Meningitis
Infeksi
Encephalitis
Meningoencephalitis
Penurunan Vaskular
kesadaran Abses
Epilepsi
Keganasan
Hidrocephalus
Lain - lain
Metabolik endokrin
Gangguan respirasi
Ekstrakranial Obat –obatan dan toksin
Gangguan psikiatrik
Gangguan vaskular
LI 2
Penurunan Kesadaran
• Penurunan kesadaran suatu keadaan
dengan kemampuan persepsi perhatian dan
pemikiran berkurang secara keseluruhan.
• Klasifikasi :
– Kualitatif
– Kuantitalif
Klasifikasi
• Kualitatif:
– Kompos mentis : bereaksi scr adekuat
– Delirium : pasien tampak gelisah, kacau,
disorientasi, berteriak, aktivitas motorik
meningkat
– Somnolen : keadaan mengantuk, dapat pulih
penuh jika dirangsang
– Stupor : penderita merasakan kantuk yang dalam
& msh dpt dibangunkan dgn rangsang yg kuat
namun kesadarannya segera menurun lagi (respon
thd verbal samar, respon thd nyeri namun tdk dpt
sadar sempurna
– Koma ringan : tdk ada respon thd rangsang verbal,
hanya thd rangsang nyeri berupa gerakan. Namun,
pasien tdk dpt dibangunkan. Reflex pupil, kornea,
dsb msh baik
– Koma dalam : tdk ada gerakan spontan mesipun
dgn rangangan nyeri & rangsangan verbal
• Kuantitatif :
Berdasarkan skala numerik Glasgow Coma Scale.
– GCS menilai pda respon:
• Membuka mata
• Respons verbal
• Respon motorik.
– Nilai 15 normal
– Nilai 4-14 kesadaran menurun
– Nilai < 3 koma
Glasgow Coma Scale
Skala yg digunakan untuk menentukan / menilai tingkat kesadaran
seseorang, mulai dari sadar sepenuhnya sampai keadaan koma
LI 3
• Meningitis bakteri
• Definisi : proses inflamasi meningen (selaput
otak), khususnya arakhnoid & pia mater berkaitan
dgn invasi bakteri ke ruangan subarakhnoid
• Etiologi : bakteri Streptococcus pneumonia (50%)
, Neisseria meningitides (25%), Listeria
monocytogenes, Staphylococcus, E.coli,
Klebsiella, Enterobacter & Pseudomonas
aeruginosa
• Patogenesis : koloni mukosa (dpt berasal dari
infeksi saluran nafas/traktus gastrointestinal)
invasi ke ruang intravaskuler multiplikasi yg
berlanjut pd penembusan sawar darah otak
multiplikasi pd ruang subarakhnoid
menginduksi reaksi inflamasi & menyebabkan
pleositosis serta gangguan permeabilitas sawar
darah otak.
• Anamnesis :
– Sakit kepala
– Demam
– Meningeal sign (Kaku kuduk,Kernig dll)
Disertai bbrp gejala : fotofobia, mual, muntah,
hemiprase & defisit neurologis fokal, kejang, bingung,
perubahan status mental, penurunan kesadaran
• PF :
– Rangsang meningeal posiif , spt kaku kuduk, tanda Kernig, dan
tanda Brudzinski
– Perubahan tingkat kesadaran
– Kejang, peningkatan tekanan intrakranial, dan disfungsi saraf
kranial
– Kadang disertai hemiparesis, demensia, dan paralisis
• PP :
– Pemeriksaan lab : leukositosis, kultur darah, peningkatan CRP &
peningkatan prokalsitonin
– Pemeriksaan LCS
– Tekanan saat opening > 100-200 mmHg
– Leukosit < 5 atau > 100 mm3
– Predominan neutrofil > 80 %
– Pengecatan Gram dari LCS : positif pd 60%-90%
– Protein LCS > 50 mg/dL
– Glukosa LCS < 40 mg/dL
– Kultur positif pd 65%-90%
– Antigen bakteri LCS : sensitivitas 50%-100%
• Pemeriksaan radiologis : CT-Scan & MRI jika tdpt
peningkatan tekanan intrakranial,koma,dan
defisit neurologis
• DD :
– Meningitis & meningioensefalitis virus
– TBC
– Jamur
– Leptospiral & amoeba primer
– Ensefalitis virus
– Abses otak
– Abses epidural spinal
– Infeksi parameningeal
– Aseptik meningitis
– Chemical meningitis
• Tatalaksana
• Nonfarmako
– Terapi cairan : bolus cairan melalui intravena atau intraosseus
NaCl 0,9% 20 ml/kg dalam 5-10 menit
– Koreksi elektrolit : biasanya tjd hiponatremi peningkatan
intrakranial
– Menurunkan tekanan intrakranial : meninggikan kepala sebesar
30° dan hiperventilasi u/ mempertahankan PaCO2 berkisar
antara 27-30 mmHg
• Farmako
– Antibotik : sefalosporin generasi ketiga, spt ceftriaxone /
cefotaxim. Bila resisten thd sefalosporin, ditambah vancomysin.
Lama pemberian selama 10-14 hari diberikan scr parenteral
– Anti inflamasi : dexametason 10 mg setiap 6 jam selama 4 hari
– Diuresis osmotik : Manitol 20% & urea
– Heparinisasi
– Antikonvulsan
• Komplikasi :
– Akut : peningkatan tekanan intrakranial, koma
– Kronis : ggg kejiwaan, kejang berulang, defisit
neurologis fokal, abnormalitas serebrovaskular,
tuli sensorineural, dan ggg intelektualitas
• Prognosis :
– Angka mortalitas meningitis bakteri sebesar 21%
& 30-50% dari pasien yg selamat memiliki gejala
neurologis permanen.
Meningitis Tuberkulosis
• Definisi : radang selaput otak, yg disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis
• Etiologi : Mycobacterium tuberculosis
• Patfis : Basil dari Mycobacterium tuberculosis masuk ke
dalam host mll droplet inhalasi makrofag alveolar
infeksi terlokalisir & menyebar mll KGB regional
membentuk primary complex bakterimia yg menuju
meningen/parenkim otak. Tahap kedua tjd peningkatan
ukuran dari rich focus shg menimbulkan pd ruang
subarachnoid lokasi dr tuberkel (rich focus) akan
menentukan adakah keterlibatan SSP ruptur yg tjd
pd ruang subarachnoid meningitis
• Tanda & Gejala :
– Gejala prodromal : fatigue, malaise, myalgia, demam
(2-4 minggu)
– Nyeri kepala, muntah, demam dan fotofobia
– Kelainan nervus kranalis II,III,IV,VI,VII dan VIII
– Kadang muncul hemiparesis, atau kejang
– Penurunan kesadaean dan gejala hidrosefalus
• PF :
– Kaku kuduk
– Kebingungan
– Penurunan kesadaran
– Parese saraf kranial
– Hemiparese
– Paraparese
– Kejang
• Klasifikasi :
– Stadium I (awal) : gejala prodromal non spesifik :
apatis, iritabilitas, nyeri kepala ringan , demam,
anoreksia, muntah, nyeri abdomen
– Stadium II (intermediate) : ditemukan drowsy
perubahan mental, tanda iritasi meningen,
kelumpuhan saraf III,IV,VI
– Stadium III (lanjut) : mengalami penurunan
kesadaran mjd stupor atau koma, kejang, dan dpt
ditemukan hemiparese
• PP :
– Lab rutin : tdk khas, dpt ditemukan leukosit meningkat, normal,
atau menurun
– Analisa CSS :
• Jumlah leukosit 100-500/mikrolit, biasanya predominan limfosit
• Protein 100-500 mg/d
• Glukosa < 45 mg/dl
• Warna jernih/xantochrom
• Tdp peningkatan tekanan pd LP,40-75% pd anak dan 50% pd dewasa
– Mikrobiologi : ditemukan M.tuberculosis pd kultur CSS (gold
standard)
– CSF PCR : spesifik tetapi tdk sensitif
– Pd foto rontgen thorax ditemukan tuberculosis aktif pd paru &
dpt sembuh sampai 50% pd dewasa & 90% pd anak-anak
– Hasil test PPD Tuberculin negatif pd 10-15% anak & 50% pd
dewasa
– CT-Scan : dpt ditemukan kelainan pd pemeriksaan CT-Scan/ MRI
: hidrosefalus, tuberkuloma, abses tuberculous & infark
– Funduskopi : tuberkel pd khoroid & edema papil yg menandakan
