Konsep dokter keluarga di Indonesia pertama diajukan oleh IDI pada tahun 1980 sebagai hasil Muktamar ke –17 dengan latar belakang sebagai berikut: 1. DK sebagai alternatif pengembangan karier dokter disamping karir spesialis 2. DK untuk memenuhi tuntutan pelayanan kesehatan yang termaksud pada SKN pada waktu itu. Masalah mutu pada waktu itu masih belum menjadi sorotan benar 3. DK untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan dengan menerapkan sistem pelayanan kesehatan terkendali 4. DK untuk menahan dampak negatif spesialisasi Dokter Spesialis pelayanan kesehatan bagi semua individu tanpa memandang usia, sex, atau jenis masalah. Memberikan pelayanan komprehensif bagi individu & keluarga, dengan mengintegrasikan Ilmu Biomedik, Ilmu Perilaku & Ilmu Sosial. Memberikan pelayanan kesehatan primer & kontinyu bagi seluruh keluarga dalam komunitasnya. Menangani fisik, psikologis & sosial. Mengkoordinasikan pelayanan kesehatan komprehensif dengan spesialis yang lain. Disebut juga : Family Physician or General Practitioner. Disiplin Kedokteran Akademik meliputi pelayanan kesehatan komprehensif, pendidikan & penelitian. Dalam Mukernya yang ke-18 IDI menetapkan definisi DK sebagai berikut:
Dokter Keluarga adalah dokter yang
memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat pada keluarga sehingga ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya. DK melayani penderita tidak hanya sebagai individu tetapi sebagai anggota satu keluarga bukan anggota masyarakatnya DK memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan memberikan perhatian kepada penderitanya secara lengkap dan sempurna,jauh melebihi apa yang dikeluhkannya DK memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan utama meningkatkan derajat kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobatinya penyakit sedini mungkin DK mengutamakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan itu sebaik-baiknya Merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor 56 tahun 1996, tentang pengembangan dokter keluarga dalam Eny (2006), yaitu : Dokter yang menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan dasar paripurna (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif) dengan pendekatan menyeluruh (holistik dan kesisteman) untuk pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap keluarga dalam kelompok masyarakat yang memilihnya sebagai mitra utama pemeliharaan kesehatan. Untuk menjadi dokter keluarga, seorang dokter terlebih dahulu harus melewati pendidikan lanjutan khusus. Menurut Dr. Sugito Wonodirekso, MS, PHK. PKK dalam Hadinata (2010), yang dimaksud dengan pendidikan lanjutan khusus adalah pendidikan lanjutan yang dirancang khusus untuk mencapai tingkat kompetensi tertentu yang lebih tinggi sebagai dokter layanan primer, yang dapat diperoleh melalui Pendidikan Kedokteran Bersinambung/ Pengembangan Profesional Bersinambung (PKB/PPB atau CME/CPD) yang terstruktur. Setelah mencapai “angka kredit tertentu” mereka berhak menyandang gelar “Dokter Keluarga” dan berwenang sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat primer dengan wewenang yang lebih luas. Tetapi, pendidikan lanjutan khusus ini tidak sama dengan pendidikan lanjutan yang ditempuh oleh dokter spesialis. Pendidikan lanjutan khusus ini, tidak menyebabkan adanya pembatasan ruang lingkup pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga. Dokter keluarga tetap bertugas melayani pasien di tingkat primer tanpa memandang jenis kelamin, usia, organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Sedangkan dokter spesialis bertugas melayani pasien di tingkat sekunder dengan dibatasi oleh jenis kelamin, usia, organ tubuh, atau jenis-jenis penyakit tertentu. Karena telah melewati pendidikan lanjutan khusus terlebih dahulu sebelum mendapat gelar dokter keluarga, dokter keluarga mempunyai perbedaan dengan dokter umum. Perbedaannya antara lain terdapat pada batas kewenangan yang dimiliki oleh dokter keluarga lebih luas dibanding dengan dokter umum. Tugas-tugas dokter keluarga secara lebih terperinci adalah sebagai berikut: Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyeluruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan, Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat, Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit, Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya, Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi. Menangani penyakit akut dan kronik, Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS, Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS, Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan, Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya, Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien, Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar, Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus (Agnilia,2008) Tugas-tugas dokter keluarga yang demikian itu, menyebabkan dokter keluarga memiliki beberapa karakteristik dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Karakteristik pelayanan dokter keluarga dapat dijabarkan
sebagai berikut: 1) Melayani penderita tidak hanya sebagai perorangan tetapi sebagai anggota keluarga dan bahkan sebagai masyarakat sekitarnya, 2) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, perhatian secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi keluhan yang disampaikan, 3) Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah penyakit serta mengenal dan mengobati penyakit sedini mungkin, 4) Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya, 5) Menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan (Klinik Makmur Jaya, 2010). Adapun beberapa jenis pelayanan dokter keluarga yang sesuai dengan karakteristik pelayanan mereka adalah: 1) Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan, 2) Pemeriksaan dan Pengobatan oleh dokter, 3) Tindakan medis kecil (ringan), 4) Pemeriksaan penunjang laboratorium sederhana, 5) Pemeriksaan ibu hamil, nifas, dan ibu menyusui, bayi dan anak balita, 6) Upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi, 7) Pemberian obat pelayanan dasar dan pelayanan obat penyakit kronis atas indikasi medis, Pemberian surat rujukan ke Rumah Sakit/Dokter Spesialis untuk kasus yang tidak dapat ditangani Dokter Keluarga. (Putu, 2010) Oleh karena dokter keluarga telah melewati pendidikan lanjutan khusus tersebut, maka dokter keluarga memiliki tingkat kompetensi yang lebih dibanding dokter umum, sehingga batas kewenangan yang dimiliki dokter keluarga lebih luas dibandingkan dengan dokter umum dan dokter keluarga juga memiliki tugas-tugas serta karakteristik pemberian pelayanan kesehatan tersendiri kepada masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa dokter keluarga dapat diterapkan pada sistem kedokteran di Indonesia, karena akan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih optimal bagi masyarakat. Terima Kasih