DOSEN :
Ir. Etty Retnowati Kridarso, MT.
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN PENELITIAN
1.3 SUMBER DATA
1.4 METODE PENULISAN
BAB II : STUDI LITERATUR
2.1 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
2.2 ELEMEN DASAR PERMUKIMAN
2.3 PERMUKIMAN KUMUH
2.4 FAKTOR PENYEBAB TUMBUHNYA PERMUKIMAN KUMUH
2.5 PENCEGAHAN TUMBUHNYA PERMUKIMAN KUMUH
2.6 KONSEP PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH
2.7 TEORI ELEMEN PERANCANGAN KOTA (HAMID SHIRVANI)
2.8 TEORI ANALISIS SWOT
2.9 KOMPONEN ANALISIS SWOT
2.10 TUJUAN DAN MANFAAT ANALISIS SWOT
BAB III : ANALISA
3.1 SEJARAH KAWASAN
3.2 LINGKUP PERENCANAAN
3.3 ANALISA MIKRO FISIK KAWASAN (HAMID SHIRVANI)
3.4 ANALISA MIKRO NON-FISIK KAWASAN
3.5 ANALISIS SWOT
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN
K ATA PENG ANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
kasih dan karunianya sehinga penulis dapat menyelesaikan proposal ini
dengan judul “Penataan Kawasan kumuh di Kelurahan Jembatan Besi,
Jakarta Barat”
Penulisan proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yaitu :
Ir. Etty Retnowati Kridarso, MT selaku Dosen pembimbing yang telah setia
membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran.
3. Ciri-ciri pemukiman kumuh yang diungkapkan oleh Prof. DR. Parsudi Suparlan adalah,
a. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
b. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruang-ruanganya mencerminkan penghuninya yang kurang
mampu atau miskin.
c. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman
kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya dll.
c. Pemukiman Kembali,
dilakukan apabila lokasi kumuh eksisting adalah lokasi yang tidak diperuntukkan bagi Kawasan permukiman menurut RTRW
atau merupakan lokasi yang rawan bencana serta dapat menimbulkan bahaya bagi orang yang mendiami kawasan/ lokasi tersebut.
Pemukiman kembali merupakan upaya memindahkan masyarakat dari lokasi eksisting yang dilakukan oleh dukungan Pemerintah
dan pemerintah daerah yang juga menetapkan lokasi untuk pemukiman kembali dengan turut melibatkan peran masyarakat.
2. Tata Bangunan
1. Hunian
Tinggi hunian biasanya rata-rata 1 lantai maupun 2 lantai, dengan ketinggian 3-8 meter. Perletakkannya
biasanya menempel baik kiri maupun kanan dengan lebar bervariasi mulai dari 3 meter sampai 12 meter.
2. Toko
Untuk toko (pada jalur primer) ukurannya lebih besar dari hunian, tinggi rata-rata 2 lantai setinggi 10-12
meter, dengan lebar 4-6 meter.
4. Ruang Terbuka
Ruang terbuka yang tersedia di sekitar Kawasan hanya sedikit, salah satunya adalah lapangan bola yang berada
terletak di tengah permukiman warga. Meskipun terlihat seperti lapangan, tetapi tidak diuntukkan untuk kegiatan olahraga,
lapangan ini digunakan warga sebagai tempat parkir dan tempat jemur karena terbatasnya lahan parkir untuk Kawasan ini.
6. Signage
Kurang jelasnya signage penunjuk batas wilayah tapak. Lalu gapura yang menjadi pintu masuk area hunian tidak dalam kondisi
yang baik dan kurang jelas perannya.
8. Preservasi
Preservasi yang terdapat di Kawasan ini tidak signifikan dimana disebabkan karena wilayah pada Kawasan ini di
tinggali oleh golongan rakyat kebawah, sehingga sudah menjadi umum jika tidak ada nilai lebih pada Kawasan ini. Tetapi
fasilitas public tetap ada di wilayah ini, hanya saja tidak menunjukkan korelasi signifikan sehingga wilayah ini tidak mempunyai
nilai lebih karena ketidaksetaraannya.
Season city menjadi salah satu pusat retail dan hunian yang tersedia, tetapi dalam standar mixed-use zaman
sekarang, season city sudah tidak terlalu relevan dikarenakan model retail dan apartemen yang tidak terlalu terkini.
BAB III : ANALISA
3. Keadaan Ekonomi
Sebagian besar berpenghasilan minim hingga menengah. Mata Pencaharian warga di RW 08 terbagi
menjadibeberapa pekerjaan sebagai berikut:
Karyawan
Kuli Konveksi
Pengendara ojek online
Penjual Makanan dan Minuman
BAB III : ANALISA
STRENGTH : WEAKNESSES
• Hubungan antar masyarakat yang erat • Terbatasnya lahan untuk memenuhi kebutuhan
• Warga RW 8 sudah terbiasa dan sering akan aktifitas masyarakat
mendapatkan pelatihan dari berbagai dinas dan • Rapatnya jarak antar bangunan
LSM • Sirkulasi pada area tapak kurang teratur dan tidak
• Adanya musholla dan pos RW sebagai wadah tertata dengan baik
kegiatan masyrakat • Terlalu sedikitnya vegetasi yang ada pada tapak,
• Meskipun punya drainase yang buruk, area ini sehingga area resapan air menjadi kecil.
bebas banjir. • Sarana dan prasarana yang kurang terawat.
• Maintenance tidak terorganisir
OPPORTUNITIES THREATS
• Kekerabatan warga sekitar yang berpotensi • Bisa saja terjadi penggusuran dikarenakan
wilayah yang perekonomiannya tumbuh untuk
menjadi area dengan komunitas yang baik
menjadi bangunan lain.
• Tata lahan yang sudah sesuai, para warga yang
• Meskipun jarang banjir, buruknya drainase tidak
sebenarnya punya kesadaran, tetapi tidak ada
menutup kemungkinan menybabkan terjadinya
fasilitas untuk berusaha
• Kawasan yang strategis sebagai pusat banjir
• Kesadaran warga yang rendah.
perekonomian
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN
4.1 SOLUSI
1. (Plumbing)
Jalur pembuangan air (drainase) seperti got dan riol di desain tertutup agar bau kurang sedap tidak sampai ke
permukaan dan mensterilkan saluran dari sampah yang dapat secara tidak sengaja masuk dan membuat saluran
mampet. Bahan pipa yang sebaiknya digunakan adalah bahan yang tahan lama dan tidak mudah rusak/pecah seperti
beton, besi atau PVC.
1.1 Jalur distribusi air bersih seperti air PDAM, air hasil filtrasi air hujan, dan air sumur di desain saling terintegrasi
dengan kamar mandi, WC umum, bak penampungan, dan pusat pengolahan air bersih sehingga distribusi air bersih
merata dalam satu kawasan dan mudah dalam pengelolaan air, material yang dipakai juga sama dengan sistem
drainase.
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN
3. (Elektrikal)
Penerangan jalan yang selalu mengandalkan sumber tenaga dari listrik PLN ,dapat diganti dengan sesuatu yang
lebih ramah lingkungan yaitu memakai tenaga yang dihasilkan dari solar panel sehingga lebih hemat energi. Pemilihan
bohlam lampu tipe LED juga agar energi yang dibutuhkan kecil dengan daya penerangan yang besar, selain itu umur lampu
LED lebih panjang daripada lampu biasa. Sistem kabel didesain di bawah tanah agar lebih rapi dan menghindari terjadinya
konsleting terutama karena jarak bangunan yang berdekatan.
Sebelum
Sesudah
PENAMPUNG AIR
Detail pengolahan air hujan secara simple
FILTRASI
BAK AIR
PINTU AKSES
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN
4.1 SOLUSI
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN
MASALAH SOLUSI
Jalan yang sempit, kondisi rumah yang Jalan yang besar, rumah yang layak
tidak layak
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN
MASALAH SOLUSI
Kondisi warung yang tua, pertokoan Desain warung yang menarik, bentuk
kurang tertata pertokoan yang rapih
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN
PERUMAHAN
PERTOKOAN
WARUNG