adanya peninggian tekanan intrakranial
• DD : meningitis bakteri, meningitis virus,
meningitis jamur, Collagen vascular
• Komplikasi : hiponatremi, hidrosefalus,
kelumpuhan saraf kranialis, kejang, diabetes
insipidus, tuberkuloma, paraplegi, koma,
syringomelia, myeloradicolopathy, perdarahan
intrakranial dan sindrom hipotalamik
• Tatalaksana
• Antimikroba
Regimen Obat Dosis Frekuensi Lamanya
Kemungkinan resistensi
obat yg rendah
A INH 300 mg Setiap hari 6 bulan
RIF 600 mg Setiap hari 6 bulan
PRZ 15-30 Setiap hari 2 bulan
mg/kg
B INH 300 mg Setiap hari 9 bulan
RIF 600 mg Setiap hari 9 bulan
Etambutol 25 mg/kg Setiap hari 2 bulan
Streptomisin 1 g Setiap hari 2 bulan
C INH 300 mg Setiap hari 1 bulan
900 mg 2x seminggu 8 bulan
RIF 600 mg Setiap hari 1 bulan
600 mg 2x seminggu 8 bulan
Kemungkinan
resistensi obat yang
tinggi
A INH 300 mg Setiap hari 1 tahun
RIF 600 mg Setiap hari 1 tahun
Kasus dengan
resistensi obat,
diberikan setelah tes
resistensi
• Terapi adjuvan kortikosteroid : yg
direkomendasikan utk anak-anak deksametason
12 mg/hari IM (8mg/hari utk anak dgn BB ≤ 25
kg) selama 3 minggu
• Operasi : pemasangan Ventriculoperitoneal Shunt
(VP Shunt) dan endoscopic third ventriculostomy
jika hidrosefalus
• Prognosis : angka kematian 7%-65% di negara2
maju dan meningkat 69% di daerah tertinggal
LI 4
DEFINISI ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PATFIS
Inflamasi - Paling sering -Virus merupakan Virus memasuki
jaringan otak Herpes, VZV, penyebab yg paling Sistem Nervus Sentral
yg disebabkan CMV, EBV, umum terutama melalui 2 rute:
oleh virus HHV6, herpes virus. 1. Hematogen
Adenovirus -Sekitar 30-50% 2. Diseminasi neuron
kasus masih belum retrograde
diketahui penyebab Virus tersebut
pasti menginfeksi parenkim
otak dan sel sel saraf,
dan juga pemb.
Darah.
MANIFESTASI KLINIS DIAGNOSIS
• Flu-like sindrom akut + demam tinggi -Anamnesa utk menentukan
• Sakit kepala berat etiologi
• Nusea, vomiting -Anamnesis kemungkinan terkena
• Kejang
cacar, parotitis, nyeri testicular
• Penurunan kesadaran (halusinasi, agitasi,
perubahan personaliti, kelainan tingkah laku, karena pankreatitis yg disebabkan
dan kondisi psikotik. oleh virus mumps.
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN DD
PENUNJANG
Memberi jalan nafas, Pemeriksaan cairan 1. Abses serebri
mengukur derajat serebrospinal (CSF): 2. Subdural
kesadaran (GCS, skala -Peningkatan konsentrasi empyema
kuantitatif) dan terapi protein 3. Meningoencep
komplikasi infeksi. -Glukosa normal halitis
Pemeriksaan kulit -CSF pleositosis (> 5 sel) 4. Tokoplasmosis
ruam purpurik -CSF PCR adalah tes 5. Subdural
(mengococcal) dan diagnosis utama!!! hematom
exanthema. -Pemeriksaan antibodi HSV 6. Tuberkulosis.
