Anda di halaman 1dari 17

PRESENTASI REFERAT

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN, EPALA DAN LEHER

“RINITIS ALERGI”

Oleh :
Jefry fransiscus
G 501 08 023
Pembimbing : dr. Christian Lopo, Sp.THT-KL
PENDAHULUAN
 Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivasi atau sensitivitas terhadap antigen
yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya oleh tubuh.
 Gell dan Coombs membagi reaksi hipersensitivitas ini menjadi 4, yakni reaksi
hipersensitivitas tipe I, II, III, dan IV.
 Reaksi hipersensitivitas tipe I adalah rinitis alergi, asma bronkial, urtikaria, dan
dermatitis atopi.
 Rinitis bukanlah penyakit yang fatal, tetapi gejalanya dapat mengganggu kehidupan
sehari-hari, selain itu penyakit ini bersifat rekuren dan kronis.
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Reaksi hipersensitivitas oleh Gell dan Coombs dibagi menjadi 4 bagian yakni :1
 Tipe I (reaksi alergi).Yang termasuk dalam kategori ini adalah rinitis alergi, asma
bronkial, urtikaria, alergi makanan, dan dermatitis atopik.

 Tipe II (reaksi sitotoksik). Yang termasuk dalam kategori ini adalah reaksi
transfusi, hemolitik fetalis, anemia hemolitik autoimun.
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
 Tipe III (reaksi kompleks imun). Yang termasuk dalam kategori ini adalah reaksi
Arthus, serum sickness, vaskulitis dengan nekrosis, glomerulonefritis, dan systemic
lupus eritematous (SLE).

 Tipe IV (reaksi seluler). Yang termasuk dalam kategori ini adalah dermatitis
kontak alergi, hipersensitivitas tuberkulin.
DEFINISI RINITIS ALERGI
Rinitis alergi merupakan reaksi inflamasi pada mukosa hidung
akibat reaksi hipersensitivitas yang diperantarai oleh adanya IgE
yang ditandai dengan trias gejala yaitu bersin-bersin, rinorea
encer, obstruksi nasal.
SUMBER ALERGEN
Berdasarkan cara masuknya alergen dibagi menjadi
:
 Alergen inhalan, masuk bersama udara
pernapasan
 Alergen ingestan, masuk melalui makanan
 Alergen injektan, masuk melalui suntikan atau
tusukan
 Alergen kontaktan, masuk melalui kontak
dengan kulit atau mukosa
Faktor non spesifik juga dapat memperberat gejala
seperti asap rokok, bau yang merangsang,
perubahan cuaca, dan kelembapan yang tinggi.
EPIDEMIOLOGI RINITIS ALERGI
 Prevalensi rinitis alergi diseluruh dunia mencapai 10 – 25 % atau lebih dari 600
juta penderita diseluruh etnis dan usia.
 Amerika Serikat lebih dari 40 juta warganya menderita rinitis alergi dimana laki-
laki lebih banyak dari pada perempuan
 Di Indonesia belum ada yang pasti tetapi di Bandung, prevalensi rinitis alergi
cukup tinggi pada usia 10 tahun.
 Prevalensi terjadinya asma bronkial meningkat pada pasien yang menderita rinitis
alergi
PATOFISIOLOG RINITIS ALERGI
i
MANIFESTASI KLINIS RINITIS ALERGI
Trias gejala dari rinitis alergi : Gejala spesifik pada anak ialah
 Adanya rinorea
 allergic shinner
 bersin-bersin
 hidung tersumbat
Gejala lain dapat ditemukan ;
 allergic salute
 lakrimasi dan gatal pada mukosa nasal,
konjungtiva, dan orofaring
 Post nasal drips
 allergic crease
KLASIFIKASI RINITIS ALERGI
WHO-Initiative Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) tahun 2010
merekomendasikan klasifikasi berdasarkan :
Sifat perlangsungan,
 Intermitten (season)
 Persisten (perennial)
Beratnya gejala,
 Ringan
 Sedang-Berat
RINITIS ALERGI
Anamnesis :  hiposmia atau anosmia
 keterangan mengenai tempat tinggal
 batuk kronik
 tempat kerja
 serangan yang memburuk pada pagi
 pekerjaan pasien
hari sampai siang hari dan membaik
 adanya rinore (cairan hidung yang saat malam hari
bening encer)
 bersin berulang dengan frekuensi lebih  Frekuensi serangan
dari 5 kali setiap kali serangan  pengaruh terhadap kualitas hidup
 hidung tersumbat baik menetap atau
hilang timbul  riwayat atopi di keluarga
 rasa gatal di hidung, telinga atau daerah  faktor pemicu timbulnya gejala
langit-langit
 riwayat pengobatan dan hasilnya
 mata gatal, berair atau kemerahan
RINITIS ALERGI
Pemeriksaan fisik :
 gejala spesifik pada anak ialah allergic
shinner, allergic salute, allergic crease.
 adanya mukosa edema, basah, berwarna
pucat/livid, disertai adanya sekret yang
banyak.
 Bila gejala persisten, mukosa konka
inferior dan media tampak hipertrofi.
 facies adenoid
 Penebalan dinding lateral faring (lateral
pharyngeal bands)
 Lidah tampak seperti gambaran
peta/Geographic tongue
RINITIS ALERGI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium
 Tes Kulit  IgE serum total
 uji tusuk  IgE serum spesifik
 uji tempel  Pemeriksaan eosinofil mukosa
 uji gores hidung
 Skin End-point Titratin Test /SET)  Pemeriksaan eosinofil total darah
tepi
 Tes provokasi hidung (nasal
challenge test)
RINITIS ALERGI
PENATALAKSANAAN
RINITIS ALERGI :
 AVOIDANCE THERAPHY
 FARMAKOTERAPI
 Antihistamin
 Kortikosteroid
 Dekongestan
 antikolinergik
 Na kromoglikat
 Antagonis reseptor leukotrien

 IMUNOTERAPI
 OPERATIF
RINITIS ALERGI
DIAGNOSIS BANDING RINITIS ALERGI :
 Drug induced rhinitis
 Rinitis hormonal
 Rinitis infeksi (virus, bakteri atau penyebab lainnya)
 Rinitis karena pekerjaan
 Non Allergic Rhinitis with Eosinophilic Syndrome (NARES)
 Rinitis karena iritan
 Rinitis vasomotor
 Rinitis atropi
 Rinitis idiopatik
RINITIS ALERGI
KOMPIKASI :
 Polip Nasal
 Sinusitis
 Otitis Media Serosa
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai