Anda di halaman 1dari 34

Deskripsi Singkat

 Tuberkulosis adalah penyakit menular secara langsung


yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
(M.Tb)
 M.Tb merupakan kuman berbentuk batang, tahan
terhadap pengecatan asam (Basil Tahan Asam), panjang 4
u tebal 0,3 – 0,6 u,mati dg sinar matahari langsung, hidup
beberapa jam pd udara lembab dan gelap serta dorman
(tidur lama) bertahun – tahun dalam tubuh manusia
 Dapat menyerang paru atau ekstra paru
 Penularan secara aerogen/airborne.
 Pasien TB paru menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak).
 Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA postif
mengeluarkan droplet (percikan dahak) yang mengandung
kuman m. Tuberculosis.
 Pencegahan utama menemukan pasien TB secara dini serta
mengobati dengan tuntas
MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS

Basil tahan asam (BTA) hasil


M. tuberculosis hasil biakan hapusan mikroskopis

Robert Koch
24 Maret 1882
Situasi TBC di Indonesia

842,000
Estimasi Kasus

446,732
Notifikasi Kasus

86%
Keberhasilan
Pengobatan

47 %
3.119 52.929 7,729 Kasus belum
TB RO TB Anak TB HIV terlaporkan
PERINGKAT INDONESIA DALAM
Pada tahun 2016, Indonesia
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS 1 peringkat 2 di dunia, tahun
2017 menjadi peringkat 3
2
INDIA
3
• 2.740.000
CINA
4 1
• 889.000
INDONESIA 2
5 • 842.000
BEBAN FILIPINA 3 INDIA
TBC • 581.000
PAKISTAN 4 CINA • 135.000
• 525.000 5 RUSIA • 73.000
PAKISTA 1
6 • 56.000
FILIPINA N 2
7 AFRIKA
NIGERIA • 27.000 • 27.000 3 SELATAN
8 INDIA
BEBAN INDONE • 24.000 4 • 193.000
• 86.000
TBC RO UKRAIN SIA MOZAMBIQ
5 • 66.000
A • 23.000 NIGERIA
6 TANZANIA
• 58.000
• 20.000
7 KENYA
• 48.000

8 INDONESIA
• 45.000 Indonesia merupakan negara dengan
BEBAN • 36.000 triple burden TBC untuk insiden TBC,
TBC HIV ZAMBIA
• 36.000 insiden TBC RO, dan TBC HIV
TRANSMISSION
Droplet nuclei

Menetap di alveoli Replikasi sitoplasma makrofag

Masuk organ tubuh lain: Sarang TB pneumonia/afek primer


A. A. Pulmoner Limfangitis
B. GIT Limfedenitis
C. Pleura

Komplek primer

Sembuh tanpa cacat Sembuh dg fibrosis Berkomplikasi menyebar

Hematogen
Limfogen
GIT
Bronkogen
Perkontinuitatum
SIGN AND SYMPTOM of TB
Jenis Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Keterangan
Bakteriologis Pemeriksaa Dahak Mikroskopik Langsung
Pemeriksaan Biakan ( LJ, MGIT )
Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)TB
Penunjang Lain Pemeriksaan Foto Toraks
Pemeriksaan Histopatologi pada kasus terduga TB Ekstra
Paru
Uji Kepekaan Obat Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada
tidaknya resistensi M.tb terhadap OAT.
Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan di laboratorium
yang telah lulus uji pemantapan mutu/Quality Assurance
(QA), dan mendapatkan sertifikat nasional maupun
internasional.

Pemeriksaan Sampai saat ini belum direkomendasikan


serologis
International Standards for TB Care (ISTC)
 Standar diagnosis
1. Batuk produktif > 2 minggu, harus dicurigai TB
2. Semua suspek TB harus diperiksa dahak mikroskopis
minimal 2 x
3. TB ektra paru harus diperiksa mikroskopis, biakan TB
dan histopatologi
4. Temuan foto toraks TB, tetap diperiksa mikroskopis
dahak
5. Diagnosis TB BTA (-):dahak mikroskopis (-), foto
toraks mendukung TB, tdk respon thd pengobatan
antibiotik spektrum luas diluar fluoroquinolone
6. Dx TB anak berdasarkan; gejala, foto toraks dan
pajanan TB menular dan bukti infeksi TB ( uji
tuberkulin )
…ISTC
 Standard pengobatan
7. Setiap praktisi berkewajiban memberi panduan obat dan menilai
kepatuhan pasien
8. Setiap pasien TB (termasuk dg HIV) yg belum pernah diobati harus
menggunakan obat lini pertama, fase awal 2 bulan (RHZE) dan fase
lanjutan 4 bulan ( RH)
9. Pengawasan / pembinaan pasien; melalui PMO pd DOTS
10. Penilaian respon pengobatan minimal setelah fase awal ,5 bln
pengobatan dan akhir pengobatan. TB ekstra paru dan anak
dimonitor secara klinik. Monitoring dg foto toraks sering
menyesatkan
11. Semua respon pengobatan, bakteriologis dan efek samping harus
tercatat pada CM dg baik
12. Pasien TB dg HIV harus dievaluasi perlu / tidak pemberian ART
selama pengobatan TB dan tetap perlu diberi kotrimoksazol.
13. Pd daerah prevalensi HIV tinggi, setiap penderita TB harus
dikonseling untuk uji HIV
14. Pasien gagal pengobatan dan kasus kronik harus diuji resistensi
obat TB
15. Kasus Resistensi obat MDR pemberian obat TB lini kedua,
gunakan empat obat yang masih efektif dan diberikan selama 18
bulan.
… ISTC
 Standard untuk kesehatan masyarakat
16. Semua orang yang kontak dengan penderita TB
menular (terutama anak) harus dievaluasi
17.Semua penyelenggara pelayanan harus melaporkan
kasus TB baru, pengobatan ulang serta hasil
pengobatannya kepada dinas kesehatan setempat
Pengobatan TB Paru Dewasa
1. Tahap Intensif ( selama 2 bulan )
2. Tahap Lanjutan (Selama 4 bulan )
TUJUAN PENGOBATAN

1.TAHAP INTENSIF

a. Menghancurkan dengan segera populasi kuman


yang bertumbuh aktif dalam jumlah besar.
b. Membuat lesi menjadi steril secara cepat dan
menyeluruh dengan “initial intensive
chemotherapy”atau“initial killing phase”
c. Mencegah timbulnya resistensi kuman.
2. TAHAP LANJUTAN

a. Menghancurkan kuman pada saat


pertumbuhan intermiten yang tiba-tiba.
b. Fase kedua ini adalah fase sterilisasi
(“sterilizing phase”)
c. Mencegah dan mengurangi angka
kekambuhan.
DASAR PENGOBATAN BERDASARKAN SIFAT KUMAN

Dikenal 4 jenis populasi kuman tuberkulosis


SPECIAL BACTERIAL POPULATIONS
PH Man Active drugs Mouse

A
Active INH A
growth RMP
SM

Neutral
B
Intermittent RMP
growth

C
B
V. Slow
Acid Growth PZA
C

D
Dormant
D
Tatalaksana Pengobatan TB
1. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR)
Memakai OAT lini satu :
Diberikan pada pasien:
1. TB paru baru terkonfirmasi bakteriologis,

2. TB paru baru terdiagnosis klinis,

3. TB ekstra paru
Tatalaksana Pengobatan TB
Dosis paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3

Tahap Awal Tahap Lanjutan


tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama
RHZE (150/75/400/275) 16 minggu
Berat Badan
RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT


38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Tatalaksana Pengobatan TB
Pengobatan TB dewasa
1. Pengobatan TB Sensitif obat
- Memakai OAT lini satu
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E
diberikan pada pasien:
1. Pasien kambuh,

2. Pasien gagal pada pengobatan Kategori I

3. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat


(loss to follow-up)
Tatalaksana Pengobatan TB
Dosis paduan OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S / (HRZE)
/5(HR)3E3
Tahap Awal Tahap Lanjutan
tiap hari 3 kali seminggu
Berat Badan
RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT
+ 500 mg Streptomisin inj. + 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT


+ 750 mg Streptomisin + 3 tab Etambutol
inj.
55-70 kg 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT
+ 1000 mg Streptomisin + 4 tab Etambutol
inj.
≥71 kg 5 tab 4KDT 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
+ 1000mg Streptomisin + 5 tab Etambutol
inj.
Dosis
Dosis harian
maksimal
( mg / kg BB /
Nama Obat ( mg / Efek samping
hari )
hari )
Hepatitis, neuritis perifer,
Isoniazid (H) 10 (7-15) 300
hipersensitivitis
Gastrointestinal, reaksi kulit,
hepatitis, trombositopenia,
Rifampisin
15 (10-20) 600 peningkatan enzim hati, cairan
(R)
tubuh berwarna oranye
kemerahan
Pirazinamid Toksisitas hepar, artralgia,
35 (30-40) -
(Z) gastrointestinal
Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah
Etambutol (E) 20 (15–25) -
hijau, hipersensitivitas,
gastrointestinal
Streptomisin
15 – 40 1000 Ototoksik, nefrotoksik 27
(S)
Tatalaksana pasien berobat tidak teratur
Tatalaksana pasien berobat tidak teratur
(lanjutan)
Hasil Pengobatan Pasien TB
Pengobatan TB dengan strategi DOTS
DOTS : Directly Observed Treatment Short Course

5 Komponen stategi DOTS:


1. Komitmen politik
2. Diagnosis TB melalui temuan BTA mikroskopis
3. Pengobatan jangka pendek& pengawasan
langsung
4. Terjaminnya penyediaan obat
5. Pencatatan & Pelaporan yang baku
Pelaksanaan Strategi DOTS di RS

1. Komitmen pimpinan RS
2. Membentuk Tim P2TB di RS
3. Mempersiapkan Poli DOTS TB RS
4. Pelatihan: Tenaga dokter, perawat poli dan
bangsal, Lab, Farmasi, CM, PKMRS.
5. Pengenalan sistem pencatatan dan pelaporan
6. Sosialisasi internal RS
7. Kerjasama lintas sektor
8. Membuat jejaring pelayanan: RS lain,
Puskesmas, BP4, RSTP,UPK lain.
Fungsi Poli DOTS TB RS
1. Pusat pelayanan TB RS :
- Diagnosis, Pengobatan dan Follow up
- Monitoring pengobatan
- Konseling/penyuluhan
- Sistem pelacakan kasus
2. Pusat rujukan poli atau divisi lain di RS
3. Pusat rujukan kasus dari UPK lain
4. Pusat pencatatan dan pelaporan kasus TB RS.

Anda mungkin juga menyukai