Pada pasien HIV CSF.
dapat ditemukan Pemeriksaan
leukoplakia, kaposis neuroimaging:
sarcoma. -CT SCAN kepala plus
kontras
-MRI kepala plus kontras (>
sensitif)
Pemeriksaan EEG
PENATALAKSANAAN PROGNOSIS
UMUM KHUSUS -Tingkat morbiditas nya
•Oksigen via mas Acyclovir 10 mg/kg (3 masih tinggi.
(NRBM) kali sehari) IV selama -Faktor prognosis bila
•Mencukupi kebutuhan 14-21 hari. usia > 60 tahun dan
cairan Atau Gansiclovir, GCS <6 : neuropsikiatri,
•Mencukupi kebutuhan foscarnet, cidofovir ggg memori (69%),
nutrisi bisa juga diberikan. perubahan personaliti
•Terapi simptomatik (45%), disfagia (41%)
(anti nyeri, penurun dan epilepsi (25%).
panas, anti kejang dan
lain-lain)
•Terapi komplikasi
(manitol atau
deksametason utk
menurunkan TIK)
•Mencegah deep vein
trombosis dan emboli
paru
LI 5
• Ensefalopati hipertensi : sindrom klinik akut
reversibel yg dicetuskan oleh kenaikan
tekanan darah scr mendadak shg melampaui
batas auto-regulasi otak. Batasan tekanan
darah sistolik > 180 mmHg & diastolik > 120
mmHg
• Etiologi : hipertensi, pre-eklamsia atau
eklamsia, neurotoksisitas krn siklosporin A
atau takrolimus, uremia dan porfiria.
• Patfis :
– Reaksi autoregulasi yg berlebihan : kenaikan
tekanan darah yg mendadak reaksi vasospasme
arteriol yg hebat,penurunan aliran darah otak
iskemik peningkatan permeabilitas kapiler,
nekrosis, fibrinoid, dan perdarahan kapiler
kegagalan sawar darah otak edema otak
– Kegagalan autoregulasi : tekanan darah tinggi yg
melampaui batas regulasi & mendadak
kegagalan autoregulasi vasodilatasi difus
permeabilitas segmen endotel yg dilatasi
terganggu esktravasasi komponen plasma
edema otak.
• Manifestasi Klinis :
– Sindrom hipertensi berat : nyeri kepala yg hebat, mual, muntah,
ggg penglihatan, konvulsi, pingsan sampai koma
– Onset gejala biasanya berlangsung perlahan, dengan progresi
sekitar 24-48 jam
– Gejala2 ggg otak yg difus
– Manifestasi neurologis berat muncul jika telah tjd hipertensi
maligna atau tekanan diastolik > 125 mmHg disertai perdarahan
retina, eksudat, papil edema, ggg pd jantung & ginjal
• PF :
– Hipertensi krisis : tekanan darah sistolik > 180 mmHg & diastolik
> 120 mmHg
– Papil edema
– Ggg penglihatan
– Defisit neurologis fokal
• PP :
– CT-Scan
– MRI
• DD :
– Stroke iskemik, stroke perdarahan, epilepsi
– Reversible posterior leukoencephalopathy syndrome
• Tatalaksana
• Penurunan tekanan darah : target penurunan
tekanan darah adalah menurunkan MAP sebesar
25% dalam jangka waktu 1-2 jam/menurunkan
tekanan diastol sebesar 10-15% atau sampai 110
mmHg dalam waktu 30-60 menit. Tekanan darah
diturunkan sampai mencapai tekana darah
normal dalam waktu 24-48 jam
– Labetalol : pemberian dosis loading 20 mg, kemudian
diikuti bolus ulangan 20-80 mg dgn interval 10 menit.
Setelah itu dilanjutkan dgn drip dlm infus 1-2 mg/min
& dititrasi sesuai dgn efek hipotensi yg diinginkan
– Nicardipin : dosis pemberian yg dianjurkan adalah
infus 5mg/jam, yg dpt dinaikkan 2,5 mg/jam tiap lima
menit sampai maksimum 15 mg/jam, atau sampai
target darah tercapai
– Fenoldopam : dosis awal 0,03 mcg/kg/menit IV yg dpt
dinaikkan perlahan hingga mencapai 1,6
mcg/kg/menit
• Terapi Non-Farmako :
– Head Up 30 °
– Oksigenasi
• Komplikasi : hipertensi nefropati, hipertensi
retinopati, perdarahan intrakranial, infark
serebral yg luas
LI 6
DEFINISI STRUKTUR ANATOMI ETIOLOGI
KESADARAN
Hilangnya • ARAS (Ascending 1. Kelainan struktur
kemampuan pasien Reticular Activating intrakranial:
untuk memberi respon System) a. Lesi supratentorial
yg dapat dimengerti • Korteks Serebri b. Lesi infratentorial
terhadap rangsangan 2. Kelainan
dari luar ataupun dari bihemsferik
dalam. - Hipoglikemi
Pasien tidak dapat - Krisis hiperglikemi
dibangunkan, matanya - Ggg elektrolit
tertutup dan tidak - Kejang/status
menjawab thd epileptikus
rangsangan suara - Intoksikasi
maupun nyeri. - Endokrinopati
- Infeksi CNS
- Penggunaan dosis
obar berlebihan
MANAJEMEN KOMA
1. Menentukan tidak adanya respon
• Observasi: mata tertutup, immobilitas, ekspresi wajah berkurang.
• Penilaian respons utk tingkat rangsangan: verbal, taktil dan nyeri
• Menilai jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Mengikuti cara ABC ( Airway,
Breathing, Circulation).
2. Pemeriksaan bagian kepala leher, dada, abdomen dan ekstremitas. Cervical spine di
immobilisasi jika curiga terjadi trauma.
3. Pemeriksaan kadar gula sewaktu jika gula darah <70 mg/dL, diberikan dextrosa 50%
25 mL bersama thiamine 100 mg IV.
4. Jika curiga adanya toxidrome opioid (riw. Narkoba, koma, bradipna, konstriksi pupil)
diberikan Nalaxone 0,4-0,8 mh IV dan diulang jika perlu.
5. Pemeriksaan neurologis pd pasien tidak sadar meliputi 3 bagian:
- Tingkat kesadaran
- Pemeriksaan batang otak
- Respons motorik
6. Pernafasan: pola pernafasan yg abnormal dapat membantu menentukan lokalisasi
dari koma.
7. Tes lab: kimia darah, darah lengkap, BGA (blood gas arterial), tingkat alkohol dlm
darah, urinalisis, kultur urin.
LI 7
DEFINISI KRITERIA MATI BATANG OTAK APNEA TEST
Etiologi Antibiotik
Infeksi bakteri gram negatif, bakteri Meropenem
anaerob, stafilokokus &
streptokokus
Penyakit jantung sianotik Penisilin & metronidazol
Post VP-Shunt Vancomysin & Ceptazidine
Otitis media, sinusitis, atau Vancomysin
mastoiditis
Infeksi meningitis citrobacter Sefalosporin generasi ketiga, yg
secara umum dikombinasikan dgn
terapi aminoglikosida
• Penatalaksanaan thd efek massa (abses & edema)
yg mengancam jiwa
– Dexametason 10 mg setiap 6 jam intravena, dan
ditapering dalam 3-7 hari
– Operatif : pembedahan aspirasi, kraniotomi
osteoplastik
• Komplikasi : kecacatan,kematian, pecahnya
kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang
subarachnoid, hidrosefalus, edema otak, herniasi
• Prognosis : angka kematian 5-10%, prognosis
bergantung dari : cepatnya diagnosis ditegakkan,
derajat perubahan patologis, massa soliter atau
multiple, penanganan yg adekuat.