Pembimbing
Dr. dr. Reviono Sp.P(K), M.Kes
Kesimpulan:
1. Emfisematous lung
Thorax PA di RSDM (1-8-2019)
Kesimpulan:
1. Emfisematous lung
Thorax PA di RSDM (22/8/2019)
Kesimpulan:
i.Bronchitis
ii.Emfisematous lung
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
Hematologi
Rutin
Di RSDM
Hemoglobin
21/8/2019 14.5 13.5 – 17.5
Hematokrit
48 33 - 45
Leukosit
19.6 4.5-11.0
Trombosit
376 150 - 450
Eritrosit
4.79 4.50 - 5.90
Index Eritrosit
MCV
99.1 80.0 - 96.0
MCH
30.3 28.0 - 33.0
MCHC
30.5 33.0 - 36.0
RDW
12.3 11.6 - 14.6
MPV
8.4 7.2 - 11.1
PDW
16 25 - 65
HitungJenis
Eosinofil
0.00 0.00 - 4.00
Basofil
0.20 0.00 - 2.00
Netrofil
92.80 55.00 - 80.00
Limfosit
2.70 22.00 - 44.00
Monosit
4.30 0.00 - 7.00
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu
87 60-140
Di RSDM Elektrolit
21/8/2019
Natrium darah 134 136-145
pH 7.420 7.310-7.420
BE 7.0 -2 - +3
MIKROBIOLOGI KLINIK
Kultur Sputum
Organism : Staphylococcus Aureus ss. Aureus
Komentar/Saran :
• MRSA positif Isolasi Pasien
• Bila klinis pasien mendukung, antibiotic yang disarankan adalah vancomycin
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian PPOK
penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran
udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel,
bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi
paru terhadap partikel atau gas yang beracun/ berbahaya,
disertai efek ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat berat
penyakit.
Anatomi Paru
EPIDEMIOLOGI
• Sampai saat ini, PPOK masih menjadi salah satu penyakit paru
yang paling sering dijumpai
• peringkat ke empat setelah penyakit jantung, kanker dan
penyakit serebro vascular sebagai penyebab kematian
• (WHO) adalah bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK
akan meningkat
• rokok masih merupakan faktor risiko terpenting penyebab
PPOK di samping adanya faktor risiko lain seperti polusi udara,
faktor genetik dan lain-lain
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS Faktor risiko : Sesak napas
Batuk kronik produksi sputum
Usia Keterbatasan aktivitas
Riwayat pajanan: asap
rokok, polusi udara, polui
tempat kerja
Pemeriksaan fisik *
Berdasarkan skor diatas, angka harapan hidup dalam 4 tahun pasien sebagai berikut:5
•0 – 2 poin = 80%
•3 – 4 poin = 67%
•5 – 6 poin = 57%
7 – 10 poin = 18%
Etiologi Pneumonia Komunitas
• Klebsiella pneumoniae 45,18%
• Streptococcus pneumoniae 14,04%
• Streptococcus viridans 9,21%
• Staphylococcus aureus 9%
• Pseudomonas aeruginosa 8,56%
• Steptococcus hemolyticus 7,89%
• Enterobacter 5,26%
• Pseudomonas spp 0,9%
Diagnosis
• Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat
infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah
ini:
1. Batuk-batuk bertambah
2. Perubahan karakteristik dahak / purulen
3. Suhu tubuh > 380C (aksila) / riwayat demam
4. Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial
dan ronki
5. Leukosit > 10.000 atau < 4500
Penilaian Derajat Keparahan Penyakit
Kriteria Pneumonia Berat
Kriteria minor Kriteria mayor
• Frekuensi napas > 30/menit • Membutuhkan ventilasi mekanik
• PaO2/FiO2kurang dari 250 mmHg • Infiltrat bertambah > 50%
• Foto toraks paru menunjukkan • Membutuhkan vasopresor > 4 jam
kelainan bilateral (septik syok)
• Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus • Kreatinin serum > 2 mg/dl atau
peningkatan > 2 mg/dI, pada
• Tekanan sistolik < 90 mmHg penderita riwayat penyakit ginjal
• Tekanan diastolik < 60 mmHg atau gagal ginjal yang membutuhkan
dialisis
Indikasi Rawat Inap
1. Skor PORT lebih dari 70
2. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah
satu dari kriteria dibawah ini.
• Frekuensi napas > 30/menit
• PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg
• Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
• Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
• Tekanan sistolik < 90 mmHg
• Tekanan diastolik < 60 mmHg
3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
Kriteria Perawatan Intensif
Penderita yang memerlukan 2 dari 3 gejala minor tertentu
perawatan di Ruang Rawat (PaO2/FiO2 kurang dari 250
Intensif adalah penderita yang mmHg, foto toraks paru
mempunyai paling sedikit 1 dari menunjukkan kelainan bilateral,
2 gejala mayor tertentu dan tekanan sistolik < 90 mmHg).
(membutuhkan ventalasi Kriteria minor dan mayor yang
mekanik dan membutuhkan lain bukan merupakan indikasi
vasopressor >4 jam [syok untuk perawatan Ruang Rawat
septik]) atau Intensif.
Pneumonia atipik
• Mycoplasma pneumoniae
• Chlamydia pneumoniae
• Legionella spp.
• Chlamydia psittasi
• Coxiella burnetti
• virus Influenza tipe A & B
• Adenovirus
• Respiratori syncitial virus.
Diagnosis Pneumonia Atipik
• Gejalanya adalah tanda infeksi saluran napas yaitu demam, batuk
nonproduktif dan gejala sistemik berupa nyeri kepala dan mialgia.
• Pada pemeriksaan fisis terdapat ronki basah tersebar, konsolidasi jarang
terjadi.
• Gambaran radiologis infiltrat interstitial.
• Laboratorium menunjukkan leukositosis ringan, pewarnaan Gram, biarkan
dahak atau darah tidak ditemukan bakteri.
Perbedaan Pneumonia Atipik dan Tipik
Penatalaksanaan
• Penderita rawat jalan
• Penderita rawat inap di ruang biasa
• Penderita rawat inap di ruang rawat intensif
Prognosis
• Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor
penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang
tepat serta adekuat.
• Angka kematian penderita pneumonia komunitas kurang dari
5% pada penderita rawat jalan , sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20%.
Pencegahan
• Pola hidup sehat termasuk tidak merokok
• Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza) sampai saat ini masih
perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya. Pemberian vaksin tersebut
diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut, penyakit
kronik , diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK, HIV, dll.
ANALISIS KASUS
PPOK
• Pada pasien ini didapatkan kemungkinan
mengalami PPOK.
• Pasien juga mengeluhkan sesak napas
• PPOK merupakan penyakit paru kronik
disertai bunyi mengi, batuk berdahak
yang ditandai oleh hambatan aliran udara
• Pemeriksaan fisik pasien didapatkan
di saluran pernapasan bersifat progresif
wheezing dan RBK pada kedua lapang paru.
nonreversibel atau reversibel parsial.
• Hasil foto thorax PA/lateral didapatkan cor
• PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan
ukuran normal dan bentuk pendulum,
emfisema atau gabungan keduanya.
pulmo tampak corakan bronchovaskular
• Faktor risiko tersering dari PPOK adalah
meningkat dan tampak hiperaerasi di kedua
kebiasaan merokok.
lapang paru serta pelebaran SIC kanan dan
• Dari anamnesis, didapatkan bahwa pasien
kiri. mengarah pada gambaran bronchitis
ini memiliki kebiasaan merokok sebanyak
dan emphisematous lung.
36 batang selama 27 tahun. Indeks
Brinkman : 36 x 27 = 972. Kategori berat.
Pneumonia
• Resiko infeksi sangat tergantung pada
kemampuan mikroorganisme untuk sampai
• Pasien ini mengalami pneumonia
dan merusak permukaan epitel saluran
• Pneumonia merupakan penyakit infeksi
napas.
yang menyerang parenkim dari paru-paru,
• Hal ini dapat dipengaruhi oleh penyakit
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri,
PPOK pada pasien yang sudah berlangsung
jamur, virus, parasit).
selama 7 tahun.
