Anda di halaman 1dari 24

ANALGETIK OPIOID

Eriyanto Bella Adira L

Tita Maulidia A Nur Assyifa


Hamidah

Mira Irawati A Ita Novianti


Definisi
.
Analgetik Opioid adalah Obat yang bekerja terhadap reseptor
opioid di SSP
(Sistem Saraf Pusat ), sehingga respon nyeri berkurang.

Analgesik opioid digunakan untuk mengurangi nyeri sedang


sampai berat, terutama yang pada bagian viseral.

Diindikasikan pada nyeri yang sangat kuat seperti nyeri akibat


kecelakaan,nyeri pasca operasi dan nyeri tumor.

Obat ini bekerja pada SSP secara selektif sehingga dapat


mempengaruhi kesadaran dan menimbulkan ketergantungan jika
dikonsumsi dalam jangka panjang.
Patofisiologi
Tingkat Mikroskopis, sinyal rasa sakit mengambil bentuk serangkaian potensial aksi
Terdapat 3 reseptor opioid yaitu :
Etiologi

■ Peradangan infeksi ■ Kejang otot


kuman
■ Keadaan psikologis
■ Operasi buruk
■ Trauma ■ Kerusakan jaringan
■ Stimulasi kimia ■ Distorsi mekanisme
ujung saraf
■ iskemia
Klasifikasi Opioid berdasarkan Reseptor
mekanisme
Farmakodinamik
Morfin

Efek morfin pada SSP dan usus terutama ditimbulkan karena morfin
bekerja sebagai agonis pada reseptor μ. Efek morfin terhadap SSP berupa
nalgesia dan narkosis. Pada dosis kecil (5-10mg) menimbulkan euforia
pada pasien yang sedang menderita nyeri,sedih dan gelisah.dan pada
orang normal sering menimbulkan disforia berupa rasa takut/kuatir
disertai mual dan muntah.

Morfin menimbulkan pula rasa kantuk, tidak dapat


berkonsentrasi,sukar berfikir,apatis,aktivitas motorik berkurang,ketajaman
penglihatan berkurang, ekstremitas terasa berat,badan terasa panas,depresi
nafas dan miosis.

Dalam lingkungan yang tenang orang yang diberikan


dosisnterapi(15-20mg)morfin akan tertidur cepat dan nyenyak disertai
mimpi,nafas lambat dan miosis.
Farmakodinamik
Meperidin

Meperidin terutama bekerja sebagai agonis reseptor μ. Seperti


morfin,meperidinmenimbulkan analgesia,sedasi.euforia,depresi nafas dan
efek sentral lainnya. Efek analgetik meperidinmulai timbul 15 menit setelah
pemberian oraal dan mencapai puncak 2 jam.

Pemberian meperidin kepada pasien yang menderita nyeri atau cemas akan
menimbulkan euforia. Meperidin dalam dosis ekuianalgetik menimbulkan
depresi nafas sama kuat dengan morfin. Pemberian secara sistemik
menimbulkan anestesia kornea,dengan akibat menghilangnya refleks
kornea.
Farmakodinamik
Nalokson
Merupakan obat antagonis kompetitif pada resptor μ, κ, δ tetapi
aftinitasnya terhadap reseptor μ jauh lebih tinggi. Dalam dosis
besarmemperlihatkan beberapa efek agonis. Nalokson Efek tanpa pengaruh
opioid : biasanya menurunkan ambang nyeri yang tinggi,mengantagonis
efek analgetik plasebo,meng antagonis analgesia yang terjadi akibat
perangsangan lewat jarum akupuntur.

Nalokson dengan pengaruh Opioid : Semua efek agonis opioid pada reseptor
μ di antagonis oleh nalokson dosis kecil (0,4-0,8mg) yang diberikan IM
atau IV. Frekuensi nafasmeningkat dalam 1-2menit setelah pemberian
nalokson dengan depresi nafas akibat agonis opioid, efek sedatif dan efek
terhadap tekanan darahjuga segera dihilangkan.
Farmakodinamik
Buprenorfin
Merupakan agonis parsial reseptor μ, menimbulkan analgesia dan efek lain
diSSP seperti morfin. Masa kerja umumnya lebih panjang dibanding
morfin,karena lambat dilepaskan dari reseptor μ. Masa paruh disosiasi
buprenorfin dari reseptor μ 166menit sedangkan fentanil 7menit. Menimbulkan
analgesia dan depresi nafas menyerupai efek akibat suntikan 10mg morfin atau
80mg meperidin.

Seperti pentazosin dihipotesiskan bekerja pada reseptor κ dan δ peningkatan


dosis tidak disertai memberatnya depresi nafas yang menonjol. Dosis
analgetik juga meningkatkan tekanan arteri pulmonal dan kerja jantung. Efek
samping utama adalah kantuk,rasa lemah,berkeringat,rasa mengambang
dan mual.
Farmakodinamik
Pentazosin

Obat ini merupakan antagonislemah pada reseptor μ,tetapi agonis


yang kuat pada reseptor κ sehingga tidak mengantagonis depresi
nafas oleh morfin. Efeknya menyebabkan Analgesia,Sedasi dan
depresi nafas. Analgesia timbul lebih dini dan hilang lebih cepat dari
pada morfin. Setelah pemberian secara IM analgesia mencapai
maksimal dalam 30-60 menit dan berakhir setelah 2-3jam
Symptom

Kanker Payudara

Kanker payudara
(KPD) merupakan
keganasan pada
jaringan payudara
yang dapat berasal
dari epitel duktus
Prevalensi

Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ;


Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi
Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)).
Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah
12/100.000 wanita, atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada
wanita.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada
stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan.
agonis opioid
Morfin
- Indikasi : untuk meredakan dan menghilangkan nyeri hebat yang
tidak dapat diobati dengan analgetik non narkotik yaitu nyeri akibat
trombosis koroner, neoplasma, kolik renal atau kolik empedu, oklusi
akut pembuluh darah perifer, pulmoner atau koroner, perikarditis
akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan, trauma misal luka bakar,
fraktur dan nyeri pasca bedah.
- Kontraindikasi : Hipersensitivitas, Ileus paralitik, Diare dimediasi
toksik, Depresi pernafasan, asma bronkial akut atau berat, obstruksi
jalan napas atas
- Efek samping : gatal-gatal, kesulitan bernafas, diare, BB turun,
mual, muntah, sakit kepala, demam, pusing
- Dosis : dewasa: 60 mg setiap 8 jam atau 5-30 mg setiap 4 jam,
sesuai kebutuhan. Hendaknya digunakan dosis individual
tergantung tingkat keparahan nyeri sesuai petunjuk dokter.
Kodein
- Indikasi : nyeri ringan sampai sedang; diare; antitusif.
- Konttraindikasi : riwayat depresi nafas, asma bronkial berat,
hipersensitivitas
- Efek samping : Pusing, limbung, Mulut kering, Mual dan muntah,
kehilangan nafsu makan, mudah merasa lelah, Konstipasi, Merasa
nyeri pada perut, Muncul ruam ringan pada kulit, demam, susah tidur
- Dosis : per oral, 30-60 mg setiap 4 jam ketika dibutuhkan, hingga
maksimal 240 mg sehari; anak 1-12 tahun, 3 mg/kg bb sehari dengan
dosis terbagi. Melalui injeksi intramuskular, 30-60 mg setiap 4 jam
ketika dibutuhkan
Fentanil
- Indikasi : nyeri tiba-tiba pada pasien yang sudah dalam terapi opioid
untuk nyeri kanker kronik; nyeri kronik yang sukar ditangani; indikasi
lain.
- Kontraindikasi : Depresi pernapasan. Cedera kepala. Alkoholisme akut.
Serangan asma akut. Intoleransi. Hamil, laktasi.
- Efek samping : Depresi nafas, kekakuan otot, hipotensi, bradikardia,
laringospasme, mual & muntah. Menggigil, tidak bisa istirahat,
halusinasi pasca op, gejala ekstrapiramidal bila digunakan dengan
trankuilizer seperti droperidol. Pergerakan mioklonik, pusing, apnea,
reaksi alergi.
- Dosis :
- Dosis dewasa: dalam bentuk patch, 12 – 100 mcg/jam, dosis harus
disesuaikan dengan pemakaian opioid sebelumnya. Dosis
pemeliharaan <25 mcg/jam. Hindari menggunakan patch pada area
yang sama untuk beberapa hari.
Opioid campuran

Pentazocin
- Indikasi : meredakan nyeri sedang hingga berat
- Kontraindikasi : penderita pasca infark miokard
- Efek samping : diare, tremor, kebingungan, halusinasi, kejang, detak
jantung lambat, sakit kepala, insomnia
- Dosis :
- Dosis awal : 30 mg melalui intramuscular, subkutan, atau intravena.
Dosisi ini dapat diulang setiap 3-4 jam
- Dosisi intravena lebih dari 30 mg atau intramuscular atau
subkutan60mg tidak dianjurkan
- Dosis harian maks : 360mg
Buprenorfin
- Indikasi : terapi pengganti untuk ketergantungan opioid, dalam
kerangka terapi psikologi, sosial dan medis.
- Kontraindikasi : hipersensitif pada buprenorfin atau komponen produk,
anak usia di bawah 16 tahun, insufisiensi pernafasan berat,
insufisiensi hati berat, delirium atau alkoholism akut, menyusui.
- Efek samping : konstipasi, sakit kepala, insomnia, astenia, mengantuk,
mual dan muntah, pusing dan tidak sadarkan diri, berkeringat; depresi
pernafasan, nekrosis hati, halusinasi.
- Dosis : Awal, 0,8-4 mg sebagai dosis tunggal. Untuk pasien yang tidak
mengalami gejala putus obat, satu dosis diberikan sublingual minimal
4 jam setelah penggunaan terakhir opioid atau pada saat pertama kali
muncul gejala putus obat.
Opioid antagonis

Naloxone
- Indikasi : Overdosis opioid
- Kontraindikasi :penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hati
- Efek samping : nyeri dada, detak jantung cepat atau tidak
teratur, batuk kering, mengi, merasa sesak napas,
berkeringat, mual atau muntah, sakit kepala parah, agitasi,
kegelisahan, kebingungan, dering di telinga, kejang, diare,
pusing, demam
- Dosis : tergantung tingkat keparahan dan tergantung yang
diresepkan oleh dokter

Anda mungkin juga menyukai