Anda di halaman 1dari 54

DEKONTAMINASI

Oleh : Tarkijo,S.Kep
HIPPII Banyumas
DATA PRIBADI
Nama : Tarkijo, S.Kep
Tempat &tgl lahir : Cilacap 1961
Alamat : Jln G Slamet Gg VII N0 88
Perumhan Purwosari
Purwokerto
No HP : 0812 2660 148
Email : kiki.joss88@gmail.com
Pendidikan : 1. SMA 1982
2. AKNES Jakarta 1985
3. KEPERAWATAN UNSOED
Pekerjaan : RSUD Prof Dr Margono Soekarjo
Purwokerto
1 Kep.ruang perawatan
Anestesi
2 Kep. Instalasi Rawat Inap
3 Kep Ruang IGD
4 Kep Ruang Instalasi Bedah sentral
5 Kep. Instalasi CSSD & Laundry
6 Staff Komite PPI sebagai IPCN
PENDAHULUAN
• Pasien dan nakes berisiko terkena infeksi
jika tidak melaksanakan tindakan
pencegahan infeksi dengan benar
• Infeksi Rumah Sakit dapat dicegah /
dikendalikan dengan beberapa strategi
pencegahan infeksi
• Salah satu strategi pencegahan infeksi
adalah dengan melakukan dekontaminasi
(pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi)
KEJADIAN YANG TIDAK DIHRAPKAN
SASARAN
KESELAMAT
AN PASIEN

Industri dengan risiko yang lebih tinggi seperti


penerbangan dan nuklir memiliki catatan jauh
lebih baik daripada pelayanan kesehatan.

Risiko cidera penerbangan, 1 kali dalam


1.000.000 penerbangan. Risiko pelayanan
kesehatan 1 kali 300 pelayanan kesehatan
DATA DI RS : GUNUNG ES

KEGIATAN SURVEILANS
BELUM MAKSIMAL
KEPATUHAN SPO
PUTUS RANTAI INFEKSI
Tujuan dekontaminasi

Memutus mata rantai penularan infeksi


dari peralatan medis kepada pasien,
petugas kesehatan, pengunjung dan
lingkungan rumah sakit
Pengertian
• Dekontaminasi:
Suatu proses untuk menghilangkan /
memusnahkan mikroorganisme dan kotoran
yang melekat pada peralatan medis bekas pakai,
sehingga aman untuk penggunaan selanjutnya.
Pengertian :

Pembersihan: Pre-cleaning & cleaning


Suatu proses untuk menghilangkan
kotoran yang melekat pada peralatan
medis bekas pakai dengan
menggunakan detergen enzimatik, air
mengalir dan sikat sehingga kotoran /
bahan organik hilang dari permukaan
Pengertian :

sterilisasi :
Suatu proses untuk menghilangkan/ memusnahkan
semua bentuk mikro organisme termasuk endospora
pada peralatan medis bekas pakai yang dapat
dilakukan dengan proses fisika dan kimiawi dengan
menggunakan alat (sterilisator)
Klasifikasi alat-alat medis
menurut Dr.Earl Spaulding

• Peralatan Kritis
• Peralatan semi kritis
• Peralatan non kritis
Peralatan kritis

Peralatan medis yang masuk kedalam jaringan


tubuh steril atau sistem pembuluh darah.
Pengelolaan peralatan kelompok ini dengan cara
sterilisasi

Contoh: instrumen bedah, kateter intravena,


kateter jantung, dll
Peralatan Semi Kritis

Peralatan yang masuk / kontak dengan


membran mukosa tubuh. Pengelolaan
peralatan kelompok ini dengan disinfeksi
tingkat tinggi.
Contoh:
endotracheal tube, endoscopi,
nasogastric tube
Peralatan Non Kritis

Peralatan medis yang kontak dengan


permukaan kulit yang utuh. Pengelolaan
peralatan kelompok ini dengan cara
disinfeksi tingkat intermediate / tingkat
rendah
Contoh: Tensimeter, stetoscope,
bedpan, urinal, linen, apron.
Alur Proses
Dekontaminasi
Pre Cleaning

Cleaning
(Cuci bersih, tiriskan, keringkan)

Sterilisasi Disinfeksi tingkat Disinfeksi tingkat


tinggi rendah
(peralatan kritis)
(peralatan semi kritikal) (peralatan non kritikal)
Masuk dalam pembuluh
darah/jaringan tubuh Masuk dalam mucosa Hanya pada permukaan
tubuh tubuh yang utuh
Instrumen bedah
Endotracheal tube, NGT Tensi meter, termometer
Prosedur Dekontaminasi

PRE-
CLEANING
SESUAIKAN JENS ALATNYA

STERILISASI/
CLEANING
disinfeksi

PACKING DRYING
Apa yang di Dekontaminasi

• Alat medis bekas pakai


• Permukaan meja / permukaan benda lain yang
tercemar tumpahan darah atau cairan tubuh
pasien/ paling banyak terpapar oleh tangan
• Linen bekas pakai yang tercemar darah / atau
cairan tubuh pasien
PEMBERSIHAN

• Manual

• Mesin (washer disinfector)


Mengapa perlu
Pencucian/Pembersihan ?
Pencucian alat/instrument prosedur
penting dalam proses dekontaminasi.
Darah, cairan tubuh pasien dan kotoran
lain yang tertinggal karena proses
pencucian yang tidak benar akan
menimbulkan dampak yang serius .
Partikel asing yang tertinggal pada alat
dapat menimbulkan infeksi bila masuk
kedalam luka .
Prosedur Pembersihan Secara Manual

• Cuci tangan
• Pakai APD : sarung tangan, apron,
masker, kaca mata
• Lepaskan/buka bagian alat yang dapat
dilepas
• Basahi alat-alat dengan air mengalir
• Sikat perlahan-lahan setiap permukaan
termasuk gerigi dan lekukan
Prosedur pembersihan
(lanjutan)
 Bilas sampai bersih dengan air hangat
 Bersihkan sikat dan bak pencuci
 Keringkan alat dengan kain atau udara
kering, bila alat kritikal lanjutkan dengan
disinfeksi atau sterilisasi
 Buka sarung tangan dan alat pelindung
lain
 Cuci tangan
Prosedur dekontaminasi
permukaan yang tercemar
• Cuci tangan
• Pakai APD
• Serap darah/cairan tubuh dengan
kertas/tisu
• Buang kertas/tisu kedalam kantong
sampah medis
• Bersihkan daerah bekas tumpahan
dengan larutan klorin 0.5 %
• Buka APD dan cuci tangan
DISINFEKSI

• Tingkat tinggi (HLD/ High Level


Disinfection)  peralatan semi kritikal /
non kritikal
• Tingkat rendah (LLD / Low Level
Disinfection)  peralatan non kritikal
Disinfeksi Tingkat Tinggi
(DTT / HLD)
 DTT merupakan perlakuan minimun yang
direkomendasikan oleh CDC.
• DTT dapat membunuh semua
mikroorganisme, kecuali endospora.
Cara:
• Rebus dalam air mendidih selama 20’
• Rendam dalam larutan kimiawi:
Glutaraldehyde, Hydrogen Peroksida
PENGEMASAN

• Kegiatan sebelum proses sterilisasi untuk


menjaga keamanan dan sterilitas alat-
alat medis sebelum digunakan
• Tanggung jawab unit pelayanan sterilisasi
sentral (bila RS sudah ada fasilitas CSSD)
Tujuan pengemasan

• Mempertahankan sterilitas peralatan


sampai waktu penggunaan.
• Memberi keamanan
• Memudahkan perpindahan alat dari satu
tempat ke tempat lain tanpa
menyebabkan kontaminasi
Syarat Bahan Pengemas

 Sesuai dengan metoda sterilisasi yang


dipakai.
 Dapat menahan mikroorganisme dan
bakteri.
 Kuat & tahan lama.
 Mudah digunakan.
 Tidak mengandung racun / toksik.
Jenis bahan kemasan

1. Linen
2. Kertas
3. Plastik film
4. Kombinasi plastik film dan kertas
(pouches)
Jenis bahan kemasan

1.Linen
• Tidak dianjurkan di-blech
• Bukan dari bahan kanvas / tebal & kaku

2.Kertas
• Hanya satu kali pakai
• Bersifat tidak mengabsorpsi air
• Mempunyai sifat penghalang bakteri yang
baik
• Bebas dari materi toksik
Jenis bahan kemasan

3. Plastik film
• Jenis Polyethylene  Ethylene Oxide
• Tidak bisa digunakan utk sterilisasi uap
• Kombinasi dgn kertas pada salah satu
sisinya (Steripouches)  untuk
sterilisasi uap
4. Kombinasi plastik film dan kertas
STERILISASI

• Suatu proses untuk memusnahkan semua


mikroorganisme termasuk endospora pada
peralatan medis bekas pakai, dapat
dilakukan dengan proses fisika dan
kimiawi
• Sterilisasi sebaiknya dilakukan disuatu unit
tersendiri yang disebut pelayanan
sterilisasi sentral (CSSD)
Fungsi Pelayanan Sterilisasi Sentral

• Menyediakan alat-alat medis yang steril


untuk kebutuhan seluruh unit di RS
• Membantu mencegah terjadinya infeksi
rumah sakit
• Menjamin kualitas sterilisasi
• Efisiensi tenaga, bahan dan alat
METODE STERILISASI

• Sterilisasi dengan suhu tinggi


• Sterilisasi uap (Steam Heat)
• Sterilisasi panas kering (Dry Heat)
• Sterilisasi dengan suhu rendah
• Ethylene Oxide
• Hydrogen Peroxide Plasma Sterilization (STERRAD)
• Liquid Paracetic Acid
Sterilisasi Uap

• Metode sterilisasi paling tua, aman, efektif,


relatif tidak mahal, bersifat non toksik
• Suhu dan waktu:
• 121 ° C (250° F) selama 30 menit
• 132 ° C (270° F) selama 4 menit .
• Direkomendasikan untuk peralatan yang tahan
panas dan tahan uap.
STERILISATOR UAP /STEAM & VACUM
Sterilisasi Panas Kering

• Keuntungan:
• dapat mensterilkan bahan yang tidak dapat
ditembus steam
• tidak bersifat korosif, mencapai seluruh permukaan
alat
• Kelemahan:
• penetrasi panas lambat - waktu lama
• perlu suhu tinggi
• dapat merusak bahan karet
Sterilisasi Panas Kering(2)

• Digunakan untuk:
• minyak, serbuk halus, syringe, kaca, gelas,
benda tajam
• Suhu dan waktu:
• 170° C (340° F) selama 60 menit
• 160° C (320° F) selama 120 menit
• 150° C (300° F) selama 150 menit
STERILISATOR PANAS KERING
Ethylene Oxide / EtO

• Digunakan untuk sterilisasi alat medis yang tidak


tahan panas dan uap.
• Keuntungan:
• Tidak rusak untuk metal, plastik, karet
• tidak berbau
• Kelemahan:
• lama (2–5 jam  14 jam), toksik,
karsinogenik pada konsentrasi tinggi dapat
menimbulkan iritasi saluran pernapasan,
pusing, mual, muntah.
Monitoring Proses Sterilisasi

Tujuan :
• Memberikan Jaminan bahwa peralatan medis
yang disediakan benar-benar steril.
• Memberi jaminan bahwa parameter-parameter
yang ditentukan dalam proses sterilisasi sudah
dipenuhi dengan baik dan benar.
• Dapat diketahui sedini mungkin apabila terjadi
kegagalan pada proses sterilisasi (tindak
lanjut dapat dilakukan secepatnya).
Jenis-jenis indikator untuk
monitoring sterilisasi

1. Indikator Mekanik  mesin bekerja baik / tidak


2. Kontrol Kualitas Secara Visual  melihat fisik
barang rusak / tidak
3. Indikator Kimia  paparan dalam mesin
4. Indikator Biologi
5. Uji Kultur Laboratorium

Pelatihan CSSD
Indikator Eksternal

Tujuan :
• Memberi informasi bahwa bagian luar kemasan telah
melewati proses sterilisasi.
• Membedakan antara benda yang sudah disterilkan dan
yang belum
• Berfungsi sebagai segel/pengaman kemasan,
• Contoh : Autocalve tape (digunakan dibagian luar pada
setiap kemasan).
Indicators eksternal
Indikator Internal

• Berbentuk strip
• Diletakkan dalam setiap kemasan, pada daerah
yang paling sulit dicapai sterilan.
Tujuan :
• Memberi informasi bahwa benda didalam
kemasan telah melewati proses sterilisasi, dapat
dilihat dari perubahan warna strip.
• Menunjukkan bahwa kondisi sterilisasi (suhu,
tekanan, dan kejenuhan uap) telah tercapai.
Gambar Indikator Internal
Test Bowie - Dick

Gambar Hasil Test Bowiedick Gambar Hasil Test Bowiedick


yang bagus yang tida bagus
Indikator Biologi

• Prinsip kerja indikator biologi adalah


dengan mensterilkan spora hidup m.o
yang non patogenik dan sangat resisten
dalam jumlah tertentu.
• Apabila selama proses sterilisasi spora-
spora tersebut terbunuh, maka dapat
dikatakan bahwa mikroorganisme lainnya
juga ikut terbunuh, dan benda yang
disterilkan bisa disebut steril.
Gambar Inkubator Attest Biologi
Kesalahan-kesalahan
pengelolaan alat-alat medis

• Pembersihan tidak adekuat / kurang baik


• Konsentrasi larutan disinfektan tidak tepat
• Kondisi mesin yang kurang baik
• Penyimpanan tidak benar setelah sterilisasi (dalam
keadaan basah, kadaluarsa, kondisi ruang
penyimpanan)
MEMBIASAKAN YANG BENAR

Bukan

MEMBENARKAN KEBIASAAN
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai