Anda di halaman 1dari 5

 Tujuan riset

Penelitian pada genus enigmatik, Bienertia (Chenopodiaceae) terus berlanjut, dengan


fotosintesis C4 dan kekurangan Kranz anatomy menuntun pada penemuan spesies kedua
genus monotipik Bienertia, atau spesies ketiga tumbuhan terestrial C4 tanpa Kranz
anatomy. Perluasan studi ini brrtujuan untuk menjelaskan lebih jauh pentingnya secara
ekologis dan keterbatasan dari sistem fotosintesis ini.
 Alasan memilih masalah
Perluasan penelitian ke populasi yang asli dari Iran bagian selatan, menuntun pada
penemuan spesies baru yang berbeda dari Bienertia cycloptera. Spesies ini diberi nama
Bienertia sinuspersici.
 Pendahuluan
Bagian ini dijelaskan alasan pemilihan masalah dan tujuan dari penelitian ini.
Sebelumnya telah ditemukan dua spesies famili Chenopodiaceae, Bienertia cycloptera
dan Borszczowia aralocaspica yang memiliki mekanisme fotosintesis unik, berlangsung
pada sebuah sel fotosintetik tunggal. Para peneliti melaksanakan perluasan studi untuk
menjelaskan lebih jauh pentingnya secara ekologis dan keterbatasan dari sistem
fotosintesis ini. Penelitian pada genus enigmatik, Bienertia (Chenopodiaceae) terus
berlanjut, dengan fotosintesis C4 dan kekurangan Kranz anatomy menuntun pada
penemuan spesies kedua genus monotipik Bienertia, atau spesies ketiga tumbuhan
terestrial C4 tanpa Kranz anatomy. Perluasan penelitian ke populasi yang asli dari Iran
bagian selatan, menuntun pada penemuan spesies baru yang berbeda dari Bienertia
cycloptera. Spesies ini diberi nama Bienertia sinuspersici.
 Metode
Metode penelitian yang dilakukan meliputi proses-proses sebagai berikut : studi lapangan
dan herbarium, budidaya/penanaman, pengamatan dengan mikroskop cahaya (struktur
daun) dan mikroskop scanning electron microscopy untuk melihat ciri mikromorfologi
dari biji dan polen, studi kromosom, ekstraksi klorofil dan assay (pengujian kadar
kogam), dan pengukuran komposisi isotop karbon.
 Hasil dan Pembahasan
Informasi komparatif dua spesies dari genus Bienertia dijelaskan dengan tabel 1 yang
berisi perbandingan karakter antara Bienertia cycloptera dan Bienertia sinuspersici serta
ciri morfologi dari Bienertia sinuspersici mulai dari organ vegetatif dan generatif secara
spesifik. Lalu, etimologi penamaan spesies serta informasi pemeriksaan spesimen
representatif dijelaskan (nama peneliti, lokasi, waktu).
Pembahasan pada jurnal ini dibagi menjadi lima subbab, yaitu:
Ciri morfologi dan fenologi
Studi dilakukan secara in situ dan dengan herbarium. Hasil disajikan dalam tabel 1,
gambar 1 untuk lebih lengkapnya. Karakter yang diamati bersifat konstan (tidak
dipengaruhi oleh elevasi dan kondisi ekologi). Ciri yang membedakan adalah di B.
sinuspersici memiliki daun yang pipih dan lebar versus daun semi silinder pada B.
cycloptera. Rasio panjang dan tebal pada B. sinusperisici dua kali dari B. cycloptera.
Volume mesofil, protein terlarut segar, dan isi klorofil segar dua atau tiga kali lebih tinggi
B. cycloptera dibandingkan B. sinuspersici. Pembeda lainnya adalah kotiledon (ukuran,
morfologi (bentuk, panjang, letak, axis). Pembeda lainnya yaitu biji (ukuran kecepatan
germinasi, waktu germinasi, fenologi waktu berbunga).
Butir serbuk sari
Serbuk sari B. sinuspersici serupa dengan B. cycloptera. Hasil mengindikasikan karakter
polen merupakan karakteristik dapat dipercaya serta konstan dengan genus Bienertia.
Karakter ini dapat membantu dalam identifikasi spesies dan studi palinologi. Hasil
disajikan dalam tabel 1, gambar 5A
Sitologi
Hasil studi kromosom pada sel somatik menyatakan kedua spesies memiliki komplemen
kromosom 2n=18. Hasil dijelaskan pada gambar 2 perbandingan kariotip pada dua
spesies Bienertia dan pada tabel 2 yang menyatakan panjang kromosom dua spesies
Bienertia dia fase metafase mitosis (panjang lengan (panjang dan pendek, total; tipe
kromosom)). Kariotip simetri menunjukkan karakter pleisomorphik (primitif), Bienertia
merupakan genus yang terisolasi dan mungkin lebih tua dalam famili Chenopodiaceae.
Distribusi dan Fitogeografi
Hasil dijelaskan pada tabel 3 tentang peta distribusi kedua spesies genus Bienertia.
Jangkauan B. sinuspersici mulai dari pesisir paling barat Pakistan dan membentang ke
barat sepanjang area pesisir Iran bagian Selatan dan negara di sekitar Teluk Persia.
Bienertia sinuspersici hidup di iklim panas, ditemukan di latitude dan elevasi lebih tinggi
di gurun bersuhu sedang dan dingin pada daerah itu. Para biogeografer
mengintepretasikan jangkauan B. sinuspersici dengan intepretasi yang berbeda-beda.
Morfologi dan anatomi daun
Hasil dijelaskan dalam tabel 1, gambar 4, gambar 5. Epidermis punya trikoma. Pada
kedua spesies trikoma lebih banyak pada abaxial epidermis, dengan distribusi tersebar
pada sisi adaxial dari daun B. sinuspersici, dan mereka hampir tidak ada di sisi adaksial
dari daun B. cycloptera. Anatomi B. sinuspersici serupa dengan B. cycloptera dalam hal
ketiadaan Kranz anatomy dan keberadaan kompartemen sitoplasmik pusat yang aneh di
sel klorenkim. Berkas pengangkutdisusun dalam bidang longitudinal lateral dengan
berkas pengangkut sentral yang besar dan beberapa lateral. Jumlah ikatan lateral kecil
lebih tinggi pada daun datar B. sinuspersici daripada di daun silinder B. cycloptera;
namun demikian, pada kedua spesies satu atau dua bundel paling lateral, floemnya
diputar menghadap ke sisi adaxial daun. Perbedaan lainnya yaitu terdapat 2-3 lapisan sel
klorenkim yang memanjang sekitar daun silinder B. cycloptera, sedangkan B.
sinuspersici memiliki 2 lapisan sel klorenkim pada daun pipihnya. Bienertia merupakan
tumbuhan gurun (eremofit) tetapi berbeda dengan kebanyakan tumbuhan gurun karena
membentuk semak pada satu musim pertumbuhan, memiliki distribusi yang longgar pada
sel-sel klorenkim yang condong pada halofit. Spesies ini juga memiliki daun sukulen
dengan jaringan penyimpanan air yang berkembang baik dan stomata tenggelam, tupe
stomata anomositik, tipe daun amfistomatik. Kepadatan stomata pada B. sinuspersici
sedikit rendah daripada Bienertia cycloptera di bawah lingkungan terkontrol. Makna
evolusioner dan adaptif dari daun pipih B. sinuspersici dan daun silinder B. cycloptera
mungkin berhubungan dengan perbedaan makroiklim daripada kondisi lokal dan edafis
(tanah).
Komposisi isotop karbon
Hasil disajikan pada tabel 3. Berdasarkan hasil yang didapatkan, kedua spesies genus
Bienertia termasuk ke dalam tumbuhan C4. Dalam B. sinuspersici nilai-nilai berkisar
antara -11,5 hingga -15,4 permil dengan nilai rata-rata isotop gama 13C 14,1 permil untuk
9 pengukuran; dalam B. cycloptera nilai berkisar antara -12,4 hingga -15,6 permil
dengan nilai rata-rata isotop gama 13C -13,9 permil dari 17 pengukuran.

 Kesimpulan, rekomendasi, saran


Bienertia sinuspersici memiliki ciri yang membedakannya dari Bienertia cycloptera,
dideskripsikan sebagai spesies baru genus Bienertia. Spesies baru memiliki daun
kotiledon lebih panjang, biji lebih besar, bunga lebih besar, dan kromosom lebih besar
serta set yang berbeda pada ciri mikromorfologi. Penelitian mendatang perlu
memperhatikan tiga hal yaitu: asal yang disepakati umum (bersifat dugaan) dan
persebaran dua spesies Bienertia, klarifikasi posisi yang tidak jelas antara subfamilia
Suaedoideae dan Salicornioideae, dan dasar genetika dan evolusi fotosintesis C4 di sel
tunggal pada genus ini. Baik B. sinuspersici dan B. cycloptera memiliki sistem
fotosintesis C4 bersel tunggal, walaupun fakta menyatakan habitat mereka berbeda. Hal
ini menjadikan daya tarik sendiri dalam mengetahui evolusi dan mekanisme fotosintetis
pada tumbuhan terestrial, adaptasi khusus di lingkungan penuh tekanan, biogeografi dan
spesiasi. Penemuan ini bukan hanya bertujuan dalam penggunaan rekayasa genetika,
namun pencegahan kepunahan keragaman genetik yang bernilai dan unik akibat
pengunaan lahan dan kebijakan perlindungan lingkungan.

