Anda di halaman 1dari 25

Carcinoma

Cavum Nasi
Pembimbing :
Dr. Syabriansyah, Sp. THT-KL
Sinonasal merupakan
Tumor hidung dan sinus rongga yang dibatasi
paranasal umunya oleh tulang-tulang
wajah sehingga sulit
jarang ditemukan diketahui
secara dini

2
Definisi dan Epidemiologi
Selain menyerang rongga
Carcinoma Cavum Nasi adalah Sulit diketahui secara dini dan
hidung, biasanya tumor ganas
tumor ganas yang menyerang asal tumor primer sulit
pada cavum nasi juga
rongga hidung ditentukan
menyerang sinus paranasal

1% dari keganasan seluruh


tubuh, 3% dari keganasan Laki-laki : wanita = 2 : 1
kepala dan leher

3
Etiologi Zat kimia/bahan
industri: nikel,
debu kayu,
Alkohol
formaldehid, kulit,
kromium, minyak
isopropil dll.

Makanan yang
Asap rokok
diasin/diasap

4
Klasifikasi
Berdasarkan histopatologinya, Ca cavum nasi dapat diklasifikasikan
menjadi :

Tumor yang berasal Tumor yang berasal Tumor yang berasal


dari epitel dari jaringan ikat dari sel tulang atau sel
• Carcinoma sel squamos, • fibrosarkoma, tulang rawan
limfoepitelioma, karsinoma rabdomisarkoma • osteosarkom,
sel basal, silindroma, dll kondrosarkoma

5
Tumor ganas yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa
(70%)

Lokasi terkena yang paling sering adalah sinus maksilaris


(65-80%)

Metastasis ke kelenjar leher jarang terjadi (kurang dari 5%).

Metastasis jauh juga jarang ditemukan (kurang dari 10%).

6
Gejala Klinis
Gejala Nasal

Gejala Gejala
Intrakranial Orbital

Gejala Fasial Gejala Oral

7
Gejala Nasal
Sekret hidung yang bervariasi,
Hidung buntu unilateral dan bisa purulen dan berbau atau
bilateral sekret bercampur darah
hingga terjadi epistaksis

Rasa nyeri di sekitar hidung


Benjolan pada pangkal hidung
karena gangguan ventilasi
dan deformitas hidung
sinus

Perluasan ke nasofaring dapat


Rasa nyeri terus – menerus menyebabkan gangguan
dan progresif umumnya pendengaran dan otitis media
akibat adanya infiltrasi tumor akibat tersumbatnya tuba
ganas Eustachius.
8
Gejala Orbita
Proptosis
Diplopia (penonjolan bola Oftalmoplegia
mata)

Gangguan visus
epifora
sampai kebutaan

9
Gejala Oral
Penonjolan/
ulkus di
Nyeri di
palatum/pr
osesus gigi/gusi
alveolaris

Geraham mal-
atas oklusi
goyah gigi

10
Gejala Fasial
Nyeri, anestesia, dan parestesia
Pembengkakan pipi wajah (terganggunya fungsi n.
trigeminus)

Trismus akibat terkenanya otot Pendesakan ke depan dapat


pterigoid menyebabkan benjolan di dahi

11
Gejala Intrakranial

Gejala iritasi Sakit


saraf kranial
(perluasan ke
kepala
fossa kranii hebat
media)

Likuorea (cairan
otak keluar
melalui hidung)

12
Pemeriksaan Sederhana
Inspeksi:

• Asimetri wajah, proptosis, deformitas hidung

Palpasi terhadap dahi, mata, pipi, geraham, gusi dan palatum, nilai apakah terdapat nyeri
dan fungsiolesa

Palpasi tumor yang tampak serta palpasi pada bagian kelenjar leher bila ada perluasan.
Rhinoskopi anterior untuk mengevaluasi tumor di rongga hidung

Rhinoskopi posterior untuk melihat ekstensi ke nasofaring

13
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan naso –
endoskopi dapat Foto posisi waters untuk melihat CT – Scan untuk lebih memastikan
membantu menemukan perluasan tumor ke sinus maksila perluasan tumor
tumor dini

MRI atau Magnetic Resonance Jika dicurigai tumor vaskuler,


Imaging dapat membedakan misalnya angiofibroma, jangan
jaringan tumor dari jaringan Biopsi dengan forcep Blakesley dilakukan biopsi karena akan sangat
normal, tetapi kurang begitu baik dilakukan pada tumor yang tampak sulit menghentikan perdarahan
dalam memperlihatkan destruksi yang terjadi. Diagnosisnya adalah
tulang. dengan angiografi.

14
Diagnosis

Ditegakkan dari
Untuk mendapatkan
anamnesa, pemeriksaan
diagnosis pasti perlu
fisik dan pemeriksaan
dilakukan biopsi.
penunjangnya

15
Stadium
✢ Perluasan tumor primer (T) ✢ Metastasis ke kelenjar limfe leher
- T1: tumor terbatas di mukosa sinus (N)
- T2: tumor sudah meluas ke jaringan -N0: tidak ditemukan
lunak orofaring atau ke kavum nasi -N1: kurang atau sama dengan 3cm
-T3: tumor sudah menyebrang ke -N2: >3cm dan <6cm
struktur tulang hidung atau sinus - N3: >6cm
paranasal
✢ Metastasis jauh (M)
-T4: tumor sudah meluas ke orbita,
-M0: tidak ada metastase jauh
sinus sfenoid dan frontal dan atau
rongga intrakranial -M1: ada metastase jauh

16
Diagnosis banding

Angiofibroma
Tumor jinak
Nasofaring Polip Nasi
cavum nasi
Juvenilis

17
Penatalaksanaan
Yang terpenting dalam penatalaksanaan tumor adalah:

1. Menegakkan diagnosa dengan biopsi dan


pemeriksaan histopatologi.
2. Menentukan batas-batas tumor dengan pemeriksaan
radiologis.
3. Merencanakan terapi yang dibuat berdasarkan
diagnosis histopatologi dan stadium tumor.

18
Penatalaksanaan
• pembedahan (utama), kemoterapi dan radiasi (adjuvan)
Prinsip terapi

Tindakan operasi harus


dilakukan seradikal mungkin
• Kasus yang bermetastase jauh, sudah meluas ke sinus
Kontraindikasi pembedahan kavernosus bilateral atau tumor sudah mengenai kedua
orbita
• Tumor ganas dengan metastase atau residif atau jenis yang
Kemoterapi sangat baik dengan kemoterapi misalnya limfoma
malignum
19
Pasca terapi
Setelah pengobatan harus dilakukan juga
rekonstruksi dan rehabilitasi, misalnya
pemakaian prostesis gigi, prostesis orbita, dan
kalau perlu melakukan bedah plastik dan
rekonstruksi, mengingat operasi dilakukan di
daerah wajah.

20
21
22
Maksilektomi Rhinotomi lateral

23
Prognosis
Pada umumnya prognosis kurang baik. Beberapa hal yang
mempengaruhi prognosis antara lain adalah :

Kesulitan melakukan
Adanya kesulitan operasi secara radikal
menentukan batas tepi karena sempitnya lapangan
tumor secara pasti operasi, dikhawatirkan
mengenai organ yang lain.

24
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai