Blok Reproduksi
Aldi Firdaus
405140098
LI
1. Infertilitas pd Laki2 & Perempuan
2. Infeksi
3. Tumor & Keganasan
4. Kelainan Organ Genital
LI 1
Infertilitas pada Wanita
Klasifikasi
infertilitas primer
infertilitas sekunder
Definisi
primer belum pernah hamil walaupun
bersenggama dan dihadapkan kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan
sekunder pernah hamil, tetapi tidak terjadi
kehamilan lagi selama 12 bulan
Pemeriksaan pasangan infertil
• Syarat pemeriksaan
– Istri (20 – 30 thn) akan diperiksa setelah berusaha
untuk hamil selama 12 bulan. Kec :
• Abortus berulang
• Kelainan endokrin
• Riwayat PID atau rongga abdomen
• Bedah ginekologik
• Istri (31-35 thn) dapat diperiksa pada pertama
kali kunjungan
• Istri (36-40 thn) bila sama sekali belum
memperoleh anak dari perkawinan
• Tidak dapat dilakukan bila salah satu dari
pasangan mengidap penyakit yg dapat
membahayakan kesehatan istri dan anak
Pemeriksaan masalah infertilitas
• Meliputi :
1.Vaginosis bakterialis
2.Trikomoniasis
3.Kandidiasis vulvavagina
4.Vaginitis atrofi
Vaginosis Bakterialis
Gejala yang ditemukan dapat bermacam-macam, yaitu:
• 1. Tidak ada gejala : pada 50% dari penderita yang diagnosis dengan
penyakit ini tidak merasakan gejala apapun. Pada pemeriksaan dari
sekret atau cairan vagina secara mikroskopis dapat ditemukan
bakteri anaerob walaupun penderita tidak menunjukkan gejala
apapun.
• 2. Bau amis yang tidak sedap : ini merupakan gejala tersering yang
dikeluhkan penderita. Bau amis makin terasa pada saat setelah
berhubungan seksual dan saat menstruasi.
• 3. Cairan atau sekret vagina berwarna keabu-abuan : sekret vagina
yang normal berwarna bening hingga putih. Perubahan warna pada
sekret dari vagina dapat menjadi salah satu penanda terjadinya
peradangan pada vagina
• 4. Kadang dapat ditemukan gatal pada kemaluan : keluhan ini jarang
ditemukan
• 5. Tidak ada nyeri dan kemerahan pada kemaluan
Vaginosis Bakterialis
Faktor resiko untuk penyakit ini adalah
1. Sosial ekonomi rendah
2. Sering mencuci vagina terutama yang
mengandung antiseptik
3. Merokok
4. Penggunaan KB spiral/IUD
5. Penggunaan spermisida dosis tinggi
6. Hubungan seksual tanpa pengama
Vaginosis Bakterialis
Untuk mendiagnosis vaginosis bakterialis digunakan
kriteria Amsel, yaitu:
• 1. Sekret atau cairan vagina yang homogen dan encer
• 2. pH vagina > 4,5
• 3. Tes Whiff yang positif dimana ditemukan bau amis pada
penambahan KOH 10% pada sekret vagina
• 4. Ditemukan 20% sel clue pada pemeriksaan mikroskopis
• Apabila ditemukan 3 dari 4 kriteria tersebut sudah dapat
mendiagnosis vaginosis bakterialis. Untuk pengobatan
dapat diberikan antibiotik untuk bakteri anaerob. Probiotik
lactobacillus juga dapat diberikan. Pengobatan kepada
pasangan tidak diperlukan pada penyakit ini. Vaginosis
bakterialis ditelah dikaitkan dengan meningkatnya resiko
untuk HIV/AIDS, keguguran dan pecah ketuban dini
VAGINOSIS BAKTERIALIS
Vaginosis Bakterial
• Merupakan sindrom klinik akibat pergantian
Lactobaccillus sp penghasil H2O2 yang
merupakan flora normal vagina dengan
bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi
• Contohnya : Bacteroides sp, Mobiluncus sp,
Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma
hominis
Etiologi
• Memperlihatkan bahwa ada 4 kategori dari bakteri vagina yang
hubungan dengan vaginosis bakterial yaitu:
– Gardnerella vaginalis dapat diisolasi pada sekitar 95% wanita
dengan vaginosis bakterial dan 40-50% pada wanita tanpa gejala
vaginitis atau penyebab vaginitis lainnya
– Bakteri anaerob Bacteroides Spp diisolasi sebanyak 76% dan
Peptostreptococcus sebanyak 36% pada wanita dengan vaginosis
bakterial
– Mycoplasma hominis sebagai agen etiologik untuk vaginosis
bakterial,bersama-sama dengan G.vaginalis dan bakteri anaerob
Kriteria Diagnostik Klinis
• Duh tubuh vagina warna putih homogen, melekat pada
dinding vagina dan vestibulum
• Terciumnya bau amis seperti ikan pada duh tubuh
vagina yg ditetesi dgn larutan KOH 10% (tes amin/
Whiff test) terutama waktu berhubungan seksual
• pH cairan vagina >4,5
• 50% wanita asimtomatik
• Pada pemeriksaan terdapat sekret yang homogen,
tipis, dan cair. Sekret yang normal vagina lebih tebal
dan terdiri atas kumpulan sel epitel vagina yang
memberikan gambaran berkelompok atau
menggumpul
Komplikasi
• Predisposisi komplikasi obstetrik dan
ginekologik tertentu, seperti : korioamnionitis,
infeksi cairan ammnion,infeksi pada masa
nifas, penyakit radang panggul, kelahiran
prematur dan his prematur
Diagnosis
• Amsel dan kawan-kawan merekomendasikan diagnosis
klinis vaginosis bakterial berdasarkan pada adanya 3 dari
empat tanda-tanda berikut:
– Cairan vagina homogen, putih dan keabu-abuan, melekat pada
dinding vagina
– pH vagina lebih besar dari 4,5
– Sekret vagina berbau amis sebelum atau setelah penambahan
KOH 10% (Whiff test)
– Clue cell pada pemeriksaan mikroskop
PENATALAKSANAAN
Nonmedikamentosa
• Pasien dianjurkan utk menghindari pemakaian
vaginal douching atau antiseptik
• Komunikasi, informasi, dan edukasi
PENATALAKSANAAN Medikamentosa
• Rejimen terapi yang dianjurkan : metronidazol 500 mg 2x sehari
selama 7 hari
• Rejimen alternatif :
– Metronidazol oral 2 gram dosis tunggal
– Klindamisin cream 2% intravagina
– Metronidazol gel 0,75% intravaginal
– Klindamisin 300 mg 2 x sehari selama 7 hari
– Augmentin oral
– Sefaleksin 500 mg 4 x sehari selama 7 hari
SERVISITIS
Servisitis kronika
• Servisitis kronika adalah infeksi menahun
akibat luka-luka pada serviks karena
partus/abortus yang disebabkan masuknya
kuman-kuman kedalam endoserviks dan
kelenjar-kelenjarnya.
Gambaran patologis dapat ditemukan :
Serviks
• Kelihatan normal
• Pada pemeriksaan mikroskop ditemukan leukosit dalam stroma
endoserviks
• Pengeluaran secret agak putih-kuning
Portio
• Sekitar ostium eksternum tampak kemerahan
• Secret yang dikeluarkan terdiri atas mucus bercampur nanah
Sobekan pada serviks uteri lebih luas
• Mukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar (ekstroplon)
• Mukosa lebih mudah kena infeksi dari vagina
• Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertropi dan
mengeras
• Secret mukosa purulen bertambah banyak
Pengobatan
• Pap smear
• Biopsi untuk memastikan tidak adanya Ca
Therapi
• Dilakukan kanterisasi radial sehingga terjadi nekrosis
• Jaringan yang meradang terlepas kira-kira 2 minggu,
lambat laun diganti jaringan sehat
• Bila radang menahun mencapai endoserviks jauh
kedalam kanalis servikalis dilakukan ronisasi dengan
mengangkat sebagian besar mukosa endoserviks
• Jika infeksi sangat luas dilakukan amputasi serviks
SALPINGITIS
Salpingo – ooforitis/ adneksitis
• Radang tuba fallopii dan radang ovarium dan
dapat terjadi bersamaan.
• Radang itu kebanyakn akibat infeksi yang
menjalar keatas dari uterus, walau pun infeksi
ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal
lewat darah dan limfe /jaringan sekitarnya
Klasifikasi :
1. Salpingo – ooforitis Akuta
2. Salpingo – ooforitis kronika
Salpingo – ooforitis Akuta
• ada 2:
A. Salpingitis gonoroika :
Et : Gonore (sampai ke tuba dari uterus melalui mukosa).
Pada endosalping
Tampak: Edema,Hiperemi dan Infitrasi leukosit.
Pada infeksi
• ringan : epitel masih utuh
• lebih berat :
– degenerasi epitel, hilang pada daerah yang agak luas,
– terlihat lapisan otot dan serosa
– Ada eksudat purulen keluar melalui ostium tuba abdominalis
menyebabkan peritonitis pelvika
Pada gonorre ada cenderung perlekatan fimbria pada ostium
tuba abdiminalis penutupan ostium nanah
terkumpul piosalping
B. Salpingitis akuta piogenik
Banyak ditemukan pada
– infeksi puerperal
– abortus septik
– tp dpt juga karena berbagai tindakan.
Infeksi dapat disebabakan oleh bermacam-macam kuman
: streptokokus,stafilokokus, e.colim, klostridium
welchii, dll.
Cara Infeksinya : serviks uteri/kavum uteri jalan
darah/limfe parametriumtuba/peritoneum pelvik.
Menimbulkan salpingitis interstisialis akuta,mesosalping,
dinding tuba menebal, infiltrasi leukosit, ttp mukosa
sering kali normal.
Pada infesi septik dengan kuman-kuman
patogen gejala-gejala umum lebih menonjol
karena terjadinya Septikemia/peritonitis.
Umum : penderita sakit keras dengan Suhu dan
leukositosis tinggi.
Pada ovarium dapat terjadi abses ovarium.
Jarang terdapat pada ke dua adneksa.
Setelah lewt beberapa hari dijumpai pula tumor
dengan batas tidak jelas dan yang nyeri tekan.
Gambaran klinik
• Demam
• Leukositosis
• Rasa nyeri disebelah kanan/kiri uterus
DD
PENYAKIT KETERANGAN
Gejala-gejala ·
Demam tinggi dengan menggigil. ·
Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan. ·
Mual dan muntah, jadi ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsang
peritoneum. ·
Kadang-kadang ada tanesmi adalah anum karena proses dekat rektum dan
sigmoid. ·
Toucher : - Nyeri kalau portio digoyangkan. - Nyeri kiri dan kanan dari uterus. -
Kadang-kadang ada penebalan dari tuba. Tuba yang sehat tak teraba. - Nyeri
pada ovarium karena meradang.
Patofisiologi
• Dengan adanya penyebaran bakteri dari vagina ke tuerus lalu ke tuba dan
atau parametrium, terjadilah salpingitis dengan atau tanpa ooforitis,
keadaan ini bisa terjadi pada pasca abortus, pasca persalinan atau setelah
tindakan genekologik sebelumnya. Mekanisme pembentukan ATO yang
pasti sukar ditentukan, tergantung sampai dimana keterlibatan tuba
infeksinya sendiri. Pada permulaan proses penyakit, lumen tuba masih
terbuka mengeluarkan eksudat yang purulent dari febriae dan
menyebabkan peritonitis, ovarium sebagaimana struktur lain dalam pelvis
mengalami keradangan, tempat ovulasi dapat sebagai tempat masuk
infeksi. Abses masih bisa terbatas mengenai tempat masuk infeksi. Abses
masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula
melibatkan struktur pelvis yang lain seperti usus besar, buli-buli atau
adneksa yang lain. Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai
respon pengobatan, keadaan ini biasanya memberi perubahan anatomi
disertai perlekatan fibrin terhadap organ terdekatnya. Apabila prosesnya
menhebat dapat terjadi pecahnya abses
Pemeriksaan
a) Berdasarkan gejala klinis dan anamnesis pernah infeksi daerah
panggul dengan umur antara 30-40 tahun, dimana 25-50 % nya
adalah nulipara
b) Pemeriksaan laboratorium, lekositosis (60-80 % dari kasus),
peningkatan Leo
c) Foto abdomen dilakukan bila ada tanda-tanda ileus, dan atau
curiga adanya masa dianeksa
d) Ultrasonografi, bisa dipakai pada kecurigaan adanya ATO atau
adanya masa diadneksa melihat ada tidaknya pembentukan
kantung-kantung pus, dapat untuk evaluasi kemajuan terapi.
e) Pinki Douglas dilakukan bila pada VT : Cavum Douglas teraba
menonjol. Pada ATO yang utuh, mungkin didapatkan cairan akibat
reaksi jaringan. Pada ATO yang pecah atau pada abses yang
mengisi cavum Douglas, didapat pus pada lebih 70 % kasus
DD
a) ATO utuh dan belum memberikan keluhan
- Kistoma ovarii, tumor ovarii
- - Kehamilan ektopik yang utuh
- - Abses peri, apendikuler
- - Mioma uteri
- - Hidrosalping
b. bATO utuh dengan gejala : - Masuk rumah sakit, tirah baring posisi “semi fowler”,
observasi ketat tanda vital dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika perlu pasang
infuse P2 - Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72 jam Gol
ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan gentamisin 5 mg / kg BB / hari, IV/im
terbagi dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup 2x / hari atau
kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari metronidzal atau sefaloosporin
generasi III 2-3 x /1 gr / sehari dan metronidazol 2 x1 gr selama 5-7 hari - Pengawasan
ketat mengenai keberhasilan terapi - Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau
pengangkatan seluruh organ genetalia interna
c. ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakukan laporatomi pasang drain kultur
nanah - Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III dan
metronidazol 2 x 1 gr selama 7 hari (1 minggu)
Prognosis
ATO yang utuh
- Pada umumnya prognosa baik, apabila dengan pengobatan
medidinaslis tidak ada perbaikan keluhan dan gejalanya maupun
pengecilan tumornya lebih baik dikerjakan laparatomi jangan
ditunggu abses menjadi pecah yang mungkin perlu tindakan
lebih luas Kemampuan fertilitas jelas menurun kemungkinan
reinfeksi harus diperhitungan apabila terapi pembedahan tak
dikerjakan
• young age
• multiple sexual partners
• certain methods of contraception
• previous history of chlamydia or another
sexually transmitted infection
• delayed and decreased access to care
Symptoms
• Nyeri perut bawah
• abnormal vaginal discharge
• Pendarahan uterine abnormal
• dysuria
• dyspareunia
• nausea
• vomiting
• Demam
• Radiologitransvaginal ultrasonography , CT
• PA: endometrial biopsy
laparoscopy
Complications
SCARRING INSIDE THE REPRODUCTIVE ORGANS
CHRONIC PELVIC
ECTOPIC
PAIN INFERTIL- PREGNANCY
ITY
Karsinoma Serviks
Paling banyak ditemukan.
Kebanyakan mulai dari daerah peralihan tapi
jenis adenoca. mulai dari canalis servikalis.
Etiologi:
1. Infeksi virus
HPV tipe 6,11,42 dihubungkan dengan CIN I dan
kondilomata.
HPV tipe 16 atau 18 dihubungkan dengan CIN 111 dan
karsinoma invasif.
2. Fakta-fakta epidemiologi
a. Penggunaan alat kontrasepsi menurunkan
insidens.
b. Penyakit jarang diderita oleh perawan dan
insidens paling tinggi pada prostitusi.
c. Penderita biasanya berusia antara 40 dan 50 th, tp
sekarang insidens tinggi pd usia 30 (freesex)
3. Kemungkinan co-faktors atau mutagens
misal tobacco.
4. Dalam banyak kasus, awal dari perkembangan
keganasan dimulai pada umur-umur awal sebelum
daerah peralihan stabil.
Jenis karsinoma serviks:
- Karsinoma skwamosa 90%
- Adeno karsinoma 10%
Untuk mengurangi insidens karsinoma serviks
sebaiknya melakukan pap tes pada wanita yang
telah menikah, minimal setahun sekali,terutama
bagi penderita fluor albus.
Ada 2 jenis karsinoma serviks yaitu :
1. Jenis fungating epitel menonjol keluar
bisa merusak seluruh serviks akibat infil-
trasi, bisa menjalar ke kanalis servikalis &
kavum uteri.
2. Jenis infiltratif mukosa tebal, serviks
besar, padat. Bisa terjadi ulkus dimukosa.
Secara mikroskopik dibagi atas:
1. Epidermoid karsinoma serviks (95%)
2. Sisanya 5% terdiri dari:
a. Adenokarsinoma serviks
b. Adenoakantoma
Epidermoid karsinoma serviks dibagi atas ada
tidaknya pertandukan :
1. Epidermoid karsinoma serviks dengan per-
tandukan, yaitu dengan adanya pseudohorn
cyst (mutiara tanduk)
2. Epidermoid karsinoma serviks tanpa pertan
dukan, yaitu tidak adanya mutiara tanduk.
Penyebaran karsinoma serviks :
# Per continuitatum ke organ-organ sekitar.
# Limfogen
# Hematogen
KARSINOMA ENDOMETRIUM
UTERUS
Endometrium :
Endometritis sekarang sudah sangat jarang dijumpai.
Terjadi setelah kehamilan intra uterin baik kronis
maupun akut nonspesifik, setelah penggunaan alat
ginekologi, sisa hasil konsepsi, akibat pemakaian
IUD.
Penyebab spesifik yaitu:
- tuberkulosis
- chlamydia (bisa menyebabkan radang akut
dan kronis disertai infiltrasi limfosit yang
hebat follikel limfoid)
UTERUS
Pada penggunaan pil KB jenis kombinasi endo
metrium menunjukan gambaran kelenjar kecil2
dan berbentuk tubulus, tidak aktif;
Pertumbuhan stroma tidak baik.
Polip endometrium :
Sering ditemukan pada usia sekitar peri-meno
pause dan pasca menopause.
Suatu tonjolan yang dilapisi oleh mukosa endo
metrium (epitel torak rendah), merupakan
proliferasi dari kelenjar endometrium terhadap
rangsang estrogen.
UTERUS
Hiperlasia endometrium:
Terjadi sebagai respons terhadap rangsang
estrogen tanpa diimbangi oleh progesteron.
Menyebabkan perdarahan abnormal.
Ada 3 bentuk :
1. Complex hyperplasia
2. Simple hyperplasia
3. Atypical hyperplasia
Complex hyperplasia:
Kelenjar tersusun rapat dan tidak teratur.
Kelainan ini mempunyai sedikit resiko untuk
terjadinya pertumbuhan ganas.
UTERUS
Simple hyperplasia:
Sering terjadi sekitar peri-menopause.
Rangsang estrogen yang berlebihan
dikaitkan dengan siklus unovulatoir tapi
jarang dengan terapi estrogen atau tumor
yang menghasilkan estrogen.
Mikroskopik menunjukkan kelenjar yang
melebar kistik dengan epitel kelenjar >1
lapis, stroma padat.
Bentuk ini tidak menunjukkan pening-katan
resiko terjadinya keganasan.
UTERUS
Atypical hyperplasia :
Terdapat perubahan struktur kelenjar dan
sitologi selnya. Inti sel epitel menunjukkan
bentuk atipik dalam berbagai tingkatan.
Ada korelasi antara resiko terjadinya perubahan
ganas dengan derajat atipiknya.
Yang menunjukkan sitologi atipik derajat berat,
resikonya setelah 3 tahun adalah 25% menjadi
ganas adenocarcinoma.
UTERUS
KARSINOMA ENDOMETRIUM
Dijumpai pada wanita yang telah menopause,
yaitu pada usia > 50 tahun dengan gejala
perdarahan per vaginam.
Etiologi:
Stimulasi estrogen yang lama yang berhubung
an dengan:
1. Produksi estrogen yang berlebihan dlm
tubuh penderita, misal tumor yang meng
hasilkan estrogen.
2. Terapi estrogen eksogen.
UTERUS
3. Obesitas : peningkatan konversi andro-
stenedione dari adrenal menjadi oestron
4. Atypical hyperplasia sebagai stadium pra
kanker.
Pertumbuhan karsinoma ini dimulai pada satu
tempat sebagai plak atau polip, kadang2 difus.
Jenis yang terbanyak adalah adenocarcinoma.
Pada beberapa kasus bisa dijumpai adenoacan-
thoma (adenocarcinoma dengan metaplasia
skwamosa) dan adenosquamous carcinoma
(adenocarcinoma dengan epitel skwamosa yang
ganas sehingga prognosanya buruk).
