Anda di halaman 1dari 37

Laporan Kasus

TONSILITIS KRONIS
Pembimbing: dr. IGA Trisna Aryani, SpTHT-KL, M.Kes

Rian Segal Hidajat (H1A 010 056)


BAB I - Pendahuluan
Pendahuluan
 Faringitis  peradangan dinding faring
 Tonsilofaringitis adalah radang orofaring yang mengenai dinding posterior yang
disertai inflamasi tonsil.1
 Tonsil disusun  jaringan limfoid yg diliputi epitel skuamosa + berisi kripta di
dalamnya
 Terdapat beberapa tonsil yang membentuk cincin Waldeyer:
 Tonsil faringeal (adenoid)
 Tonsil palatina
 Tonsil lingual
 Tonsila palatina memiliki  sistem kripta yg lebih kompleks
 Kripta ini lebih berlekuk-lekuk pada kutub atas tonsila = mudah tersumbat oleh
partikel makanan, mukus, sel epitel yang terlepas, leukosit, dan bakteri 
merupakan tempat utama pertumbuhan bakteri patogen
BAB II – Tinjauan Pustaka
ANATOMI & FISIOLOGI TONSIL

 Tonsil: massa yg terdiri dari jaringan limfoid + ditunjang


jaringan ikat + kriptus
 3 macam tonsil: Faringeal (adenoid), Palatina, Lingual
 Ketiga kelompok tonsil tersebut + tonsil tuba Eustachius 
membentuk Cincin Waldeyer
 Di dalam kriptus: ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang
terlepas, bakteri dan sisa makanan. Permukaan lateral
tonsil melekat pada: fasia faring/kapsul tonsil
 Kripta pada tonsil: +10-30 buah
ANATOMI & FISIOLOGI TONSIL

 Tonsil: organ limfatik sekunder  diperlukan utk


diferensiasi + proliferasi limfosit yang sudah
disensitisasi
 2 fungsi utama:
 Menangkap dan mengumpulkan benda asing dengan
efektif
 Tempat produksi antibodi yang dihasilkan oleh sel
plasma yang berasal dari diferensiasi limfosit B.
TONSILITIS

 Tonsilitis: peradangan tonsil palatina yg merupakan


bagian dari cincin Waldeyer.
 Penyebaran infeksi melalui udara (air borne
droplets), tangan dan ciuman.
 Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada
anak.
TONSILITIS KRONIS – Etiologi & F.Resiko

 Tonsilitis kronis: Peradangan tonsil yg menetap sebagai akibat infeksi akut


atau subklinis yang berulang
 Ukuran tonsil membesar akibat hyperplasia parenkim atau degenerasi
fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil
 Dapat pula ditemukan tonsil yg relatif kecil akibat pembentukan sikatrik yg
kronis
 Pembesaran tonsil  akibat infeksi tonsil yg berulang dan sumbatan pada
kripta = peningkatan stasis debris + antigen dalam kripta
 Pada tonsil normal  jarang ditemukan bakteri pada kripta
 Pada tonsilitis kronis: bisa ditemukan bakteri yg berlipat ganda
 Bakteri yang menetap di dalam kripta tonsil = sumber infeksi berulang
TONSILITIS KRONIS – Etiologi & F.Resiko

 Faktor predisposisi:
 Rangsangan menahun dari rokok
 Beberapa jenis makanan
 Higiene mulut yang buruk
 Pengaruh cuaca,
 Kelelahan fisik
 Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-
kadang kuman berubah menjadi kuman golongan Gram negatif.
TONSILITIS KRONIS – Patogenesis

 Tonsil yang berulang kali terkena infeksi + faktor lain  suatu


waktu tonsil tidak bisa membunuh kuman semuanya = kuman
bersarang di tonsil + menimbulkan peradangan tonsil kronik
 Fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang
infeksi atau fokal infeksi.
 Peradangan dimulai >1 kripta tonsil
 Radang berulang: epitel mukosa + jaringan limfoid terkikis 
pada proses penyembuhan: jaringan limfoid diganti jaringan
parut
TONSILITIS KRONIS – Manifestasi Klinis

Gejala lokal:
 Rasa tidak enak di tenggorok, sakit tenggorok, sulit sampai sakit
menelan, dirasakan kering di tenggorok dan napas berbau

Gejala sistemik:
 Malaise, nyeri kepala, demam subfebris, nyeri otot dan persendian.

P.Fisik:
 Tonsil membesar dgn permukaan yg tidak rata, kriptus melebar dan
beberapa kripti terisi oleh detritus
TONSILITIS KRONIS – Tatalaksana

Medikamentosa:
 Yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik:
 Obat kumur, analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu.

 Tonsilitis yang disebabkan oleh streptokokus perlu diobati dengan:


 Penisilin V secara oral
 Sefalosporin
 Makrolida
 Klindamisin
 Injeksi secara intramuskular Penisilin Benzatin G.
TONSILITIS KRONIS – Tatalaksana

 Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling


sering dilakukan pada pasien dengan tonsilitis kronik
 Tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai masalah
dan berisiko menimbulkan komplikasi  perdarahan, syok,
nyeri pasca tonsilektomi, maupun infeksi

Indikasi tonsilektomi  Menurut American Academy of


Otolaryngology – Head and Neck Surgery Clinical Indicators
Compendium tahun 1995:
TONSILITIS KRONIS – Tatalaksana
INDIKASI TONSILEKTOMI
1. Serangan tonsillitis lebih dari 3 kali per tahun walau telah mendapat terapi adekuat.
2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan orofacial.
3. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertropi tonsil dengan sumbatan jalan nafas,
sleep apnea, gangguan menelan, gangguan bicara, dan cor pulmonal.
4. Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak berhasil
hilang dengan pengobatan.
5. Nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
6. Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus β
haemoliticus.
7. Hipertropi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8. Otitis media efusa atau otitis media supuratif.
Faringitis Kronik

 Etiologi
 Adanya paparan dari zat kimia  nikotin, alkohol, gas iritan
 Bernafas melalui mulut pada keadaan terjadinya obstruksi jalan nafas (contohnya
pada deviasi septum)  
 Gejala
 sensasi tenggorokan yang kering dan adanya viscous mucus.
 Beberapa pasien juga mengeluhkan batuk kering dan sensasi adanya benda asing
di faring. 11
 Diagnosis
 mukosa faring merah dan tidak rata akibat adanya hiperplasia dari jaringan
limfatik pada dinding posterior faring (hipertrofi).
 Mukosa faring juga bisa tampak halus, dan mengkilat pada beberapa kasus
(atrofi).
 Penatalaksanaan
 Pada faringitis kronik hiperplastik --> terapi dengan melakukan kaustik faring
 Pengobatan simtomatis diberikan obat kumur atau tablet hisap.
 Jika di perlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspetoran
 
BAB III – Laporan Kasus
IDENTITAS

 Nama : Nn. M R
 Umur : 20 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Babakan
 Pekerjaan : Mahasiswa
 Tgl Pemeriksaan: 2 April 2016
ANAMNESIS

Keluhan Utama:
 nyeri tenggorokan 
Riwayat Penyakit Sekarang:
 Pasien datang ke poliklinik THT RSU Provinsi NTB dengan keluhan nyeri
tenggorokan sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan memberat sejak 2 minggu
yang lalu. Karena nyeri tenggorokan tersebut, pasien mengalami kesulitan makan
namun masih bisa mengonsumsi nasi. Pasien juga mengeluhkan tenggorokan yang
terasa kering yang timbul bersamaan dengan nyeri tenggorokan. Riwayat batuk,
pilek, demam, perubahan suara, dan nyeri telinga disangkal pasien. Pusing (-),
badan terasa pegal-pegal (-). Pasien rutin gosok gigi 2x/hari. Bapak pasien
mengatakan pasien tidak mengorok waktu tidur. Pasien sering mengonsumsi
minuman dingin sejak kecil. Nyeri tenggorokan sudah kambuh 5 kali dalam setahun
terakhir sehingga menganggu aktivitas pasien sebagai mahasiswa di Universitas
Mataram.
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu:


 Pasien mengaku bahwa keluhan seperti ini sudah
sering dirasakan sejak 2 tahun yang lalu.
 
Riwayat Penyakit Keluarga:
 Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita

penyakit yang sama dengan pasien.


ANAMNESIS

Riwayat Alergi:
 Riwayat alergi makanan maupun obat-obatn disangkal oleh pasien.
 Riwayat alergi debu (-), alergi dingin (-), bersin-bersin dan pilek

jika terkena debu atau suhu dingin (-).

Riwayat Pengobatan:
 Pasien sejak 2 tahun yang lalu dikatakan oleh dokter keluarga
mengalami amandel dan diberikan obat oleh dokter keluarga.
Tetapi keluhan sering terjadi dan berulang sehingga disarankan
untuk dioperasi oleh dokter keluarga dan di rujuk ke RSUP NTB.
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital:
 Tekanan Darah: 110/70 mmHg
 Nadi : 76 x/menit
 Respirasi: 20 x/menit
 Suhu: 36,4oC
PEMERIKSAAN FISIK – Status Lokalis
DIAGNOSIS KERJA

Tonsilofaringitis Kronik
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Laboratorium: Darah lengkap, Tes Fungsi Hati, Tes


Fungsi Ginjal, Elektrolit Darah, Fungsi Pendarahan
(PPT, APTT)
 Röntgen Thoraks PA
 Kultur swab tenggorokan dan uji resistensi bakteri
untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan
antibiotik yang sesuai
TATALAKSANA

Medikamentosa
 Terapi medikamentosa:
 Cefadroxil 2x500 mg
 Paracetamol 3x 500 mg k/p
 Povidone Iodine 1% Obat Kumur 2x/hari
 Pro Tonsilektomi & Kauterisasi Faring
TATALAKSANA

KIE
Untuk sementara hindari makanan yang berminyak, minuman
atau makanan dingin, manis atau yang mengiritasi tenggorokan.
Menjaga higiene mulut
Anjurkan keluarga untuk menjaga kesehatan pasien dan
mempersiapkan pasien untuk melakukan operasi pengangkatan
amandel mengenai tindakan yang dilakukan dan komplikasinya

PROGNOSIS:
Dubia ad bonam
BAB IV - Pembahasan
PEMBAHASAN

 Pada kasus ini, diagnosis tonsilofaringitis kronis ditegakkan


berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik.
 Pada anamnesa didapatkan adanya riwayat nyeri tenggorokan sejak
2 tahun yang lalu dimana memberat sejak 2 minggu terakhir
 Pada pemeriksaan fisik tenggorokan dengan spatula lidah didapatkan
pembesaran tonsil palatina ukuran masing-masing T2 untuk tonsil
palatina kanan dan kiri dan adanya granulasi pada permukaan
dinding faring
 Pasien mengaku memang sudah sering mengalami nyeri tenggorokan,
dimana dalam 1 tahun terakhir ini pasien mengalami keluhan nyeri
menelan sebanyak 5 kali
PEMBAHASAN

 Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan di


pasien ini adalah
 pemeriksaan foto thoraks
 pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah
lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, elektrolit, dan fungsi
pendarahan yang hasilnya akan digunakan untuk persiapan
operasi
 kultur kuman dan uji resistensi bakteri dari swab yang
diambil dari lendir pada permukaan tonsil pasien sehingga
dapat diberikan antibiotika sesuai
PEMBAHASAN

 Terapi yang direncanakan untuk penderita ini


adalah tonsilektomi
 Hal ini sesuai dengan indikasinya yaitu:
 Serangan tonsilitis yang lebih dari tiga kali walau telah
diberikan terapi yang adekuat,
 Untuk tindakan operatif ini perlu diberikan KIE yang
jelas kepada penderita khususnya keluarga
penderita.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai