Anda di halaman 1dari 30

TUGAS BESAR

UJIAN AKHIR SEMESTER

PENATAAN PERMUKIMAN K UMUH


K ELURAHAN J EMBATAN B ESI,

JAK ARTA B ARAT


NAMA KELOMPOK :
Rizky Saputra (052001700109)
Satrio Adhiwibowo (052001700112)
Theo Pratama M. (052001700120)

DOSEN :
Ir. Etty Retnowati Kridarso, MT.

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
PERUMAHAN, PERMUKIMAN DAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
PERKOTAAN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN PENELITIAN
1.3 SUMBER DATA
1.4 METODE PENULISAN
BAB II : STUDI LITERATUR
2.1 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
2.2 ELEMEN DASAR PERMUKIMAN
2.3 PERMUKIMAN KUMUH
2.4 FAKTOR PENYEBAB TUMBUHNYA PERMUKIMAN KUMUH
2.5 PENCEGAHAN TUMBUHNYA PERMUKIMAN KUMUH
2.6 KONSEP PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH
2.7 TEORI ELEMEN PERANCANGAN KOTA (HAMID SHIRVANI)
2.8 TEORI ANALISIS SWOT
2.9 KOMPONEN ANALISIS SWOT
2.10 TUJUAN DAN MANFAAT ANALISIS SWOT
BAB III : ANALISA
3.1 SEJARAH KAWASAN
3.2 LINGKUP PERENCANAAN
3.3 ANALISA MIKRO FISIK KAWASAN (HAMID SHIRVANI)
3.4 ANALISA MIKRO NON-FISIK KAWASAN
3.5 ANALISIS SWOT
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN
K ATA PENG ANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
kasih dan karunianya sehinga penulis dapat menyelesaikan proposal ini
dengan judul “Penataan Kawasan kumuh di Kelurahan Jembatan Besi,
Jakarta Barat”

Penulisan proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yaitu :
Ir. Etty Retnowati Kridarso, MT selaku Dosen pembimbing yang telah setia
membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran.

Demikian penulisan proposal ini penulis buat kiranya dapat


bermaanfaat bagi para pembaca. namun patut di sadari juga bahwa
penulisan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
sangat menharapkan saran, masukan, maupun kritikan yang membangun
demi kesempurnaan penulisan analisis dan perancangan ini ke depan.
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Fenomena tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, secara umum berdampak pada tingginyapersoalan yang dihadapi kota-kota
di Indonesia. Data yang ada pada tahun 2008 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia yang bermukim di perkotaan telah mencapai 112
juta jiwa, dan hamper seperempat dari penduduk perkotaan tersebut (23,1%), atau sekitar 25 juta jiwa, hidup di Kawasan permukiman
kumuh (Menteri PU RI, 2008:2). Bahkan dengan tingkat urbanisasi sebesar 1% - 1,5%per tahun, maka dalam kurun waktu 20 hingga 25
tahun lagi jumlah penduduk perkotaan di Indonesia akan dapat mencapai 65% (Menteri PU RI, 2008:2). Kondisi inilah yang menjadikan
masalah permukiman kumuh di perkotaan di Indonesia sangat penting untuk dikaji, maka penelitian ini mencoba mengkaji alternatif-
alternatif kreatif yang mungkin bagi pengentasan masalah permukiman kumuh di perkotaan, khususnya melalui kajian keruangan (spatial).
Diharapkan dari penelitian ini diperoleh konsep penataan ruang yang dapat diimplementasikan pada penataan kawasan permukiman
kumuh, khusus-nya melalui desain rancangan.

1.2 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengerti pengertian dari perumahan, permukiman, dan perkotaan.
2. Mengetahui pengertian dan karakteristik pemukiman kumuh.
3. Mengidentifikasi permasalahan pada tata ruang permukiman di Kelurahan Jembatan Besi.
4. Mengatasi permasalahan pada permukiman kumuh.

1.3 SUMBER DATA


Sumber data di peroleh dari :
1. Data primer berupa hasil survei langsung pada Kawasan
2. Studi literatur.
3. Data-data kependudukan Kawasan setempat dari internet.

1.4 METODE PENULISAN


Menganalisis dan mengkaji hasil dari berbagai sumber data, dan mengerti dasar-dasar teori tentang hal yang terkait, sehingga
memunculkan tujuan penelitian. Teori-teori yang sudah ada dikaitkan pada kondisi yang sudah ada di Kawasan survei. Kemudian, dari
semua hal yang sudah didapat, tujuan penelitian dapat dicapai dengan adanya penyelesaian masalah yang sudah ditemukan berupa
rancangan desain yang sudah di teliti sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah di dapaT.
B A B I I : ST U DI L I T E R ATU R

2.1 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN


Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman terdapat pengertian-pengertian
sebagai berikut :
1. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga,
cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta asset bagi pemiliknya.
2. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan
atau Kawasan perdesaan.
3. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
4. Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh adalah upaya untuk meningkatkan
kualitas bangunan, serta prasarana, sarana dan utilitas umum.

2.2 ELEMEN DASAR PERMUKIMAN


Lima elemen dasar permukiman menurut Doxiadis dalam Kuswartojo (2006):
1. Nature (alam) yang bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah dan difungsikan semaksimal mungkin,
2. Man (manusia) baik pribadi maupun kelompok,
3. Society (Masyarakat) bukan hanya kehidupan pribadi yang ada tapi juga hubungan sosial masyarakat,
4. Shells (rumah) atau bangunan dimana didalamnya tinggal manusia dengan fungsinya masing-masing,
5. Networks (jaringan atau prasarana sarana) yaitu jaringan yang mendukung fungsi permukiman baik alami
maupun buatan manusia seperti jalan lingkungan, pengadaan air bersih, listrik, drainase dan lain-lain.

2.3 PERMUKIMAN KUMUH


Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakaturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan
yang tinggi dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat (UU Perumahan dan Kawasan Permukiman
No.1 Tahun 2011). Definisi permukiman kumuh hingga kini beragam hal ini dikarenakan perbedaan sudut pandang para ahli menilai
atau mendefinisikan permukiman kumuh.
B A B I I : ST U DI L I T E R ATU R

1. Definisi permukiman kumuh menurut Komarudin (1997),adalah sesebagai berikut,


a. Lingkungan permukiman yang berpenghuni padat (melebihi 500 orang per Ha)
b. Kondisi sosial ekonomi rendah
c. Jumlah rumah yang sangat padat
d. Ukurannya di bawah standar
e. Prasarana lingkungan hampir tidak ada atau tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan
f. Dibangun di atas tanah negara atau tanah milik orang lain dan di luar peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

2. Karakteristik permukiman kumuh menurut Silas (1996) adalah sebagai berikut,


a. Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata- rata 6 m²/orang. Sedangkan fasilitas
kekotaan secara langsung tidak terlayani karena tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan permukiman yang
ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannyA
b. Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat mencari nafkah (opportunity value) dan
harga rumah juga murah (asas keterjangkauan) baik membeli atau menyewa.
c. Manfaat permukiman disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga murah adalah kesempatan mendapatkannya
atau aksesibilitas tinggi.

3. Ciri-ciri pemukiman kumuh yang diungkapkan oleh Prof. DR. Parsudi Suparlan adalah,
a. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
b. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruang-ruanganya mencerminkan penghuninya yang kurang
mampu atau miskin.
c. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman
kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya dll.

2.4 FAKTOR PENYEBAB TUMBUHNYA PERMUKIMAN KUMUH


Pada dasarnya suatu permukiman kumuh terdiri dari beberapa aspek penting, yaitu tanah/lahan, rumah/perumahan,
komunitas, sarana dan prasarana dasar, yang terajut dalam suatu sistem sosial, sistem ekonomi dan budaya baik dalam suatu
ekosistem lingkungan permukiman kumuh itu sendiri atau ekosistem kota. oleh karena itu permukiman kumuh harus senantiasa
dipandang secara utuh dan integral dalam dimensi yang lebih luas. Beberapa dimensi permukiman kumuh yang menjadi penyebab
tumbuhnya permukiman adalah sebagai berikut:
B A B I I : ST U DI L I T E R ATU R

1. Faktor Urbanisasi Dan Migrasi Penduduk,


2. Faktor Lahan di Perkotaan,
3. Faktor Prasarana dan Sarana Dasar,
4. Faktor Sosial Ekonomi,
5. Faktor Sosial Budaya,
6. Faktor Tata Ruang,
7. Faktor Pendidikan,

2.5 PENCEGAHAN TUMBUHNYA PERMUKIMAN KUMUH


Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru mencakup :
a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi;
b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum;
c. penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, sertaprasarana, sarana dan utilitas umum; dan
d. pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
Pencegahan dilaksanakan melalui:
1. Pengawasan dan pengendalian
Dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis, dan kelaikan fungsi melalui pemeriksaan secara berkala
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
2. Pemberdayaan masyarakat
Dilakukan terhadap pemangku kepentingan bidang perumahan dan kawasan permukiman melalui pendampingan dan
pelayanan informasi.

2.6 KONSEP PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH


a. Pemugaran,
merupakan upaya perbaikan atau dapat pula dilakukan melalui pembangunan kembali Kawasan permukiman agar menjadi
layak huni.
b. Peremajaan,
merupakan upaya untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang lebih baik
dengan tujuan untuk melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Untuk meremajakan suatu
kawasan, terlebih dahulu perlu menyediakan tempat Tinggal bagi masyarakat yang terkena dampak. Peremajaan harus
menghasilkan rumah, perumahan, dan permukiman dengan kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
B A B I I : ST U DI L I T E R ATU R

c. Pemukiman Kembali,
dilakukan apabila lokasi kumuh eksisting adalah lokasi yang tidak diperuntukkan bagi Kawasan permukiman menurut RTRW
atau merupakan lokasi yang rawan bencana serta dapat menimbulkan bahaya bagi orang yang mendiami kawasan/ lokasi tersebut.
Pemukiman kembali merupakan upaya memindahkan masyarakat dari lokasi eksisting yang dilakukan oleh dukungan Pemerintah
dan pemerintah daerah yang juga menetapkan lokasi untuk pemukiman kembali dengan turut melibatkan peran masyarakat.

2.7 TEORI ELEMEN PERANCANGAN KOTA (HAMID SHIRVANI)


1. Tata Guna Lahan
Tata Guna Lahan adalah elemen kunci dalam Perancangan Kota. Tata guna lahan berfungsi sebagai rencana dasar
dua dimensi yang menjadi acuan ruang tiga dimensi dibentuk. Disarankan suatu perencanaan fungsi sebaiknya bersifat
campuran (Mix Use). Dengan begitu diharapkan akan terjadi kegiatan terus menerus selama 24 jam per hari yang akan
meningkatkan sistem infrastruktur kota.
2. Tata Bangunan (Building Form and Massing)
Bentuk dan massa bangunan ditentukan oleh ketinggian atau besarnya bangunan, penampilan bentuk maupun
konfigurasi dari massa bangunannya, akan tetapi • Bentuk dan massa bangunan ditentukan juga oleh besaran selubung
bangunan (building envelope), BCR (buillding covered rasio ) “KDB” dan FAR (Floor Area Ratio) “KLB”, ketinggian bangunan,
sempadan bangunan, ragam arsitektur, skala, material, warna dan sebagainya.
3. Sirkulasi dan Parkir
Sirkulasi kota meliputi prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota, fasilitas pelayanan umum, dan jumlah
kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Semakin meningkatnya transportasi maka area parkir sangat dibutuhkan
terutama di pusat-pusat kegiatan kota (CBD).
Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan mengkontrol pola kegiatan
kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-tempat transit
yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat
yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan
pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas dan lain
sebagainya. Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada kegiatan komersial di daerah
perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit
memberi efek visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam perancangan kota.
B A B I I : ST U DI L I T E R ATU R

4. Ruang Terbuka (Open Space)


Open space selalu berhubungan dengan lansekap. Lansekap terdiri dari elemen keras dan elemen lunak. Open space
biasanya berupa lapangan, jalan, sempadan, sungai, taman, makam, dan sebagainya. (Sumber: Perancangan Kota, Urban
Desain) Berbicara tentang ruang terbuka (open space) selalu menyangkut lansekap. Elemen lansekap terdiri dari elemen
keras (hardscape seperti : jalan, trotoar, patung, bebatuan dan sebagainya) serta elemen lunak (softscape) berupa tanaman
dan air. Ruang terbuka biasa berupa lapangan, jalan, sempadan sungai, green belt, taman dan sebagainya. Dalam
perencanan open space akan senantiasa terkait dengan perabot taman/jalan (street furniture). Street furniture ini bisa berupa
lampu, tempat sampah, papan nama, bangku taman dan sebagainya. Menurut S Gunadi (1974) dalam Yoshinobu Ashihara,
ruang luar adalah ruang yang terjadi dengan membatasi alam. Ruang luar dipisahkan dengan alam dengan memberi “frame”,
jadi bukan alam itu sendiri (yang dapat meluas tak terhingga).
5. Pedestrian
Sistem pejalan kaki yang baik adalah:
- Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota.- Meningkatkan kualitas lingkungan dengan
memprioritaskan skala manusia.
- Lebih mengekspresikan aktifitas PKL dan mampu menyajikan kualitas udara.
Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen dasar desain tata kota dan harus
berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola aktivitas sertas sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik
kota di masa mendatang. Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi dan meningkatkan
arus pejalan kaki dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
- Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial.
- Street furniture
6. Perpapanan (Signage)
Perpapanan digunakan untuk petunjuk jalan, arah ke suatu kawasan tertentu pada jalan tol atau di jalan kawasan kota.
Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan karakter pada fasade bangunan dan menghidupkan street space dan
memberikan informasi bisnis. Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung
ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh
terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan
pedestrian atau plasa tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat
menggerakkan aktivitas. Meliputi segala fungsi dan aktivitas yang memperkuat ruang terbuka publik, karena aktivitas dan
ruang fisik saling melengkapi satu sama lain. Pendukung aktivitas tidak hanya berupa sarana pendukung jalur pejalan kaki
atau plaza tapi juga pertimbangankan guna dan fungsi elemen kota yang dapat membangkitkan aktivitas seperti pusat
perbelanjaan, taman rekreasi, alun-alun, dan sebagainya.
B A B I I : ST U DI L I T E R ATU R

7. Pendukung Kegiatan (Activity Support)


Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang public suatu
kawasan kota. Bentuk activity support antara lain taman kota, taman rekreasi, pusat perbelanjaan, taman budaya,
perpustakaan, pusat perkantoran, kawasan PKL dan pedestrian, dan sebagainya. Penandaan yang dimaksud adalah petunjuk
arah jalan, rambu lalu lintas, media iklan, dan berbagai bentuk penandaan lain. Keberadaan penandaan akan sangat
mempengaruhi visualisasi kota, baik secara makro maupun mikro, jika jumlahnya cukup banyak dan memiliki karakter yang
berbeda. Sebagai contoh, jika banyak terdapat penandaan dan tidak diatur perletakannya, maka akan dapat menutupi fasad
bangunan di belakangnya. Dengan begitu, visual bangunan tersebut akan terganggu. Namun, jika dilakukan penataan dengan
baik, ada kemungkinan penandaan tersebut dapat menambah keindahan visual bangunan di belakangnya.
8. Preservasi (Preservation)
Preservasi harus diarahkan pada perlindungan permukiman yang ada dan urban space, hal ini untuk mempertahankan
kegiatan yang berlangsung di tempat itu. Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan
tempat tinggal (permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada dan mempunyai ciri khas,
seperti halnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah. Manfaat dari adanya preservasi antara lain:
- Peningkatan nilai lahan.
- Peningkatan nilai lingkungan.
- Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial.
- Menjaga identitas kawasan perkotaan.
- Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi.

2.8 TEORI ANALISIS SWOT


Menurut Robinson dan Pearce (1997) analisis SWOT merupakan salah satu komponen penting dalam manajemen strategik.
Analisis SWOT ini mencakup faktor intern perusahaan. Dimana nantinya akan menghasilkan profil perusahaan sekaligus memahami
dan mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan organisasi. Kelemahan dan kekuatan ini kemudian akan dibandingkan dengan
ancaman ekstern dan peluang sebagai dasar untuk menghasilkan opsi atau alternatif strategi lain.
Pendapat lain dikemukakan Rangkuti (1997) yang menyatakan bahwa pengertian swot adalah proses identifikasi berbagai
faktor yang dilakukan secara sistematis agar bisa merumuskan strategi organisasi dengan tepat. Analisis dilakukan berdasarkan
logika yang bisa mengoptimalkan kekuatan atau Strengths serta peluang atau Opportunities. Tapi secara beriringan, analisis ini juga
harus bisa meminimalkan ancaman atau Threats dan kelemahan atau Weaknesses. Proses dalam pengambilan keputusan strategis
diketahui memang selalu berhubungan langsung dengan kebijakan perusahaan, strategi, tujuan dan pengembangan misi. Artinya,
perencana strategis harus menganalisa berbagai faktor strategis organisasi atau perusahaan mulai dari kekuatan, peluang, ancaman
dan kelemahan. Tidak mengherankan jika analisa swot juga disebut dengan nama Analisis Situasi.
B A B I I : ST U DI L I T E R ATU R

2.9 KOMPONEN ANALISIS SWOT


1. Strenght (S)
Yaitu analisis kekuatan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu organisasi atau perusahaan
saat ini. Yang perlu di lakukan di dalam analisis ini adalah setiap perusahaan atau organisasi perlu menilai kekuatan-
kekuatan dan kelemahan di bandingkan dengan para pesaingnya. Misalnya jika kekuatan perusahaan tersebut unggul di
dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat di manfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat
teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.
2. Weaknesses (W)
Yaitu analisi kelemahan, situasi ataupun kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu organisasi atau perusahaan
pada saat ini. Merupakan cara menganalisis kelemahan di dalam sebuah kawasan
3. Opportunity (O)
Yaitu analisis peluang, situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar suatu kawasan dan memberikan peluang
berkembang bagi organisasi dimasa depan. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun terobosan yang memungkinkan
suatu Kawasan bisa berkembang di masa yang akan depan atau masa yang akan datang.
4. Threats (T)
Yaitu analisis ancaman, cara menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi oleh suatu Kawasan untuk
menghadapi berbagai macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan atau organisasi yang
menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera di atasi, ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang
bersangkutan baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.

2.10 TUJUAN DAN MANFAAT ANALISIS SWOT


Tujuan dan manfaat analisis SWOT adalah untuk memadukan 4 faktor atau komposisi secara tepat tentang bagaimana
mempersiapkan kekuatan (strengths), mengatasi kelemahan (weaknesess), menemukan peluang (opportunities) dan strategi
menghadapi beragam ancaman.
Ketika teknik ini dapat dijalankan secara tepat dengan menggabungan ke empat elemen tersebut maka kesempurnaan
dalam meraih visi dan misi program yang direncanakan tentunya akan berjalan lebih baik dengan hasil yang optimal.
BAB III : ANALISA

3.1 SEJARAH KAWASAN


Jembatan Besi adalah nama sebuah tempat di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Semula penduduk asli daerah itu
mayoritas orang Betawi. Tetapi, seiring dengan perkembangan Kota Jakarta, bermukimlah suku-suku lain seperti Jawa, Madura, dan
etnis Tionghoa. Wilayah jembatan besi dari dulu terkenal akan kepadatan huniannya, karena gejolak urbanisasi pada zaman itu,
hingga sekarang, menjadi wilayah padat pemukiman dengan kualitas ekonomi dan social yang tidak terlalu baik.

3.2 LINGKUP PERENCANAAN

• RT 1, 2, & 7, RW 8, Kelurahan Jembatan Besi,


Kecamatan Tambora, Jakarta Barat
• Pintu masuk kawasan
Jalan Kali Nayar I No. 23, Tambora, RT.2/RW.8,
Jemb. Besi, Tambora, (warteg karwa)
• LUAS TAPAK: 1,3 ha
• Batas wilayah:
Utara: RW 09
Selatan: RT 04/ RW 08
Timur RW06
Barat: Jl Kali Anyar I

Sumber : Google Maps

Sumber : Jakarta Satu


BAB III : ANALISA

3.3 ANALISA MIKRO FISIK KAWASAN (HAMID SHIRVANI)


1. Tata Guna Lahan

Sumber: Jakarta Satu

Sesuai dengan tata ruang,


zona diperuntukkan untuk
hunian rumah, dan sebagian
diperuntukkan untuk zona
perdagangan dan jasa
Perumahan dan toko di sekitar Kawasan (sumber : dokumentasi)
BAB III : ANALISA

2. Tata Bangunan

1. Hunian
Tinggi hunian biasanya rata-rata 1 lantai maupun 2 lantai, dengan ketinggian 3-8 meter. Perletakkannya
biasanya menempel baik kiri maupun kanan dengan lebar bervariasi mulai dari 3 meter sampai 12 meter.
2. Toko
Untuk toko (pada jalur primer) ukurannya lebih besar dari hunian, tinggi rata-rata 2 lantai setinggi 10-12
meter, dengan lebar 4-6 meter.

Perumahan di sekitar Kawasan (sumber : dokumentasi)


BAB III : ANALISA

3. Sirkulasi dan parkir


a. Sirkulasi Primer
Jalur primer pada sekitar Kawasan rata-rata hanya memuat 1 mobil, sekitar 3-5 meter, lalu dengan kondisi yang
lumayan tertata kualitas aspalnya, hanya saja tidak ada pembatas jalan dari bangunan ke jalan, sehingga menjadi
permasalahan disini.

Sirkulasi primer (sumber : dokumentasi)


b. Sirkulasi Sekunder
Jalur sekunder pada Kawasan digunakan untuk akses menuju hunian warga yang lebih terletak di dalam.
Kondisi jalan sekunder tidak baik, karena hanya berlebar sekitar 2 meter, bahkan hanya muat 1 motor untuk lewat dan
lebar 2 orang pejalan. Selain itu tidak ada pembatas dan pengaman jalan, dan menempel langsung dengan bangunan.

Sirkulasi sekunder (sumber : dokumentasi)


BAB III : ANALISA

4. Ruang Terbuka
Ruang terbuka yang tersedia di sekitar Kawasan hanya sedikit, salah satunya adalah lapangan bola yang berada
terletak di tengah permukiman warga. Meskipun terlihat seperti lapangan, tetapi tidak diuntukkan untuk kegiatan olahraga,
lapangan ini digunakan warga sebagai tempat parkir dan tempat jemur karena terbatasnya lahan parkir untuk Kawasan ini.

Lapangan di area permukiman (sumber : dokumentasi)


5. Pedestrian
Tidak adanya pedestrian di Kawasan permukiman hunian karena terbatas lebar jalan untuk kendaraan yang hanya
seluas 2 motor maksimal.

Pedestrian area permukiman (sumber : dokumentasi)


BAB III : ANALISA

6. Signage
Kurang jelasnya signage penunjuk batas wilayah tapak. Lalu gapura yang menjadi pintu masuk area hunian tidak dalam kondisi
yang baik dan kurang jelas perannya.

Kantor sekretariat dan gapura (sumber : Dokumentasi)


7. Pendukung Kegiatan
Pendukung di kegiatan ini berbagai macam, dari kegiatan ekonomi dan sosial. Untuk sosial, terdapat kios-kios dan
toko mulai dari yang kecil hingga besar. Kemudia dari aspek sosial ada sekolah, gereja, dan ruang terbuka walaupun terbatas.

Warung di sekitar Kawasan (sumber : Dokumentasi)


BAB III : ANALISA

8. Preservasi
Preservasi yang terdapat di Kawasan ini tidak signifikan dimana disebabkan karena wilayah pada Kawasan ini di
tinggali oleh golongan rakyat kebawah, sehingga sudah menjadi umum jika tidak ada nilai lebih pada Kawasan ini. Tetapi
fasilitas public tetap ada di wilayah ini, hanya saja tidak menunjukkan korelasi signifikan sehingga wilayah ini tidak mempunyai
nilai lebih karena ketidaksetaraannya.

Season City dan SDN Kalianyar (sumber : Google image)

Season city menjadi salah satu pusat retail dan hunian yang tersedia, tetapi dalam standar mixed-use zaman
sekarang, season city sudah tidak terlalu relevan dikarenakan model retail dan apartemen yang tidak terlalu terkini.
BAB III : ANALISA

3.4 ANALISA MIKRO NON-FISIK KAWASAN


1. Jumlah penduduk
Wilayah Jumlah KK
Diasumsikan 1 KK berjumlah 2-3 orang maka kisaran jumlah penduduk di RT
07 sekitar 180 – 300 jiwa sehingga menjadikan RT 07 menjadi daerah terpadat di RW RT 01 60
08 dimana hampir setengah dari jumlah penduduk tersebut adalah balita dan anak RT 02 22
kecil. Jumlah tersebut belum termasuk yang tidak terdata di RW akibat banyaknya RT 03 37
penduduk yang keluar masuk tanpa kabar karena hanya mengontrak. RT 04 69
RT 05 82
2. Sosial-Budaya RT 06 83
Dahulu daerah Jembatan Besi belum sepadat sekarang namun seiring
RT 07 100
perkembangan zaman terjadi perubahan dengan adanya perantau yang menetap di
daerah tersebut, penghuni daerah Jembatan Besi terbagi menjadi:
Orang Betawi : Pada awalnya daerah ini banyak ditemukan orang-orang asli
Betawi , namun karena perkembangan yang semakin pesat lama-kelamaan
orang asli justru mulai meninggalkan Jembatan Besi dan bermukim di
pinggiran kota, seperti ke daerah Cengkareng dan sekitarnya.
Orang Chinese : Perkembangan permukiman orang chinese yang pada
awalnya di sekitaran Glodok lama kelamaan melebar ke Jakarta Barat salah
satunya Jembatan Besi.
Orang Sunda : Banyaknya arus urbanisasi mendatangkan banyak perantau
ke ibu kota salah satunya orang Sunda yang kemudian menetap dan bekerja
di Jembatan Besi.
Saat ini orang Sunda mendominasi penduduk di RW 08 kemudian orang Chinese lalu
orang Betawi, namun menurut penuturan ketua RW mereka dapat menjaga
kerukunan dan toleransi di lingkungannya.

3. Keadaan Ekonomi
Sebagian besar berpenghasilan minim hingga menengah. Mata Pencaharian warga di RW 08 terbagi
menjadibeberapa pekerjaan sebagai berikut:
Karyawan
Kuli Konveksi
Pengendara ojek online
Penjual Makanan dan Minuman
BAB III : ANALISA

3.5 ANALISIS SWOT

STRENGTH : WEAKNESSES

• Hubungan antar masyarakat yang erat • Terbatasnya lahan untuk memenuhi kebutuhan
• Warga RW 8 sudah terbiasa dan sering akan aktifitas masyarakat
mendapatkan pelatihan dari berbagai dinas dan • Rapatnya jarak antar bangunan
LSM • Sirkulasi pada area tapak kurang teratur dan tidak
• Adanya musholla dan pos RW sebagai wadah tertata dengan baik
kegiatan masyrakat • Terlalu sedikitnya vegetasi yang ada pada tapak,
• Meskipun punya drainase yang buruk, area ini sehingga area resapan air menjadi kecil.
bebas banjir. • Sarana dan prasarana yang kurang terawat.
• Maintenance tidak terorganisir

OPPORTUNITIES THREATS

• Kekerabatan warga sekitar yang berpotensi • Bisa saja terjadi penggusuran dikarenakan
wilayah yang perekonomiannya tumbuh untuk
menjadi area dengan komunitas yang baik
menjadi bangunan lain.
• Tata lahan yang sudah sesuai, para warga yang
• Meskipun jarang banjir, buruknya drainase tidak
sebenarnya punya kesadaran, tetapi tidak ada
menutup kemungkinan menybabkan terjadinya
fasilitas untuk berusaha
• Kawasan yang strategis sebagai pusat banjir
• Kesadaran warga yang rendah.
perekonomian
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN

4.1 SOLUSI PENGOLAHAN SUMBER DAYA

Model pengolahan limbah 3R ( Reduce – Reuse – Recycle ) memiliki


manfaat:
1. Efisiensi pengelolaan sampah kota.
2. Sumber peluang usaha dan penghasilan
3. Mengurangi polutan lingkungan AIR KOTOR
4. Sumber energi
Air kotor yang dimaksud adalah air bekas yang
berasal dari pembuangan kamar mandi.
AIR HUJAN Biasanya air tidak mengandung minyak
Air hujan yang jatuh ke permukiman warga tidak langsung ataupun kotoran, hanya zat sisa berupa sabun
dialirkan ke riol kota atau selokan karena selain menyebabkan sehingga setelah diolah masih bisa
penumpukan air yang dapat membentuk genangan air hujan dimanfaatkan kembali.
juga dapat dipergunakan sebagai cadangan sumber air bersih.
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN

4.1 SOLUSI

Suatu sistem pengolahan limbah


RT 01 PENGUMPULAN diperlukan agar tidak terjadi penumpukan
TIAP RT sampah di TPA dimana sampah-sampah
tersebut sebenarnya masih berguna dan
KOMPOS dapat dipakai kembali. Selain menjadi
RT 02 sumber masalah, sebenarnya sampah dapat
ORGANIK menjadi sumber pendapatan apabila dapat
diolah dengan baik. Material daur ulang
RT 07 dapat menjadi alternatif dan terobosan baru
ANORGANIK bagi pengrajin konveksi untuk
FASILITAS mengembangkan bisnisnya menuju usaha
Membuat kompos SORTIR yang ramah lingkungan.
Barang daur ulang yang
dengan membusukkan
memiliki nilai jual dan
KERTAS
bahan organik dalam
tanah sehingga dapat mampu mengembangkan
dipakai untuk pupuk industri konveksi dengan KACA
tanaman cara baru
BESI
PLASTIK

PERKEBUNAN NILAI JUAL DAUR ULANG


BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN

4.1 SOLUSI (SISTEM UTILITAS)

1. (Plumbing)
Jalur pembuangan air (drainase) seperti got dan riol di desain tertutup agar bau kurang sedap tidak sampai ke
permukaan dan mensterilkan saluran dari sampah yang dapat secara tidak sengaja masuk dan membuat saluran
mampet. Bahan pipa yang sebaiknya digunakan adalah bahan yang tahan lama dan tidak mudah rusak/pecah seperti
beton, besi atau PVC.

1.1 Jalur distribusi air bersih seperti air PDAM, air hasil filtrasi air hujan, dan air sumur di desain saling terintegrasi
dengan kamar mandi, WC umum, bak penampungan, dan pusat pengolahan air bersih sehingga distribusi air bersih
merata dalam satu kawasan dan mudah dalam pengelolaan air, material yang dipakai juga sama dengan sistem
drainase.
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN

4.1 SOLUSI (SISTEM UTILITAS) (OLEH RIZKY SAPUTRA (052001700109))

3. (Elektrikal)
Penerangan jalan yang selalu mengandalkan sumber tenaga dari listrik PLN ,dapat diganti dengan sesuatu yang
lebih ramah lingkungan yaitu memakai tenaga yang dihasilkan dari solar panel sehingga lebih hemat energi. Pemilihan
bohlam lampu tipe LED juga agar energi yang dibutuhkan kecil dengan daya penerangan yang besar, selain itu umur lampu
LED lebih panjang daripada lampu biasa. Sistem kabel didesain di bawah tanah agar lebih rapi dan menghindari terjadinya
konsleting terutama karena jarak bangunan yang berdekatan.

Sebelum

Sesudah

Pada suatu kawasan disediakan satu lokasi untuk dijadikan


panel baterai sehingga hasil dari solar panel dan wind turbin dapat di
pusatkan di satu titik untuk kemudian didistribusikan untuk
menunjang kebutuhan satu kawasan tersebut.
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN

4.1 SOLUSI PENGOLAHAN AIR HUJAN

PENAMPUNG AIR
Detail pengolahan air hujan secara simple

FILTRASI

BAK AIR

PINTU AKSES
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN

4.1 SOLUSI
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN

4.2 KONSEP PENATAAN HUNIAN (OLEH THEO PRATAMA M. (052001700120))


1. Pola tatanan bangunan menggunakan pola grid dan linear untuk memperbaiki tatanan dan membentuk keteraturan
bangunan serta tetap mempertahankan eksisting Kawasan, selain itu pola linier dapat memperhemat lahan dan tatanan
massa jadi lebih efisien
2. Desain rumah dibuat sederhana, tetapi tetap dengan desain yang relevan dan memadai, dikarenakan bangunan akan
dibuat dengan harapan awet sampai masa yang akan datang.
3. Kebanyakan warga adalah pekerja yang pulang larut malam, karena itu kawasan harus menciptakan lingkungan yang
saat malam, dan bangunan juga harus menjadi tempat istirahat yang nyaman dan layak.
4. Penataan hunian dibarengi dengan desain sirkulasi untuk kendaraan maupun orang dengan baik, sehingga, para warga
tidak suntuk melihat jalan yang sempit seperti sekarang. Jalan yang lebar mempunyai image yang mewah dan nyaman
dalam konteks hunian
5. Lingkungan hunian harus dibarengi dengan adanya public space berupa ruang terbuka hijau, dimana ruang ini akan
menjadi media warga dalam kegiatan bersosialisasi, dan ruang hijau menjadi sumbangan oksigen untuk kota dan sekitar.

MASALAH SOLUSI

Jalan yang sempit, kondisi rumah yang Jalan yang besar, rumah yang layak
tidak layak
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN

4.4 SOLUSI DESAIN PENATAAN HUNIAN

Rumah dengan besaran


kurang lebih 60 m2,
dengan gaya yang relevan,
muat hingga maksimal 4
orang anggota keluarga (2
orang tua, 2 anak)

Contoh desain rumah subsidi

Jalan yang besar


memunculkan image yang
mewah, selain itu kualitas
jalan juga bagus, jalanan juga
menjadi media hubungan
sosial antar warga sebagai
pemernyatu kekerabatan.
Penataan sirkulasi
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN

4.2 KONSEP PENATAAN PERTOKOAN (OLEH THEO PRATAMA M. (052001700120))


1. Untuk menunjang kegiatan perekonomian warga setempat, dbuat juga area jual-beli berupa took maupun ruko.’
2. Desain ruko dan toko dirancang tidak hanya untuk area setempat, tetapi juga Kawasan kecamatan, agar menjadi nilai
tambah untuk preservasi kawasan
3. adanya Rumah Toko bisa mengoptimalkan fungsi lahan, selain sebagai tempat tinggal, juga menjadi tempat
perdagangan
4. perletakkan toko diletakkan di jalan primer sehingga keadaan toko tidak sepi dan tetap ramai pengunjung.
5. Adanya fasilitas warung menjadi kebiasaan warga sebagai tempat terkumpul, penataan kualitas dan penempatan
warung juga perlu diperhatikan dalam perencanaan pertokoan

MASALAH SOLUSI

Kondisi warung yang tua, pertokoan Desain warung yang menarik, bentuk
kurang tertata pertokoan yang rapih
BAB IV : KONSEP DAN SOLUSI DESAIN

4.5 KONSEP PERLETAKKAN MASSA

PERUMAHAN

PERTOKOAN

WARUNG

Anda mungkin juga menyukai