangan pada saluran tersebut.
 Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius
menyebabkan stimulasi kelenjarminyak untuk menghasilkan
sekret yang terkumpul di belakang membran timpani.Jika
sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran
eustachius,sehingga pendengaran dapat terganggu karena
membran timpani dan tulang osikel(maleus, incus, stapes)
yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapat
bergerak bebas, hantaran suara dan udarayang masuk juga
menurun.
 (Djaafar, Z.A., Helmi, dan Restuti, R. 2007. Kelainan Telinga Tengah, dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan)
 7. Streptococcus.
 Stapilococcus.Diplococcus
pneumonie.Hemopilus influens.Gram
Positif : S. Pyogenes, S. Albus.Gram
Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp,
E. Coli.
 Kuman anaerob : Alergi, diabetes
melitus, TBC paru.


 Faktor resioko
 - Infeksi saluran pernapasan atas
 - Gangguan pertahanan tubuh
 - Usia (bayi lebih mudah terjangkit)
 - Paparan udara yang mengiritasi
 - Sindrom down
 - Anak laki-laki lebih mungkin dibandingkan anak
perempuan untuk mengembangkan otitis media
dengan efusi.
 - Orang tua yang merokok dianggap
berhubungan dengan peningkatan kedua otitis media
kronis dan akut.
 Djaafar, Z.A., Helmi, dan Restuti, R. 2007. Kelainan Telinga Tengah, dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan)
 8.tujuan pemeriksaan CT scan
 teknik pemeriksaan pencitraan terhadap
suatu potongan tipis lewat tubuh yang
berasal dari data-data absorpsi sinar-x
yang di kumpulkan selama gerakan
scaning silkuler
 9. a) Tes Audiometri : AC menurun
 X ray : terhadap kondisi patologi
 Misal : Cholesteatoma, kekaburan
mastoid
 b) Pembuatan audiogram dan X- foto
mastoid
 Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorokan,
 Edisi III,FKUI,2007.
 10.pelaksanaan farma dan non farma
 Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran
napas, dengan pemberian antibiotic, denkongestan local atau sistemik dan
antipiretik.
 § Stadium Oklusi
 Pada stadium ini terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba
eustachius sehingga tekanan negative ditelinga tengah hilang. Terapinya
dengan pemberian obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% untuk anak <12
tahun atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12
tahun dan dewasa. Antibiotic diberikan bila penyebabnya kuman.
 § Stadium Presupurasi
 Pada stadium ini diberikan antibiotic, obat tetes hidung dan
analgesic. Bila membrane tympani sudah terlihat hiperemis difus sebaiknya
dilakukan meringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotic golongan penisilin
atau eritromisin. Jika terdapat resistensi dapat diberikan kombinasi dengan
asam klavulanat atau sevalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin
intramuscular agar konsentrasinya adekuat didalam darah, sehingga tidak
terjadi mastoiditis terselebung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa
dan kekambuhan. Antibiotic deberikan minimal selama 7 hari. Pada anak
deberikan amphisilin 4x50-100mg/kg Bb, amoksisilin 4x40 mg/kg BB/hari.
 Stadium Supurasi
 Selain antibiotic, pasien harus dirujuk untuk dilakukan
miringotomi bila membrane timpani masih utuh sehingga gejala
cepat hilang dan tidak terjadi rupure.
 Stadium Perforasi
 Terlihat secret banyak keluar, kadang secara
berdenyut. Berikan obat cuci telinga H202 3% selama 3-5 hari,
serta antibiotic yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya secret
akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7 sampai
10 hari.
 Stadium resolusi
 Membrane timpani berangsur normal kembali, secret
tidak ada lagi dan perforasi menutup. Bila tidak menutup maka
pemberian antibiotic dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila
dalam 3 minggu itu masih tetap mungkin telah terjadi
mastoiditis.
 Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan,Edisi III,FKUI,2007.
 11.Cara hidup Sehat
 Jauhi merokok, ventilasi yang cukup
bagi rumah/hunian,
 12. - Perforasi gendang telinga
 - Otitis media kronis
 - Labyringitis
 - Meningitis
 - Sepsis intrakranial
 - Abses superiosterial
 - Abses otak
 - Choleasteatoma
 - Kejang-kejang
 Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan,
 Edisi III,FKUI,1997.
 13. dari TTV, dapatditemukan masalah
tekanan darah yang tinggi, tekanan
darah normal rata-rata berkisar antara
120/80.
 14.penyakit terdahulu bisa
menyebabkan hal tersebut, di lihat dari
patofisiologi otitis bisa dikarenakan oleh
ISPA.diabetes juga bisa mejadi pencetus
karena berhubungan dengan kuman
anaerob.
 15.peran perawat
 Memberikan edukasi terhadap
pasien/keluarga tentang bahaya
penyakit tersebut, mengajarkan cara
hidup sehat, beri dukungan terhadap
pasien,

Anda mungkin juga menyukai