Anda di halaman 1dari 63

SOSIALISASI KAWASAN TANPA ROKOK

DI TATANAN PENDIDIKAN

AGUNG PURNOMO
Puskesmas Ngaglik 1
PROMKES / PTM
MASALAH
ROKOK
DI
INDONESIA
PENGARUH IKLAN, PROMOSI , DAN SPONSOR ROKOK
(GLOBAL YOUTH TABACCO SURVEI)
CARA MUDA MENDAPATKAN ROKOK
1. 51,1 % ANAK USIA SEKOLAH 13-15 THN BELI
DIWARUNG
2. 59 % ANAK USIA SEKOLAH 13-15 THN MEMBELI
DIWARUNG TANPA DITOLAK
3. 78,1 % ANAK USIA SEKOLAH 13-15 THN TERPAPAR
ASAP ROKOK DILUAR RUMAH
4. 68,8 % ANAK USIA SEKOLAH 13-15 THN TERPAPAR
ASAP ROKOK DIRUMAH
5. 51,3 % ORANG DEWASA TERPAPAR ASAP ROKOK
DITEMPAT KERJA.
Rokok dan Anak Sekolah
36.2% pelajar laki-laki
4.3% pelajar perempuan
20,3% dari total pelajar mengkonsumsi
produk tembakau, 18.3% merokok

88,2% ingin berhenti merokok


24% di antaranya pernah mendapatkan
pertolongan / nasihat dari tenaga
profesional untuk berhenti merokok

69% pelajar pernah melihat


seseorang merokok di dalam gedung
sekolah, ataupun di luar gedung
tetapi masih di halaman sekolah
Sumber: The Global Youth Tobacco Survey Indonesia tahun
2014 (GYTS 2014)
Bonus Demografi yang Terancam
Persentase Perokok Laki-laki Dua dari Tiga Laki-laki Indonesia
Usia ≥15 Tahun, adalah Perokok
Usia > 15 TahunThediTobacco
9 Negara
Atlas, Fifth Edition, 2015

DARI

Persentase Konsumsi Tembakau


100
Penduduk Indonesia Usia ≥15 tahun,
90
Tahun 1995 - 2013
80
70 63.1 65.6 65.8 66
62.2
60 53.4
50
34.4 34.2 34.3 36.3
40 27 31.5
30
20
10 4.5 5.2 4.1 6.7
JUMLAH SELURUH PEROKOK DI 1.7 1.3
0
INDONESIA MENCAPAI 1995 2001 2004 2007 2010 2013
> 90 JUTA ORANG Laki2 Perempuan Lk+Prmpn
Persentase Umur Mulai Merokok pada Laki-laki dan
Perempuan di Indonesia

Data Riskesdas 2013

“Remaja hari ini adalah


pelanggan tetap untuk hari
esok……”
Philip Morris 1981
Buku Fakta Tembakau Indonesia, Depkes RI 2004
Bonus Demografi yang
Terancam
Persentase Perokok Remaja Indonesia
Usia 15-19 tahun, Tahun 1995 - 2013

Sumber: SKRT (1995), SURKESNAS (2001, 2004), RISKESDAS(2007, 2010, 2013)- Balitbangkes

PENINGKATAN JUMLAH
PEROKOK ANAK AKAN
MENJADIKAN BENCANA
DEMOGRAFI
Rokok dan Lingkaran Kemiskinan
Dgn jumlah perokok
sebanyak +90 juta, rata-rata
rokok yang dihisap per hari
12,3 batang, dan rata-rata
harga rokok per batang Rp.
1.000,-, maka pengeluaran
masyarakat utk rokok
sebanyak Rp. 1,1 TRILIUN
per hari  bila dibelikan
makanan maka kebutuhan
minimal 2.100 kkal seluruh
penduduk dapat tercukupi

Data Susenas, 2005 - 2013

Perokok miskin – yang proporsinya lebih tinggi -


kecenderungannya akan mengorbankan
kebutuhan sandang pangan untuk memenuhi
kebutuhan rokok
UPAYA PEMERINTAH
DASAR HUKUM
 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
 Peraturan Bersama Menteri Kesehatan
dan Menteri Dalam Negeri Nomor
188/MENKES/PB/I/2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok
 PP NO 109 TAHUN 2009, Perusahaan rokok
wajib mencantumkan peringatan
bahaya rokok tulisan dan gambar
PENCANTUMAN PERINGATAN KESEHATAN
DAN INFORMASI KESEHATAN PADA KEMASAN PRODUK
TEMBAKAU

TUJUAN:
 Memberikan hak
masyarakat akan
informasi yg jelas, benar
dan jujur
 Masyarakat memilih
berdasarkan informasi
yg lbh jelas (visual)
yang dipahaminya
(informed decision)
 Mencegah perokok
pemula untuk mulai
merokok.
20
• Pasal 115 ayat (2) :
• Pemerintah Daerah wajib menetapkan
UU No. 36
TH 2009 Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya

• Pasal 4 ayat (4) :


• Bupati/Walikota dapat menetapkan tempat
Pergub No.
42 Th 2009 lain sebagai Kawasan Dilarang Merokok

PERBUB SLEMAN No. 42 Th 2012


Tentang
KAWASAN TANPA ROKOK
KEBIJAKAN NASIONAL
100% bebas asap rokok:
PENGENDALIAN
TEMBAKAU
1. Tdk
ditemukan orangNo.
UU Kesehatan 36 tahun 2009
merokok di dlm gedung;
Peraturanruang
2. Tdkditemukan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri
merokok Nomor
di dlm 188/Menkes/PB/I/2011 - Nomor 7 Tahun
gedung;
3. Tdk tercium bau rokok;
2011 tentang Pedoman Pelaksanaan KTR
4. Tdk ditemukan puntung
 Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang
rokok;
Pengamanan
5. Tdk ditemukan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
penjualan
Berupa Produk Tembakau
rokok;
6. Tdk ditemukan asbak atau
 Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2013 tentang
korek api;
Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi
7. Tdk ditemukan iklan atau
Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau
promosi rokok;
8. Ada tanda dilarang
Peraturan Menteri Kesehatan No. 40 Tahun 2013
merokok;
PERBUP NO 42 TH 2012 BUKAN
PELARANGAN MEROKOK

 Melindungi kesehatan perokok


pasif ( AROL )
 Membudayakan PHBS
 Melindungi kesehatan dari
bahaya akibat merokok;
 Menekan perokok pemula
Paparan Terhadap
Asap Rokok Orang Lain (AROL)

78,4 % 56%
di rumah anak (0-4 thn)
terpapar AROL
51,3% di rumah
di tempat kerja
57,4%
anak (5-9 thn)
85,4%
terpapar AROL
di restoran
di luar rumah

39%
anak & dewasa
Orang dewasa terpapar AROL
terpapar AROL di luar rumah

Sumber: GATS 2011


Sumber: RISKESDAS 2013
 PERMEN DIKBUD (NO.4/U/1997) Lingkungan
sekolah bebas asap rokok
 Peraturan MENDIKBUD No 64/2015→
KAWASAN TANPA ROKOK
DI LINGKUNGAN SEKOLAH
Peraturan MENDIKBUD No 64/2015
menimbang

Mewujudkan PHBS
Melindungi dampak
rokok
Menetapkan sekolah
sebagai Kawasan Tanpa
Rokok
PASAL 1
1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa
(SD/SDLB), Sekolah Menengah Pertama/Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/SMPLB), Sekolah
Menengah Atas/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
(SMA/SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
baik negeri maupun swasta.
2. Lingkungan sekolah adalah lokasi tempat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar baik yang
bersifat kurikuler maupun ekstra kurikuler.
3. Pihak lain adalah orang yang melakukan aktivitas di
dalam lingkungan sekolah, selain kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan, dan peserta didik.
4. Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau
kegiatan memproduksi, menjual, dan/atau
mempromosikan roko
Pasal 2
Kawasan tanpa rokok bertujuan untuk
mencipan Lingkungan sekolah yang bersih,
sehat dan bebas rokok

Pasal 3
Sasaran KTR di Lingukan sekolah:
Kepala sekolah, guru, tenaga pendidik,
peserta didik dan pihak lain di dalam
lingkungan sekolah
Pasal 4..... dukungan dan kewajiban sekolah
KTR

a. Memasukkan larangan terkait rokok dalam


aturan tata tertib sekolah;
b. Melakukan penolakan terhadap penawaran
iklan, promosi, pemberian sponsor, dan/atau
kerja sama dalam bentuk apapun yang
dilakukan oleh perusahan rokok dan/atau
organisasi yang menggunakan merek
dagang, logo, semboyan, dan/atau warna
yang dapat diasosiasikan sebagai ciri khas
perusahan rokok, untuk keperluan kegiatan
kurikuler atau ekstra kulikuler yang
dilaksanakan di dalam dan di luar Sekolah;
Pasal 4..... lanjutan

c. Memberlakukan larangan pemasangan


papan iklan, reklame, penyebaran pamflet,
dan bentuk-bentuk iklan lainnya dari
perusahaan atau yayasan rokok yang
beredar atau dipasang di Lingkungan
Sekolah;
d. Melarang penjualan rokok di kantin/warung
sekolah, koperasi atau bentuk penjualan lain
di Lingkungan Sekolah; dan
e. Memasang tanda kawasan tanpa rokok di
Lingkungan Sekolah.
Pasal 5
1) Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan,
peserta didik, dan Pihak lain dilarang
merokok, memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/atau mempromosikan
rokok di Lingkungan Sekolah.
2) Kepala sekolah wajib menegur dan/atau
memperingatkan dan/atau mengambil
tindakan terhadap guru, tenaga
kependidikan, dan peserta didik apabila
melakukan larangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)
3) Kepala sekolah dapat memberikan sanksi
kepada guru, tenaga kependidikan, dan
Pihak lain yang terbukti melanggar ketentuan
Kawasan tanpa rokok di Lingkungan Sekolah.
Pasal 5..... lanjutan
4) Guru, tenaga kependidikan, dan/atau
peserta didik dapat memberikan teguran
atau melaporkan kepada kepala sekolah
apabila terbukti ada yang merokok di
Lingkungan Sekolah.
5) Dinas pendidikan setempat sesuai dengan
kewenangannya memberikan teguran atau
sanksi kepada kepala sekolah apabila
terbukti melanggar ketentuan Kawasan
tanpa rokok di Lingkungan Sekolah
berdasarkan laporan atau informasi dari
guru, tenaga kependidikan, peserta didik,
dan/atau Pihak lain.
Pasal 6
Larangan penjualan rokok sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf d dan pasal 5
ayat (1) berlaku juga terhadap larangan
penjualan permen berbentuk rokok atau
benda lain yang dikonsumsi maupun yang
tidak dikonsumsi yang menyerupai rokok
atau tanda apapun dengan merek dagang,
logo, atau warna yang bisa diasosiasikan
dengan produk/industri rokok.
Pasal 7
1) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangan melakukan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan Peraturan Menteri ini secara
berkala paling sedikit dalam satu tahun.
2) Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota
menyusun dan menyampaikan hasil pelaksanaan
pemantauan kepada walikota, bupati, gubernur,
dan/atau menteri terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sesuai dengan kewenangannya.
3) Sekolah wajib melakukan pembinaan kepada
peserta didik yang merokok di dalam maupun di luar
Lingkungan Sekolah sesuai dengan tata tertib yang
berlaku di sekolah.
Pasal 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Desember 2015
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

ANIES BASWEDAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 29 Desember 2015

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

WIDODO EKATJAHJANA
KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK DILINGKUNGAN SEKOLAH
(PERMEN NO. 64 TAHUN 2015)
 TUJUAN PENDIDIKAN:
MENGEMBANGKAN DAN MEMBENTUK WATAK SERTA
PERADABAN BANGSA YG BERMARTABAT DAM RANGKA KEHIDUPAN
BANGSA.
MENGEMBANGKAN POTENSI PESERTA DIDIK AGAR MENJADI
MANUSIA YG BERIMAN DAN BERTAQWA KPD TUHAN YG MAHA ESA,
BERAKHLAK MULIA, SEHAT, BERILMU, CAKAP, KREATIF, MANDIRI, DAN
MENJADI WARGA NEGARA YG DEMOKRATIS SERTA BERTANGGUNG
JAWAB.

 DALAM KURIKULUN LIMA KELOMPOK MATA PELAJARAN:


1. MATA PELAJARAN AGAMA DAN AKHLAK MULIA
2. MATA PELAJARAN KEWARGANEGARAAN DAN KEPRIBADIAN
3. MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKHNOLOGY
4. MATA PELAJARAN ESTETIKA
5. MATA PELAJARAN JASMANI, OLAH RAGA, DAN KESEHATAN.
PENYELENGGARAAN
UPAYA BERHENTI MEROKOK
DI SEKOLAH

1. KAWASAN TANPA ROKOK DI LINGKUNGAN SEKOLAH


2. PENINGKATAN PERAN ( KELOMPOK SEBAYA ) DAN
ANAK SEKOLAH SEBAGAI AGENT OF CHANGE
3. PELAKSANAAN SKRINING/PENJARINGAN PEROKOK
DI LINGKUNGAN SEKITAR ANAK SEKOLAH → di usia 10-
12 tahun atau kelas 4,5,6, kelas 7 SMP/MTs, Kelas 10
SMA/SMK/MA negeri dan swasta
4. MEDIA KIE → Leaflet, brosur-brosur, metode
pemutaran film, diskusi, games dan role play
MEDIA KIE
ALUR PELAKSANAAN SKRINING
PERILAKU MEROKOK BAGI ANAK USIA SEKOLAH

SOSIALISASI DAMPAK BURUK


MEROKOK BAGI KESEHATAN
(penyuluhan dg pemutaran film, diskusi, role play…)

PENGISIAN FORMULIR
SKRINING PERILAKU MEROKOK
OLEH PESERTA DIDIK

BAGI PESERTA DIDIK YANG MEROKOK


► PEMERIKSAAN KESEHATAN OLEH
PETUGAS KESEHATAN DI FKTP ( TB, BB,
IMT, TD, CO analyzer, APE)
► KONSELING DI SEKOLAH 6-8 MINGGU
TAHAPAN PELAKSANAAN UPAYA
BERHENTI MEROKOK DI SEKOLAH
KOMITMEN SEKOLAH
 Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah terkait dengan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) di sekolah (Tim Waka Bid kepesertadidikan, guru
BK,guru penjaskes, peserta didik anggota UKS/M, anggota OSIS &
Ekstrakurikuler)
 Dukungan Sekolah → Koordinasi Diknas & Dinkes
 Dinas Pendidikan:
1. Pertemuan dengan kepala sekolah
2. Kepala sekolah menunjuk dua guru yang nantinya akan berperan
sebagai fasilitator dan penanggung jawab program di sekolah
3. Konsolidasi guru dg seluruh warga sekolah
4. Rencanakan jadwal pelaksanaan program berhenti merokok
bersama dengan pihak sekolah
5. Pertemuan sosialisasi kepada orang tua, guru, seluruh warga
sekolah
Dukungan para guru dan orang tua sangat penting dalam
keberhasilan upaya berhenti merokok
PENDEKATAN 4T UNTUK BERHENTI
MEROKOK

T – Tanyakan
T – Telaah
T – Tolong dan nasehati
T – Tindak Lanjut
T - Tanyakan
 Apakah peserta didik merupakan
seorang perokok atau bukan?
 Tanyakan tipe peserta didik, profil
perokok, tingkat adiksi/ ketergantungan
nikotin  kuesioner Fagerstroom
 Apakah ada orang di dalam rumah
yang merokok ?
 Kadar CO udara ekspirasi (pemeriksaan)
 Peakflow meter (pengukuran)
Test untuk
Adiksi Nikotin
(Fagerstroom)

0-3 ketergantungan rendah


4-6 ketergantungan sedang
7-10 ketergantungan tinggi
Pengukuran kadar Carbon-Monoxide (pernapasan)
 Kadar CO saat ekspirasi
 Nilai :
 Perokok 10-20 ppm (2-5%
COHb), bisa lebih
 Bukan perokok : < 4 ppm
 Manfaatnya:
a. Meningkatkan motivasi
perokok saat konseling
Upaya Berhenti Merokok
(UBM)
b. Menilai kemajuan
progress Upaya Berhenti
Merokok (UBM)
 Pengukuran di
FKTP/PUSKESMAS
Pengukuran Peakflowmeter
•Pengukuran fungsi paru
sederhana dengan cara
mengukur Arus Puncak
Ekspirasi (APE) dengan
menilai forced expiration
volume pada detik
pertama (FEV1)

•Nilai APE:
1.Nilai APE normal
Nilai APE ≥ Nilai Prediksi normal
2. Nilai APE tidak normal:
nilai APE < Nilai Prediksi normal

 Pengukuran di
FKTP/PUSKESMAS
1 Saya sudah memutuskan TIDAK akan berhenti

T - Telaah 2
merokok seumur hidup saya
Saya TIDAK PERNAH berpikir untuk berhenti merokok.