UTERUS
• Endometrium
1. Endometritis
2. Polip endometirum
3. Hiperplasia endometrium
1. Complex hyperplasia
2. Simple hyperlasia
3. Atypical hiperplasia
4. Karsinoma endometrium
5. Endometriosis
1. Endometriuosis interna (adenomyosis)
2. Endometriosis eksterna
• Miometrium
ENDOMETRIUM
1. Endometritis
• Sekarang sudah sangat jarang dijumpai
• Etiologi:
– Setelah kehamilan intra uterin (kronis maupun akut
nonspesifik)
– Setelah penggunaan alat ginekologi
– Sisa hasil konsepsi
– Akibat pemakaian IUD
– Penggunaan pil KB jenis kombinasi (endo: kelenjar kecil2 dan
berbentuk tubulus, tidak aktif, pertumbuhan stroma tidak
baik.
• Etiologi spesifik yaitu:
– Tuberkulosis
– Chlamydia ( radang akut
dan kronis disertai infiltrasi limfosit yang
hebat follikel limfoid)
ENDOMETRIUM
2. Polip endometrium :
• Sering ditemukan pada usia sekitar peri-
menopause dan pasca menopause.
• Suatu tonjolan yang dilapisi oleh mukosa endo
metrium (epitel torak rendah), merupakan
proliferasi dari kelenjar endometrium terhadap
rangsang estrogen.
ENDOMETRIUM
3. Hiperlasia endometrium
• Terjadi sebagai respons terhadap rangsang
estrogen tanpa diimbangi oleh progesteron.
• Menyebabkan perdarahan abnormal.
• Ada 3 bentuk :
1. Complex hyperplasia
2. Simple hyperplasia
3. Atypical hyperplasia
ENDOMETRIUM
• Complex hyperplasia:
– Kelenjar tersusun rapat dan tidak teratur.
– Kelainan ini mempunyai sedikit resiko untuk terjadinya
pertumbuhan ganas.
• Simple hyperplasia:
– Sering terjadi sekitar peri-menopause.
– Rangsang estrogen yang berlebihan karena siklus
unovulatoir jarang karena terapi estrogen atau tumor
yang menghasilkan estrogen
– Mikroskopik: kelenjar yang melebar kistik dengan epitel
kelenjar >1 lapis, stroma padat.
– Bentuk ini tidak menunjukkan pening-katan resiko
terjadinya keganasan
• Atypical hyperplasia :
– Perubahan struktur kelenjar dan sitologi
selnya. Inti sel epitel →bentuk atipik
dalam berbagai tingkatan.
– Ada korelasi antara resiko terjadinya
perubahan ganas dengan derajat
atipiknya.
– Sitologi atipik derajat berat, resikonya
setelah 3 tahun adalah 25% menjadi
ganas adenocarcinoma.
4. Karsinoma endometrium
• Wanita yang telah menopause (usia > 50 thn)
• Gejala perdarahan per vaginam.
• Etiologi:
Stimulasi estrogen yang lama yang berhubung
an dengan:
1. Produksi estrogen yang berlebihan dlm tubuh
penderita, misal tumor yang menghasilkan estrogen.
2. Terapi estrogen eksogen
3. Obesitas, peningkatan konversi andro-stenedione
dari adrenal menjadi oestron
4. Atypical hyperplasia sebagai stadium pra kanker
4. Karsinoma endometrium
• Pertumbuhan karsinoma dimulai pada satu tempat
sebagai plak atau polip, kadang2 difus.
• Jenis yang >> adalah adenocarcinoma.
• Pada beberapa kasus bisa dijumpai:
– Adenoacan-thoma (adenocarcinoma dengan
metaplasia skwamosa)
– Adenosquamous carcinoma (adenocarcinoma
dengan epitel skwamosa yang ganas sehingga
prognosanya buruk).
5. Endometriosis
• Ditemukannya kelenjar endometrium atau
stroma endometrium atau kedua-duanya
pada tempat yang bukan semestinya
• Ada 3 teori yang menerangkan terjadinya
endometriosis :
Teori Implantasi,
Adanya regurgitasi dari darah menstruasi ke
rongga pelvis melalui tuba fallopii &
mengadakan implantasi.
Teori Metaplasia
Adanya suatu metaplasi epitel coelom (duktus
Muller)
Terjadinya emboli jaringan endometrium dalam
pembuluh darah & limfe
• Ditemukan >>> pada
• daerah pelvis & traktus genitalis
• tempat lain yaitu
• Caecum
• Appendix
• vesica urinaria
• Rektum
• Umbilikus
• jaringan parut bekas laparatomi
• Ada 2 jenis :
1.Endometriosis Interna (Adenomyosis)
2.Endometriosis Eksterna
1. Adenomyosis :
• Terdapatnya kelenjar atau stroma
endometrium atau kedua-duanya di dalam
myometrium, sehingga menyebabkan
pembesaran uterus.
• Ditemukan pada wanita peri-menopause
yang multipara
2. Endometriosis Eksterna :
• Terdapatnya kelenjar atau stroma
endometrium atau kedua-duanya pada
jaringan diluar endometrium.
• Biasanya dijumpai pada wanita usia 20-40
tahun, lebih sering pada usia lebih tua &
sedikit anak.
• Selalu mengikuti siklus haid, sehingga terjadi
perdarahan secara periodik
• Bila endometriosis eksterna ditemukan di
ovarium, bisa terbentuk kista coklat.
KARSINOMA OVARIUM
Germ cell tumors
Embryonic Extra-embryonic
Primitive germ cell
differentiation differentiation
Dysgerminoma
KARSINOMA
Disgerminoma
• Tumor ganas solid yang bersifat radiosensitif dan
memberikan respons terhadap khemoterapi.
• Dijumpai pada wanita muda.
• Histologis terlihat sel2 bulat besar dengan inti
besar, sitoplasma granuler, sel2 tersusun dalam
kelompok membentuk trabekula/alveolar.
Gambaran ini serupa dengan seminoma testis.
Tumor menyebar ke kelenjar paraaorta
TERATOMA OVARIUM
TERATOMA
Ada 2 jenis yaitu :
a. Teratoma matur/teratoma kistik/kista
dermoid
b. Teratoma immatur/teratoma solidum
TERATOMA MATUR/KISTA DERMOID :
Tumor ovarium yang paling sering ditemukan.
dijumpai dalam segala usia walaupun biasanya
pada usia muda.
Tumor berdinding halus,berbentuk kista unilateral,
mengandung rambut, bahan sebaseus, gigi.
Mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel
skuamosa dengan kelenjar sebasea dan follikel rambut,
gigi, usus, tulang, tulang rawan. dll.
sebagian besar tumor berasal dari oosit yang telah
mengalami pembelahan meiosis pertama secara
lengkap, dalam sifatnya yang analog dengan
partenogenesis.
TERATOMA IMMATUR
Tumor solid dan bersifat ganas.
Mikroskopik terdiri atas jaringan saraf, jaringan
mesenkim yang primitif.
Ditemukan pada wanita muda.
Metastasis ke peritoneum dimana jaringan saraf
berdifferensiasi (gliomatosis peritonei).
KISTA OVARIUM
Tumor ovarium
• Tumor epitel :
a. Kistadenoma serosum
b. Kistadenoma musinosum
c. Tumor Brenner
d. Kistadenokarsinoma musinosum
e. Kistadenokarsinoma papilliferum serous
• Tumor sel benih :
a. Dysgerminoma b. Teratoma
• Tumor stroma dan sex cord
• Tumor sekunder
a. Kistadenoma Serosum
• Merupakan 25% dari tumor ovarium,
sepertiga dari kasus ditemukan bilateral.
• Epitel pelapis kista kuboid dan menghasilkan
sekret serous.
• Psammoma bodies dengan perkapuran
sering dijumpai.
• Komplikasi :
– Torsi
– Biasanya tumbuh menjadi ganas (30% dari tumor
ganas : bilateral)
b. Kistadenoma Musinosum
• Merupakan 20% dari seluruh tumor ovarium &
sebanyak 25% ditemukan bilateral
• Ukurannya besar sekali dan multilokuler
• Kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti di
basal dan menghasilkan musin.
• Komplikasi yaitu :
– Torsi tangkai kista.
– Ruptur pseudomyxoma peritonei.
– Berubah menjadi ganas.
– Sel besar dengan inti besar tak teratur, ada mitosis.
c. Tumor Brenner
Tumor jinak, dijumpai adanya pulau2 epitel
transisionil dalam stroma fibrosa.
d. Kistadenokarsinoma Musinosum
Mulai dengan kistadenoma yang berubah
menjadi ganas, Merupakan 20% dari
keganasan primer ovarium.
e. Kistadenokarsinoma Papilliferum Serosum
Tumor yang paling sering dijumpai,
merupakan 40% dari tumor ganas ovarium,
sering bilateral. Bisa menyebar ke peritoneum
invasi kel.limfe metastase
TORSI DAN RUPTURE KISTA
Latar Belakang
• Torsi dan rupture kista adalah kegawatan di
bidang obstetric dan ginekologi
TUMOR KRUKENBERG
Tumor dari saluran cerna atas (lambung,saluran
empedu dan pankreas) yang menyebar ke ova-
rium.
Mikroskopik terdiri atas stroma fibromiksomatosa
dengan diantaranya terdapat signet ring sel
Diagnosis tumor ovarium
• Dengan USG dan MRI deteksi dini
neoplasma ovarium lebih cepat dan tepat
• Tumor pada rongga panggul mudah dikenal
dalam persalinan bila dilakukan VT
Penanganan tumor ovarium
• Ukuran lebih besar dari telur angsa dikeluarkan
pertimbangan :
– Kemungkinan keganasan
– Kemungkinan torsi
– Kemungkinan komplikasi obstetri yang gawat
• Trimester I : pengangkatan tumor ditunda s/d
kehamilan 16 minggu (waktu yg terbaik : 16-20 minggu
kehamilan)
• Pada kehamilan tua tanpa komplikasi biarkan
sampai berlangsung partus spontan operasi selama
masa nifas
• Pada kehamilan tua dengan komplikasi : sectio cesarea
• Bila tumor ganas disertai gejala akut : operasi
pengangkatan segera tanpa peduli umur kehamilan
MIOMA
MYOMETRIUM
• Tumor jinak (sering): Leiomyoma uteri
• Tumor ganas: Leiomyosarcoma
• Tumor yang jarang , kadang-kadang sangat ganas
tetapi lainnya menunjukkan sedikit mitosis
sehingga sukar untuk memprediksi hasilnya:
Smooth Muscle Tumours of Unknown Malignant
Potential (STUMP)
MYOMETRIUM
• Leiomyoma/myoma uteri :
– Frekwensi umur : 20 – 40 thn.
– Pada menopause tumor mengecil menjadi fibrotik dan
tampak perkapuran
– Pada kehamilan tumor membesar
– pasca menopause tidak pernah dijumpai
– Dibagi atas 3 jenis, tergantung dari letaknya tumor :
1. Intramural didalam myometrium
2. Submukosa dibawah mukosa
3. Subserosa dibawah serosa
MYOMETRIUM
• Leiomyoma/myoma uteri :
– Makroskopis : tumor berbatas jelas, berkapsul,
pada penampang tampak massa putih dengan
susunan lingkaran2 konsentrik didalamnya.
– Mikroskopik : tumor terdiri atas berkas2 otot
polos yang mengikal, stroma mengalami
degenerasi hialin.
Gejala dan tanda Mioma :
a. Perdarahan abnormal
b. Rasa nyeri
c. Gejala dan tanda penekanan
3-4% kanker pada system reproduksi wanita merupakan kanker vulva (Kista
Nabothi dan Kista Bartolini dan biasanya terjadi setelah menopause.
3-4% kanker pada system reproduksi wanita merupakan kanker vulva (Kista
Nabothi, kista Gartner dan Kista Bartolini) dan biasanya terjadi setelah
menopause.
Klasifikasi Tumor Jinak (Benigna)
a. Tumor Kistik Vulva
Kista Kelenjar :Kista bhartolini
b. Tumor Solid Vulva
TUMOR KISTIK
Mikroskopik
• Terdapat fibrosis di beberapa stroma dan tidak
mengindikasikanperubahan ke arah malignant
Etiologi
Kista lendir servik uterus disebabkan oleh
penutupan duktus kelenjar nabothian pada
servik uterus.
Tata Laksana
• Kista nabothian pada dasarnya tidak memerlukan
penanganan lebih lanjut. Karena akan menghilang
dengan sendirinya, namun pada kasus dimana
kista tersebut membesar didalam leher rahim.
2. Invasif - operatif
Pencegahan
1. Pakai celana katun atau stoking dengan
selangkangan kapas. Ini membantu mencegah
akumulasi kelebihan panas dan kelembaban.
Panas dan kelembaban membuat seorang
wanita rentan terhadap infeksi vagina dan leher
rahim.