Pemberian obat pada ibu hamil harus dipikirkan efek obat pada
ibu dan janin yang dikandungnya karena beberapa obat dapat
masuk melalui sawar plasenta.
Pemberian obat pada ibu menyusui harus dipikirkan efek obat
pada ibu dan bayi karena obat dapat masuk ke dalam air susu
ibu.
Indeks Keamanan Obat Pada Kehamilan Dan Petunjuk
Penggunaan
Menurut US FDA
Dikelompokan dalam beberapa kategori :
Kategori A
Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko bagi
janin pada trimester pertama kehamilan dan tidak ada bukti mengenai
resiko pada trimester kedua dan ketiga.
Contohnya : asam folat, nystatin vagina, pyridoxine, thyroxine Na (Thyrax®)
(Lacy et al, 2008).
Kategori B
Studi pada reproduksi hewan percobaan tidak menunjukkan bukti bahwa obat
berbahaya pada janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil atau
sistemreproduksi hewan percobaan yang menunjukkan efek samping, dimana
tidak ada penegasan dengan studi kontrol pada wanita saat trimester pertama
dan tidak ada bukti resiko janin pada trimester berikutnya.
Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika pengobatan memang diperlukan, perbandingan
manfaat/risiko harus dipertimbangkan pada ibu maupun bayinya.
Obat yang diberi ijin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak membahayakan
Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko lebih besar terhadap paparan obat
melalui ASI. Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal dan hati yang belum berkembang, sehingga berisiko terjadi
penimbunan obat.
Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan jumlah kadar obat terkecil yang
sampai pada bayi.
Hindari atau hentikan sementara menyusu.
Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau secara cermat terhadap efek
samping yang mungkin terjadi.
Sebaiknya dihindari obat baru, yang hanya memiliki sedikit data
Tatalaksana Swamedikasi Pada Ibu Menyusui