• Anamnesis pasien didapatkan keluhan
• Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
batuk berdahak yang semakin memberat.
hiperesponsif jalan napas yang
• Pemeriksaan fisik terdapat wheezing dan
menimbulkan gejala episodik berulang
RBK di kedua lapang paru.
berupa mengi, sesak napas, dada terasa
• Pada pemeriksaan laboratorium leukosit
berat dan batuk-batuk yang jika dalam
meningkat >10.000.
waktu lama inflamasi tersebut dapat
• Epidemiologi pneumonia pada pasien dapat
menyebabkan komplikasi berupa infeksi
disebabkan karena pneumonia komunitas.
yang menyerang parenkim paru, salah
satunya adalah pneumonia.
Terapi
• Pasien dirawat di bangsal paru RS Dr • injeksi ranitidin 50mg/8jam sebagai
Moewardi dan mendapatkan terapi antihistamin atau H2-antagonist untuk
mendapatkan terapi O2 2 lpm mengurangi produksi asam lambung
meningkatkan uptake O2 karena pasien mengalami keluhan nyeri di
• Pemberian nebulisasi ipraproptium ulu hati
bromide : berotec /4 jam di diberikan • pemberian N-acetyl cystein 3x200mg
sebagai antikolinergik dan agonis β₂ sebagai pengencer dan memecah
simpatomatik untuk PPOK kekentalan dahak karena pada pasien ini
• injeksi vancomycin 1 gr /8 jam untuk juga mengalami keluhan batuk berdahak.
menangani kemungkinan infeksi yang • Untuk planning terapi, pasien
terlihat dari peningkatan leukosit pasien direncanakan untuk pemeriksaan sputum
(19.6 ribu/ul) dan presentase neutrofil untuk mengkonfirmasi TB paru,
pasien (92.80%) pengambilan AGD bila pasien mengalami
• injeksi metilprednisolon 30mg/8 jam perburukan, serta konsul ke bagian
diberikan sebagai antiinflamasi jantung.
KESIMPULAN
• Pasien laki-laki usia 65 tahun datang
• Pasien dulu bekerja sebagai tukang
dengan keluhan sesak napas ± sejak
becak namun sejak 2005 sudah
1 hari SMRS dipengaruhi cuaca dan
berhenti karena sakit. Pasien
debu.
merupakan perokok berat (36
• Riwayat penggunaan obat semprot
batang sehari x 27 tahun = 972).
(+). Terbangun malam hari karena
• Rumah pasien dekat dengan pabrik
sesak (+). Batuk (+) sejak ± 1 tahun
sehingga mudah terpapar limbah
SMRS. Nyeri dada (+), nyeri perut
asap. Hal tersebut merupakan faktor
(+), demam (-), demam sumer-
risiko terjadinya penyakit obstruksi
sumer (-), keringat malam tanpa
pada pasien.
aktivitas (-).
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien
tampak sakit sedang, kesadaran compos
• Pada pemeriksaan analisa gas darah
mentis dengan GCS E4V5M6, tekanan
didapatkan alkalosis metabolik
darah 114/73 mmHg, frekuensi nadi 76
terkompensasi sempurna dengan gagal
x/menit, regular, isi kesan cukup, frekuensi
nafas hiperkapnik hipoksemik.
pernapasan 31 x/menit, SpO2 99% O2 2 lpm,
• Pada hasil foto rontgen thoraks PA/lateral
suhu 36,6 °C.
yang dilakukan terakhir pada tanggal 22
• Pada pemeriksaan penunjang yaitu hasil
Agustus 2019 menunjukkan gambaran
pemeriksaan laboratorium menunjukkan
bronchitis dan emfisematous lung.
kadar hematokrit, MCV, leukosit dan
neutrophil pasien meningkat. MCHC, PDW,
limfosit, dan kreatinin menurun.
• Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien
didiagnosa dengan
1. PPOK eksasebasi akut
2. Pneumonia komuniti PSI KR II PSI 75 ec staphylococcus aureus
3. Masalah gagal nafas hiperkapni hipoksemia dengan abdominal discomfort
• Terapi yang dilakukan adalah
1. Oksigen 2lpm
2. Diet TKTP 1500 kkal
3. Nebulizer barotec atrovent tiap 4 jam
4. Injeksi metilprednisolon 30mg/8jam
5. Injeksi vancomysin 1 gram per 8 jam
6. NAC 3x200 mg
7. Paracetamol 3x500 mg
8. Azitromicin 1x500 mg
9. sucralfat 3x1 sendok teh.
Terimakasih