DISKUSI JURNAL
Pengukuran kadar/konsentrasi klorofil dengan metode spektrofotometri
Jihan Sekar Wijayanti
18/423344/BI/09978
Golongan VI/ 6 (Kamis)
Asisten : Nadyatul Khair
2
PENDAHULUAN
• Pigmen fotosintesis adalah zat dengan struktur kimia yang sangat berbeda; mereka
hadir dalam bentuk pigmen porfirin (klorofil a, b dan c), karotenoid, antosianin, dan
flavon. Kandungan pigmen daun bervariasi tergantung pada spesies.
• Sifat absorbansi pigmen memudahkan analisis kualitatif dan kuantitatif dari mereka.
Terdapat kompromi antara memilih pelarut terbaik untuk ekstraksi klorofil
kuantitatif yang efisien dan penggunaan pelarut yang paling cocok untuk uji
spektrofotometri.
• Masing-masing pelarut yang digunakan pada penelitian yaitu aseton, DEE, etanol,
metanol, DMSO memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga harus diperhatikan
pengunaannya di laboratorium agar tidak merusak peralatan dan meningkatkan
keselamatan.
• Penelitian ini membandingkan penggunaan lima pelarut yang berbeda yaitu. aseton,
metanol, etanol, dietil eter dan dimetil sulfoksida (DMSO) untuk menentukan
kemampuan ekstraksi klorofil-a, klorofil-b dan karotenoid yang membentuk daun
pakis.
3
METODE
Alat dan bahan : • Spektrofotometer
• tiga spesies pakis yang biasa ditanam di dataran • Pelarut ekstraksi yang berbeda diberikan
rendah (viz. Adiantum sp., Crystiella sp. and dalam tabel 1; dan absorbansi spektral
Draypteris sp.) untuk Klorofil-a, Klorofil-b, dan karoten
• Air keran untuk berbagai pelarut ditunjukkan pada
• Air suling tabel 2.
• Homogenizer jaringan • AR grade (Marck) reagen analitikal
• Pelarut ekstraktan yang berbeda. • Milli Q water
• Microtube • Quartz cuvette (1cm2)
• Rotor
Collection of plant
samples Langkah kerja
Statistical
Analytical procedure Quality control
interpretations
4
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
7
8
9
• Molekul klorofil memiliki Mg2+ di pusatnya yang membuatnya ionik dan hidrofilik,
dan cincin yang hidrofobik di alam dengan gugus karbonil di ekornya yang
membuatnya polar. Klorofil-b berbeda dari klorofil-a hanya dalam satu kelompok
fungsional (yaitu -CHO) yang terikat pada cincin porfirin, dan lebih larut daripada
klorofil-a dalam pelarut polar karena gugus karbonilnya.
• Kemampuan ekstraksi klorofil dari pelarut sangat time-dependent. Ekstraksi
karotenoid oleh berbagai pelarut dari spesies yang diteliti menunjukkan tren yang
sangat mirip seperti yang tercatat dalam kasus klorofil.
• Karotenoid bersifat non polar dalam sifat kimia, dan karenanya menunjukkan afinitas
yang lebih tinggi terhadap pelarut polar (yaitu, metanol dan aseton) yang
didokumentasikan dengan baik oleh beberapa temuan sebelumnya.
• Hasil percobaan menunjukkan tren positif peningkatan konsentrasi pigmen dengan
durasi waktu (kecuali aseton dan metanol).
10
KESIMPULAN
• Ekstraksi pigmen fotosintesis oleh pelarut yang berbeda tergantung pada sifat kimiawi
dari bio-molekul (klorofil-a, klorofil-b dan karotenoid).
• DEE sebagai pelarut ekstraktan terbaik untuk klorofil-a dan klorofil-b untuk sebagian
besar spesies sampel; sementara DMSO diakui untuk ekstraksi karotenoid tertinggi dari
spesies pakis yang telah diuji coba.
• Tidak ada perbedaan signifikan yang diamati dalam tren untuk ekstraksi pigmen seperti
yang dilaporkan sebelumnya dari fitoplankton dan juga dari tanaman yang lebih tinggi
dengan penelitian ini.
• Meskipun sedikit variasi tetap ada di antara tanaman / spesies percobaan bahkan untuk
pelarut ekstraktan yang sama yang dapat dikaitkan dengan karakteristik fisiologis yang
melekat pada spesies individu. Perubahan temporal dan musiman dan kondisi geologi
lokal juga dapat menjadi alasan untuk variasi konsentrasi pigmen pada tanaman, oleh
karena itu studi lebih lanjut dalam konteks ini direkomendasikan.