Sistematika
 Bienertia sinuspersici Akhani sp. nov. (Table 1, Fig. 1, in comparison with B. cycloptera
Bunge ex Boiss.). -TYPE: IRAN. Khuzestan: Between Ahvaz and Abadan, ca. 52 km S
of Ahvaz, 6 km N of Darkhoin, 30°46'56" N, 48°28T' E, elevation 20 m, 31 Oct 2003,
Akhani 17439 (holotypus: IRAN, isotypus: TUH, Hb. Akh.).
 Differt ab Bienertia cycloptera Bunge ex Boiss. foliis planis (nee cyclindricis), latiore
(nee teretia), 5.5-10 (nee 2-4) mm lata, folia cotyledonae ca. duplo longiore, 9-12 (nee 5-
6.5) mm longa. Seminibus et tepalis pro portione majoribus. (Deskripsi Bahasa Latin).
Kevalidan
 Spesies ini dipublikasi dalam jurnal ilmiah pada tahun 2005
Akhani, H., Barroca, J., Koteeva, N., Voznesenskaya, E., Franceschi, V., Edwards, G., ... &
Ziegler, H. (2005). Bienertia sinuspersici (Chenopodiaceae): a new species from
Southwest Asia and discovery of a third terrestrial C4 plant without Kranz
anatomy. Systematic Botany, 30(2), 290-301.
 Kategori yang jelas
Jurnal ini dipublikasikan pada tahun 2005. Versi kode saat ini adalah Kode Shenzhen
yang diadopsi oleh Kongres Botani Internasional yang diadakan di Shenzhen, Cina, pada
bulan Juli 2017. Dalam jurnal ini, Bienertia sinuspersici diklasifikasikan dalam kategori
familia Chenopodiaceae, sub familia Suaedoideae, genus Bienertia. Tetapi ketika
mengacu pada perubahan nama takson dari Chenopodiaceae menjadi Amaranthaceae dari
revisi sistem APG, menurut beberapa website taksonomi tumbuhan, nama yang diterima
adalah Amaranthaceae
 Memenuhi rambu-rambu nomenklatur tumbuhan yang terbaru
Versi kode saat ini adalah Kode Shenzhen yang diadopsi oleh Kongres Botani
Internasional yang diadakan di Shenzhen, Cina, pada bulan Juli 2017.
Etimologi. Julukan spesifik spesies baru mengacu pada kisaran distribusi utamanya di
sekitar Teluk Persia (Sinus Persici). Penamaan sudah memenuhi syarat karena bersifat
binomial konstan (asal usul tiga kata dijadikan dua kata), nama penunjuk spesies
menampilkan ciri khas dari spesies (Habitat), tidak mengandung tautonym,
“Bienertia sinuspersici Akhani sp. nov. (Table 1, Fig. 1, in comparison with B.
cycloptera Bunge ex Boiss.). -TYPE: IRAN. Khuzestan: Between Ahvaz and Abadan, ca.
52 km S of Ahvaz, 6 km N of Darkhoin, 30°46'56" N, 48°28T' E, elevation 20 m, 31 Oct
2003, Akhani 17439 (holotypus: IRAN, isotypus: TUH, Hb. Akh.).” Identitas seperti
lokasi holotype, nomor koleksi, lokasi, dan penamaan spesies sudah benar mengikuti
aturan (huruf kapital pada kata pertama genus, selanjutnya huruf kecil semua, tulisan
italic, nama author di belakang nama penunjuk spesies (disingkat, tanpa tahun).
 Penunjukkan spesimen tipe
Studi dilakukan secara in situ dan dengan herbarium. Studi dilakukan secara in situ
karena bagian-bagian yang penting untuk taksonomi dalam herbarium konvensional
kering yang disimpan di Faculty of Science, Laboratory of Plant Geography and Plant
Systematics, University of Tehran, dengan duplikasi di herbarium lainnya banyak
menghilang. Dengan demikian, semua bagian tanaman difoto di habitat alami mereka
untuk analisis lebih lanjut.
Efektif
 Publikasi dilakukan, berdasarkan Kode Etik ini, dengan mendistribusikan barang cetakan
(melalui penjualan, pertukaran, atau hadiah) kepada masyarakat umum atau setidaknya ke
lembaga ilmiah dengan perpustakaan yang umumnya dapat diakses. Publikasi juga
dipengaruhi oleh distribusi pada atau setelah 1 Januari 2012 bahan elektronik dalam
Format Dokumen Portabel (PDF; lihat juga Art. 29.3 dan Rec. 29A.1) dalam publikasi
online dengan Nomor Seri Standar Internasional (ISSN) atau Internasional Nomor Buku
Standar (ISBN). Publikasi ini berskala internasional, disajikan dalam bentuk online dan
print, ISSN 0363-6445 (Print); ISSN 1548-2324 (Online), Systematic Botany, penerbit
American Society of Plant Taxonomists.

Anda mungkin juga menyukai