Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Biologi 2 (SEMABIO) 2017

“Pemanfaatan Biodiversitas Berbasis Kearifan Lokal”


Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

PO-6

KARAKTER ANATOMI DAUN DAN TANGKAI DAUN


Pteris ensiformis Burm.f.

Muhammad Efendi1, Intani Quarta Lailaty2


1
BKT Kebun Raya Cibodas, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya, Cipanas, Cianjur 43253, Jawa Barat.
Tel./Fax.: +62-263-512233, 520448
email: 1muhammadefendi05@gmail.com, 2intani.quarta.lailaty@lipi.go.id

Abstrak. Tiga varietas dari Pteris ensiformis Burm.f. telah dideskripsikan, yaitu var. ensiformis
Burm., var. victoriae Ba. dan var. reophilla. Varietas ensiformis dan var. victoriae dibedakan
berdasarkan karakter warna pada helaian daun. P. ensiformis dikenal memiliki keanekaragaman
intra spesifik, ditunjukkan dengan data sitoreproduksi yaitu variasi dalam jumlah kromosom dan
tipe reproduksi. Dalam tulisan ini akan digambarkan perbandingan struktur anatomi daun dan
tangkai daun tiga tipe ploidi dari P. ensiformis yakni var. victoriae tipe diploid dan tipe triploid,
serta var. ensiformis tipe tetraploid. Pembuatan sayatan anatomi menggunakan embedding method
dan diobservasi menggunakan mikroskop. Hasil pengamatan menunjukkan struktur anatomi
tangkai daun pada ketiga tipe tersebut memiliki bagian yang sama, yaitu adanya lapisan epidermis,
hipodermis serta bagian korteks dan stele. Tipe diploid dari var. victoriae memiliki ukuran anatomi
tangkai daun yang lebih kecil dibandingkan var. victoriae tipe triploid dan var. ensiformis. Tipe
stele pada P. ensiformis adalah protostele, dengan berkas pengangkut konsentris amfikibral. Stele
pada P. ensiformis memiliki bentuk yang khas, seperti bentuk hati. Daun fertil pada Pteris
ensiformis Burm.f memiliki epidermis atas dan epidermis bawah dengan modifikasi epidermis
berupa stomata. Susunan anatomi daun sederhana, terdiri dari jaringan mesofil yang belum
terdiferensiasi, endodermis pada berkas pengangkut serta xilem dan floem. Secara umum, tidak
terlihat perbedaan yang mendasar pada anatomi daun kedua varietas tersebut.
Kata Kunci: Anatomi daun, Pteris ensiformis Burm.f., sitoreproduksi, sitotaksonomi,
keanekaragaman intra spesifik.

Abstract. Three varieties of Pteris ensiformis Burm.f. have been described, namely var. ensiformis,
var. victoriae and var. reophilla. Varieties ensiformis and var. victoriae differentiated by color code
on the leaf blade. P. ensiformis has intra-specific diversity, as indicated by the cytoreproduction
data i.e. variation of chromosome numbers and reproduction types. This article shall describe
comparative of anatomical structure from three ploidy types of P. ensiformis’s leaves and petioles
i.e. P. ensiformis var. victoriae (diploid and triploid types) and var. ensiformis (tetraploid type).
Anatomical preparation used embedding method, then observed using a microscope. The results
showed that the anatomical structure of petiole on the three types ploidy have the same parts,
namely the epidermal layer, hypodermic, also the cortex and the stele. Petiole anatomy of var.
victoriae with diploid type has smaller size than triploid type of var. victoriae and var. ensiformis.
Stele type on P. ensiformis is protostele, with concentric amfikibral of vascular strands. P.
ensiformis stele has a distinctive shape, such as a heart shape. Fertile leaves on P. ensiformis have
the upper epidermis and lower epidermis, with stomata as lower epidermal modification. Leaf
anatomical arrangement is simple, consisting of a undifferentiated mesophyll, endodermis on
1001
Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

vascular strands, also xylem and phloem. In general, there is no fundamental differences in the
anatomy of the leaves of both varieties.
Keywords : Leaf anatomy, Pteris ensiformis Burm.f., cytoreproduction, cytotaxonomy, intra-specific
diversity.

PENDAHULUAN

Pteris ensiformis Burm.f (Pteridaceae) memiliki daerah persebaran yang luas dan mampu
tumbuh pada berbagai macam habitat. Pteris ensiformis dapat tumbuh di tempat terbuka maupun
dengan naungan, hidup menempel pada bebatuan dan batu kapur bahkan pada tembok rumah (de
Winter & Amoroso, 2003). Tumbuhan tersebut berpotensi sebagai tanaman hias, obat (Chen et al.,
2013) dan bioremidiasi arenik (Singh & Ma, 2006)P. ensiformis memiliki daun dimorfisme yang
mudah dibedakan secara morfologi. Daun mandul berbentuk ginjal dan berlekuk, tepi daun
bergerigi, sedangkan daun subur berbentuk seperti pita memanjang dengan sori terletak di tepi daun
bagian bawah dan tertutup oleh indusium semu. Karakter tersebut sekaligus menjadi pembeda jenis
tersebut dengan jenis lain dari marga Pteris L. (Holttum, 1966).
Variasi intraspesifik pada P. ensiformis, seperti yang ditemukan pada jenis dari marga Pteris
lainnya perlu dikaji lebih lanjut dengan berbagai poendekatan. Secara morfologi, tiga varietas dari
P. ensiformis yaitu var. ensiformis Burm., var. victoriae Ba. dan var. reophilla telah dideskripsikan.
Varietas ensiformis dan var. victoriae dibedakan berdasarkan karakter warna pada helaian daun.
Varietas victoriae memiliki corak berwarna putih pada helaian daunnya, sedangkan var. ensiformis
memiliki daun berwarna hijau. Varietas rheophilla memiliki karakter tepi daun bergigi sangat
halus, tangkai daun kuat dan daun relatif lebih gelap dibanding var.ensiformis. Varietas rheophilla
terdiferensiasi dan teradaptasi pada area reofit (Kato et al., 1991).
Berdasarkan data sitoreproduksi, menunjukkan bahwa adanya variasi dalam jumlah
kromosom dan tipe reproduksi P. ensiformis. Variasi sitoreproduksi juga ditemukan pada var.
victoriae, yakni sitotipe triploid (2n=84) dan heksaploid (2n=168) dan diduga mengalami
aneuploidi (Chao et al., 2012). Sebelumnya, variasi sitoreproduksi juga dilaporkan oleh Walker
(1962), yakni tetraploid seksual (2n=116) yang dilaporkan dari Jawa. Efendi et al. (2014)
menambahkan dua sitotipe yaitu diploid seksual dengan jumlah kromosom somatik yakni 2n=58
dari Gorontalo dan tipe triploid dengan jumlah kromosom somatik 2n=87 dari Lombok dan Bogor.
Seperti halnya var. ensiformis, var. victoriae juga memiliki jumlah kromosom dasar sebanyak 29.
Secara morfologi, kedua tipe tersebut berbeda berdasarkan ukuran individu. Tipe diploid
berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tipe triploid. Dalam tulisan ini akan digambarkan
struktur anatomi daun dan tangkai daun tiga tipe ploidi dari P. ensiformis yakni var. victoriae tipe
diploid dan tipe triploid, serta var. ensiformis tipe tetraploid.

BAHAN DAN METODE

Sampel tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Jawa, Lombok dan
Gorontalo yang telah diperiksa jumlah kromosomnya pada penelitian sebelumnya. Sampel tanaman
yang telah dikoleksi ditanam menggunakan polybag dengan media humus:sekam (1:1). Selanjutnya,
beberapa daun segar dipotong untuk pembuatan preparat anatomi.

1002
Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Pembuatan Preparat paradermal


Metode pembuatan preparat paradermal menggunakan metode semi permanent (Cutler 1978).
Beberapa potong daun begonia berukuran 1X1 cm dimasukkan ke dalam larutan asam nitrit dan
pewarna safranin yang dipanaskan hingga transparan. diletakkan di gelas objek dan ditetesi gliserin
tutup dengan coverglass dan diamati dengan mikroskop cahaya nikon AFX-IIA dan diambil fotonya
menggunakan mikroskop cahaya Nikon Eclipse 80i. Pengamatan preparat paradermal meliputi
bentu sel,bentuk stomata dan ukuran stomata.

Preparat Penampung Melintang


Pembuatan irisan melintang daun menggunakan metode parafin menurut Sass (1951). Daun
dipotong ± 1cm dan difiksasi dengan larutan FAA selama 24 jam dalam vacum. Pembilasan dan
dehidrasi sampel dilakukan dengan cara membuang larutan fiksatif (FAA) dan diganti dengan
alkohol dengan konsentrasi bertingkat berturut-turut dari alkohol 70% sampai 100% masing-masing
selama 3 jam (masih di dalam vacum). Dealkoholisasi dilakukan dengan membuang larutan alkohol
absolut dan diganti berturut-turut dengan campuran alkohol:xylol dengan perbandingan 3:1, 1:1,
1:3, dan larutan xylol murni sebanyak dua kali masing-masing selama 3 jam. Infiltrasi parafin
serbuk dilakukan dengan memberikan parafin serbuk secara perlahan, sedikit demi sedikit hingga
jenuh kemudian dimasukkan ke dalam inkubator denga suhu 58oC selama 24 jam. Dilanjutkan
dengan infiltrasi parafin cair yaitu dengan cara membuang campuran xylol:parafin secara bertahap
masing-masing per 3 jam.
Pengeblokan/embedding dilakukan dengan meletakkan material ke dalam parafin cair,
kemudian didiamkan hingga beku. Pengirisan dilakukan dengan rotary microtome dengan tebal
irisan 17 µm. Hasil irisan diletakkan pada object glass yang telah diolesi haupt adhesive dan diberi
sedikit aquades, hasil irisan tersebut disimpan di hot plate dengan temperatur 40o C kurang lebih
selama 2 hari sampai hasil irisan mengering dan benar-benar menempel pada object glass.
Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan larutan safranin 2% dalam alkohol 70% dan fastgreen
1% dalam alkohol absolute. Pengamatan preparat menggunakan mikroskop cahaya nikon AFX-IIA
dan diambil fotonya menggunakan mikroskop cahaya Nikon Eclipse 80i.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketiga sitotipe P. ensiformis memiliki bentuk stomata anomositik dengan tiga sampai dengan
sel tetangga yang berukuran sama. Tipe serupa juga ditemukan pada marga Pteris lainnya
(Mumpuni et al., 2014). Stomata P. ensiformis hanya ditemukan pada bagian helaian bawah daun
(abaksial), sehingga dikategorikan dalam tipe hipostomatik. Variasi ditunjukkan pada ukuran
stomata. Varietas victoriae tipe diploid cenderung memiliki ukuran stomata lebih kecil
dibandingkan dengan tipe triploid (Tabel). Hal serupa juga ditemukan pada var. ensiformis tipe
tetraploid. Fenomena ukuran stomata dikaitkan dengan tingkatan ploidi juga ditemukan pada
Adiantum raddianum oleh Perwati (2009).

1003
Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Tabel 1. Ukuran stomata pada ketiga sitotipe dari Pteris ensiformis Burm.f.
Ukuran stomata
Tingkatan Ploidi Panjang Lebar
(µm) (µm)
P. ensiformis var. victoriae
Sitotipe diploid 33.65±2.47 20.66±1.74
Sitotipe triploid 38.15±2.13 23.40±1.95
P. ensiformis var. ensiformis
Sitotipe tetraploid 45.71±4.24 25.20±3.32

Pengamatan sayatan melintang tangkai daun pada ketiga tipe tersebut memiliki bagian
yang sama, yaitu adanya lapisan epidermis, hipodermis serta bagian korteks dan stele. Dari hasil
pengamatan pada satu luas bidang pandang dengan ukuran perbesaran yang sama, diketahui bahwa
tipe diploid dari var. victoriae memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan var. victoriae tipe
triploid.

Gambar 1. Struktur anatomi tangkai daun Pterisensiformis Burm.f. a) var. ensiformis (2n=116), b) var. victoriae
(2n=58), c) var. victoriae (2n=87). A. Epidermis, B. Hypodermis, C. Korteks, D. Stele.

Tipe stele pada pada ketiga sitotipe P. ensiformis adalah protostele, dengan berkas
pengangkut konsentris amfikibral (Gambar 2). Metaxilem dikelilingi oleh protoxilem. Stele pada P.
ensiformis memiliki bentuk yang khas, seperti bentuk hati. Endodermis mengalami penebalan pada
dinding-dindingnya. Perisikel atau perikambium berada di sebelah dalam endodermis dan di sebelah
luar dari berkas pengangkut.

