M A F I DA R I STA A ZI ZA H
2 0 1 810401011 015
P E MBI MBI NG :
DR . DI A N A K A RT I K A SA R I , S P. K K
10000
8000
6000
4000
2000
0
32 Negara 47 Negara 24 Negara 41 Negara 12 Negara 3 Negara
M. leprae
memfagositosis
makrofag yang ada
di dermis
REAKSI KUSTA
Reaksi kusta adalah reaksi kekebalan (celluler response) atau reaksi antigen
antibody (humoral response) yang merugikan terutama jika menimbulkan
gangguan fungsi akibat mengenai saraf tepi, muncul sebagai episode akut dalam
perjalanan kronis penyakit kusta
Reaksi reversal (Reaksi tipe 1) Eritema nodosum leprosum
(Reaksi tipe 2)
Tipe borderline terutama BL dan BB LL dengan infiltrasi kulit
Reaksi dapat timbul sebelum, selama dan setelah Reaksi timbul tahun pertama MDT
pengobatan (RFT)
Usia muda
Usia tua
Obat MDT kecuali klofazimin
Lesi dan keterlibatan saraf multipel
Indeks Bakteri (IB) >4+
Lesi pada wajah dan dekat mata, berisiko
Dipengaruhi stres fisik dan mental.
terjadinya lagoftalmos
Infeksi penyerta: Streptococcus, virus, parasit
Infeksi penyerta: Hepatitis B atau C
intestinal, filaria, malaria
Kebanyakan pada trimester ke-3
Lain-lain seperti trauma, operasi, imunisasi protektif,
tes Mantoux positif kuat, minum kalium hidroksida
Gejala/tanda Reaksi tipe 1 Reaksi tipe 2
Tipe kusta Dapat terjadi pada kusta Hanya pada kusta tipe
tipe PB maupun MB. MB.
Waktu timbulnya Biasanya dalam 6 bulan Biasanya setelah
pertama pengobatan. mendapatkan
pengobatan yang lama,
umumnya lebih dari 6
bulan.
Keadaan umum Umumnya baik, demam Ringan hingga berat
ringan (subfebris) atau disertai kelemahan
tanpa demam. umum dan demam
tinggi.
Peradangan di kulit Bercak kulit lama menjadi Timbul nodul
lebih meradang (merah), kemerahan, lunak dan
bengkak, berkilat, hangat. nyeri tekan. Biasanya
Kadang-kadang hanya pada lengan dan
pada sebagian lesi. Dapat tungkai. Nodus dapat
timbul bercak baru. pecah (ulserasi).
Neuritis Sering terjadi, berupa nyeri Dapat terjadi.
tekan saraf dan atau
gangguan fungsi saraf.
Silent neuritis (-).
Radang mata Dapat terjadi pada kusta Hanya pada kusta tipe
tipe PB maupun MB. MB.
Edema ekstremitas (+) (-)
Peradangan pada Hampir tidak ada. Terjadi pada mata,
organ lain kelenjar getah bening,
sendi, ginjal, testis dll.
KLASIFIKASI
RIDLEY-JOPLING WHO JENIS LAINNYA
Lesi
Jumlah Satu, dapat beberapa Beberapa atau satu Satu atau beberapa
dengan satelit
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN PEERIKSAAN
(MANIFESTASI FISIK PENUNJANG
KLINIS)
CARDINAL SIGN
Ditemukannya
Bercak kulit Penebalan
basil tahan
yang mati rasa saraf tepi
asam
PENATALAKSANAAN
◦ Non Medikamentosa
1. Rehabilitasi medik, meliputi fisioterapi, penggunaan protese, dan terapi
okupasi.
2. Rehabilitias non-medik, meliputi: rehabilitasi mental, karya dan sosial.
3. Edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat: menghilangkan stigma dan
penggunaan obat.
4. Setiap kontrol, harus dilakukan pemeriksaan untuk pencegahan disabilitas5.
MEDIKAMENTOSA
Umur Obat Dosis dan Frekuensi MB PB
Dapsone 50 mg/hari
1mg/kg/hari
Dapsone 2 mg/kg/hari
Resisten 6 bulan awal (perhari) 18 bulan selanjutnya
(perhari)
Rifampicin Ofloxacin 400 mg + Ofloxacin 400 mg OR
minocycline 100 mg + minocycline 100 mg +
clofozimine 50 mg clofozimine 50 mg
Ofloxacin 400 mg + Ofloxacin 400 mg +
clarithromycin 500 mg + clofazimine 50 mg
clofozimine 50 mg
Rifampicin dan ofloxacin Clarithromycin 500 mg + Clarithromycin 500 mg OR
minocycline 100 mg + minocycline 100 mg +
clofazimine 50 mg clofazimine 50 mg
Umur/berat Single Dose Rifampicin
Dubia ad Dubia ad
bonam malam
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Lepra merupakan penyakit infeksi kronis granulomatosa yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae, dimana bakteri tersebut akan menginfeksi jaringan kulit
mukosa dan saraf tepi
Lepra diklasifikasikan menjadi 3 bagian utama yaitu berdasarkan Ridley-Jopling
dibagi menjadi TT, BT, BB, BL dan LL. Berdasarkan WHO terdapat Pausibasiler
dan Multibasiler, serta jenis kusta lainnya
Reaksi kusta adalah reaksi kekebalan (celluler response) atau reaksi antigen
antibody (humoral response) yang merugikan ENL (eritema nodusum
leprosum) dan Reaksi reversal atau reaksi upgrading
Diagnosis lepra ditegakkan dengan adanya salah satu dari 3 cardinal sign
Pengobatan lepra menggunakan multi drug therapy
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmaputra, I. G. N., & Ganeswari, P. A. D. (2018). Peran sitokin dalam kerusakan saraf pada penyakit kusta: Tinjuan Pustaka. Intisari Sains
Medis, 9(3), 92–100. https://doi.org/10.15562/ism.v9i3.328
2. Kemenkes RI. (2018). Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta (pp. 1–9). pp. 1–9.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1213/01.ANE.0000403381.51061.df
3. Kosasih A, Wisnu, Emmy, Sri L. Kusta, Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin,. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2019, p : 87-102
4. Lowell A. Goldsmith, Stephen I. Katz, Barbara A. Gilchrest, Amy S. Paller, David J. Leffel, Klaus Wolff. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine 9th ed Volume 1, USA, Mc Graw Hill Companies, 2019
5. Perdoski. (2017). Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Di Indonesia. In Perdoski (Vol. 2).
https://doi.org/10.1021/jo900140t
6. Vionni, Arifputra, J., & Arifputra, Y. (2016). Reaksi Kusta. Cermin Dunia Kedokteran, 43(7), 501–504.
7. WHO. (2017). Guidelines for the Diagnosis, Treatment and Prevention of Leprosy. 1, 87.
8. World Health Organization. (2019). Global leprosy update, 2018: moving towards a leprosy free world. Weekly Epidemiological Record,
35/36(94), 389–412. Retrieved from https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/326775/WER9435-36-en-fr.pdf