 Nilai Tingkat Motivasi Saya TIDAK PUNYA rencana untuk berhenti


3 Saya PERNAH berpikir untuk berhenti merokok, tetapi
 Nilai keinginan untuk saya TIDAK PUNYA rencana
berhenti merokok atau 4 TERKADANG saya berpikir untuk berhenti merokok,
tidak, bila tidak maka tetapi saya tidak punya rencana
diperlukan suatu konseling 5 Saya SERING berpikir untuk berhenti merokok, tetapi
motivasi saya tidak punya rencana

 Nilai sampai manakah 6 Saya BERENCANA untuk berhenti merokok dalam 6

tahap keinginan pasien bulan ke depan

ntuk berhenti merokok 7 Saya berencana untuk berhenti merokok dalam 30 hari

apakah pada tahap


ke depan
8 Saya masih merokok, tetapi saya mau berubah. Saya
prekontemplasi,
siap untuk berhenti merokok
kontemplasi, siap, 9 Saya udah berhenti merokok, tetapi saya khawatir
tindakan dan akan merokok kembali, saya butuh lingkungan tanpa
pemeliharaan asap rokok
10 Saya sudah berhenti merokok
T- Telaah

I. Tingkat Perilaku TELAAH


a. Tingkat kesiapan (lingkari jawaban) Sedangmemutuskan/kebulatan
b. Tingkat motivasi niat/persiapan/aksi/pemeliharaan
(0=tidak termotivasi; 10=sangat
termotivasi) Tingkat Motivasi: 0-1-2-3-4-5—6-7-8-9-10
c. Alasan ingin Berhenti
T- Tolong dan Nasehati
 Gunakan pendekatan secara personal, kuat, jelas untuk
menganjurkan peserta didik berhenti merokok.
 Guru dapat memberikan nasehat singkat atau konseling
untuk membantu peserta didik berhenti merokok.
 Metode Berhenti Merokok:
1. Cara seketika
2. Cara penundaan
3. Cara pengurangan
T- Tolong dan Nasehati
 Untuk peserta didik yang berniat berhenti merokok,
berikan konseling
 Tentukan tanggal .... TULIS TGLNYA ?
 Metode berhenti merokok
 Tantangan saat berhenti merokok (termasuk
gejala putus nikotin/withdrawal effect)
 Pilihan terapi

 Untuk
peserta didik yang belum berniat untuk
berhenti merokok, tingkatkan motivasi  misalnya
Pendekatan dengan wawancara motivasional
I. Intervensi Tanggal berhenti TOLONG DAN NASEHATI
merokok □ Langsung berhenti
□ Bertahap mengurangi jumlah
Metode berhenti □ Penundaan jam merokok

Pilihan terapi :
□ Konseling Sampaikan :
Dampak buruk merokok
Manfaat berhenti merokok
Tantangan yang akan dihadapi
T – Tindak Lanjut
 Susunlah jadwal untuk konsultasi rutin/berkala
misalnya satu minggu sekali
 TENTUKAN TANGGAL
 Pada pertemuan berikutnya lakukan penilaian
 Tingkat keberhasilan berhenti merokok
 Tingkat motivasi
 Kendala yang timbul
 Gejala withdrawal effect dan penanganannya
 Penilaian parameter klinis (seperti berat badan,
kadar CO udara ekspirasi, tekanan darah dll)
I. Pertemuan berikutnya TINDAK LANJUT
□ Berhasil Berhenti Merokok
Nilai keberhasilan □ Kembali Merokok
□ Dikirim Ke Puskesmas

Peserta didik: ..................... Tanda tangan : ................


Konselor : ...................... Tanda tangan : ................

(*) Untuk nilai kadar Co dan nilai APE dilakukan di Puskesmas/FKTP (merujuk ke buku
Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer)

(**) Apabila dianggap perlu dapat


Hasil akhir ?
 BERHASIL
?
GAGAL ?  perlu tambahan terapi ?
perlu rujuk ?

Hasil akhir ditentukan setelah menjalani


program berhenti merokok selama 6-8 minggu
Upaya Berhenti Merokok di Sekolah

 ALUR Berhasil berhenti tidak berhasil


PENGIRIMAN
DAN
PENDAMPING Tetap pembinaan disekolah dalam waktu 6-8 minggu
AN SEKOLAH

Evaluasi 3 bulan, 6 bulan Pengiriman ke Faskes TK I dengan


Program Upaya Berhenti Merokok

Berhasil
PHBS RUMAH TANGGA

Anda mungkin juga menyukai