1004
Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Gambar 2. Stele pada tangkai daun P. ensiformis. a) var. ensiformis (4n), b) var. Victoriae (2n), c) var. victoriae (3n). A.
Endodermis, B. Pericycle, C. Floem, D. Metaxilem, E. Protoxilem

Daun fertil pada Pteris ensiformis Burm.f memiliki epidermis atas dan epidermis bawah.
Susunan anatominya masih sederhana, terdiri dari jaringan parenkim, endodermis pada berkas
pengangkut serta xilem dan floem. Secara umum, tidak terlihat perbedaan yang mendasar pada
anatomi daun kedua varietas tersebut (Gambar 3). Daun P. ensiformis memiliki jaringan mesofil
yang belum terdiferensiasi. Terdapat ruang udara pada area mesofil. Epidermis memiliki modifikasi
berupa stomata (Gambar 4).

Gambar 3. Sayatan melintang daun pada P. ensiformis Burm.f a) var. ensiformis (4n), b) var. victoriae (2n), c) var.
victoriae (3n). A. Epidermis atas, B. Epidermis bawah, C. Parenkim, D. Endodermis, E. Xilem, F. Floem.

1005
Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Secara umum, karakter anatomi pada sayatan paradermal dan irisan melintang relatif mirip
antar sitotipe yang berbeda dari P. ensiformis sehingga kurang kuat dalam mendukung
pengelompokkan jenis P. ensiformis. Karakter anatomi mungkin dapat memperjelas status
taksonomi pada tingkatan di atas jenis, seperti yang ditemukan pada marga Diplazium
(Praptosuwiryo & Darnaedi, 2014). Ke depannya, pengungkapan informasi taksonomi pada marga
Pteris perlu dilakukan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr. Dedy Darnaedi atas sumbangan koleksi
spesimen P. ensiformis var. victoriae. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Widoyanti
dari Herbarium Bogoriense (BO) yang telah mambantu selama pengamatan di Laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Chao, Y.S., Liu, H.Y., Huang, Y.M., & Chiou, W.L. (2010). Reproductive Traits of Pteris cadieri
and P. gravilleana in Taiwan: Implications for their hybrid origin. Bot stud 51: 209-216.
Chen, J.J. et al. (2013). New Pterosin Sesquiterpenes and Antitubercular Constiuents from Pteris
ensiformis. Chem Biodivers 10(10): 1903-1908.
Cutler, D.F. (1978). Applied Plant Anatomy. Longman. London & New York.
Efendi, M., Chikmawati, T. & Darnaedi, D (2014). New Cytotype of Pteris ensiformis var. victoriae
from Indonesia. Reinwardtia 14(1): 133-135.
Holttum, R.E. (1966). A Revised Flora of Malaya. Volume II. Singapura (SG): Government
Printing Off. hlm 393-412.
Kato, M., Darnaedi, D., & Iwatsuki, K. (1991). Fern rheophytes of Borneo.J Fac Sci Univ Tokyo III
: 37-56.
Mumpuni, M., Chikmawati, T., & Praptosuwiryo, T.N. (2015). Poliploidi Intraspesifik Pteris vittata
L. (Pteridaceae) di Pulau Jawa. Floribunda 5(2): 53-59.
Perwati, L.K. (2009). Analisis Derajat Ploidi dan Pengaruhnya terhadap variasi ukuran stomata dan
spora Adiantum raddianum. Bioma 11(2): 39-44.
Praptosuwiryo, T.N. & Darnaedi, D. (2014). The stellar Anatomy of Stipe and Its Txonomic
significant in Diplazium (Athyriaceae). Floribunda 4(8): 195-201.
Singh, N & Ma, L.Q. (2006). Arenic Specition and Arsenic and Phosphate Distribution in Arsenic
Hyperaccumulator Pteris vittata L. and Non-hyperaccumulator Pteris ensiformis Burm.
Environmental Pollution 141: 238-246.
Walker, T.G. (1962). Cytology and evolution in the fern genus Pteris L. Evolution 16:27-4.

1006

Anda mungkin juga menyukai