Anda di halaman 1dari 54

1.

Mengapa pasien mengeluh keluar flek darah dari jalan lahir


yang disertai nyeri perut bawah dan tidak disertai gumpalan?
• FLEK DARI JALAN LAHIR
Pada awal abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti oleh nekrosis
jaringan disekitarnya yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus.Kemudian uterus berkontraksi untukmengeluarkan benda asing tersebut.Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu vilikorialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya.Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahan.
Pada kehamilan lebih 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari padaplasenta.Pendarahan
tidak banyak jika plasenta segera dilepas dengan lengkap.Peristiwa abortus ini menyerupai
persalinan dalam bentuk miniatur.Hasil konsepsipada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk.Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak kecil tanpa bentuk yang jelas, mungkin
pula janin telah mati lama, mola kruenta, maserasi, fetus kompresus.

Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya)


 Fisiologis
perdarahan pervagina akibat proses nidasi blastosis ke endometrium yang menyebabkan perlukaan.
Ketika nidasi, trofoblas invasif akan menghancurkan sel desidua yg banyak pada endometrium fase
sekretoris. Perdarahan berlangsung sebentar, sedikit, dan tidak membahayakan kehamilan.
 Patologis
Abortus
Pada awal abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan
disekitarnya yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili korialis belum
menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan
8 sampai 14 minggu penembusan sudah lebih dalam ,hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak pendarahan.
Pada kehamilan lebih 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari pada plasenta. Pendarahan
tidak banyak jika plasenta segera dilepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai
persalinan dalam bentuk miniatur. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak kecil tanpa bentuk yang jelas, mungkin
pula janin telah mati lama, mola kruenta, maserasi, fetus kompresus.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
NYERI PERUT BAWAH
Pendarahan Hasil konsepsi Uterus
nekrosis terlepas berkontraksi

Hasil konsepsi
keluar

Hasil konsepsi Hasil konsepsi


Merasa keluar tidak
keluar
kehilangan sempurna
sempurna

cemas
pendarahan

Defisit volume
nyeri
stress cairan
2.  Apa saja penyebab dari perdarahan pada kehamilan trimester
I?
• Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram
• Kehamilan ektopik Adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95%
kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba