Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 2 :

1. Azmi Arsy
2. Bintari Aini
3. Era Avionika Hasbi
 Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos”
yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan
kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Glaukoma adalah sekelompok gangguan
gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan
atau gejala patologis yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan
segalah akibatnya. (Indriana dan N Istiqomah; 2004).
 Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai
dengan adanya peningkatan tekanan intraokuler,
penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak
lapang pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010)
1. Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada
galukoma akut yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat
bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua
mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam
keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid
jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain
dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar
dari glaukoma (90-95%), yang meliputi kedua mata.
2. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut
tertutup karena ruang anterior secara otomatis menyempit
sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke
saluran schlemm.
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang
terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan
penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan
di dalam mata. Kondisi ini secara tidak langsung
mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam
sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor.
Gangguan ini terjadi akibat:
 Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul
lensa pada katarak
 Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris,
melanoma dari jaringan uvea
 Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat
kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya
disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan
di dalam mata tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan
menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan
mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya.
Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan
abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder
terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%)
manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran
mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
Penyebab adanya peningkatan tekanan
intraokuli adalah perubahan anatomi
sebagai bentuk gangguan mata atau
sistemik lainnya, trauma mata, dan
predisposisi faktor genetik. Glaukoma
sering muncul sebagai manifestasi penyakit
atau proses patologik dari sistem tubuh
lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya
glaukoma antara lain riwayat glauakoma
pada keluarga, diabetes melitus dan pada
orang kulit hitam.
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada
besarnya produksi humor aqueus oleh badan siliari
dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar
humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga
bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan
keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular
dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada
pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti).
Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari
23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara
fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan
menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju
serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan
menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap.
 Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala,
gigi, telinga).
 Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
 Mual, muntah, berkeringat.
 Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
 Visus menurun.
 Edema kornea.
 Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak
ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
 Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap
cahaya.
 TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)
1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur
tekanan bola mata. Dikenal empat cara
tonometri, untuk mengetahui tekanan intra
ocular yaitu :
 Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
 Indentasi dengan tonometer schiotz
 Aplanasi dengan tonometer aplanasi
goldmann
 Nonkontak pneumotonometri
b. Gonioskopi
 Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa
sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa
kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik
mata depan.
c. Oftalmoskopi
 Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk
mempertahankan keadaan papil saraf optik, sangat
penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik.
Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil
saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu
pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari
ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
2. Pemeriksaan lapang pandang
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer
:lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan
lapang pandang akan ditemukan di daerah
tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral:
mempergunakan tabir Bjerrum, yang
meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan –
kerusakan dini lapang pandang ditemukan
para sentral yang dinamakan skotoma
Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002: 242-248).
 Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO,
membuka sudut yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup),
melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri, mual, muntah,
serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang
serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).

 Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan


dengan memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti
muntah atau kostikosteroid untuk reaksi radang.

 Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran


tentang penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan,
dan tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan kesehatan yang
diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan untuk
mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya
mempertahankan fungsi pengelihatan yang masih ada.
1. Pengkajian
a. Identitas
• Nama
• Alamat
• Jenis kelamin
• Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur >
40 tahun.
• Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma
paling sedikit 5 kali dari kulit putih (dewit, 1998).
• Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami
trauma mata
2. Riwayat kesehatan
3. Pemeriksaan fisik
 DX 1: Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler
(TIO). (Indriana N. Dan Istiqomah; 2004).
 DX 2: Gangguan persepsi sensori: pengelihatan
b.d ganguan penerimaan, gangguan status organ
indra. (Doenges, Marilynn E; 1999).
 DX 3: Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan
status kesehatan; adanya nyeri;
kemungkinan/kenyataan kehilangan
pengelihatan. (Doenges, Marilynn E; 1999).
 DX 4: Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, dan pengobatan b.d kurang
terpajan/tak mengenal sumber, kurang
mengingat, salah interpretasi informasi.

Anda mungkin juga menyukai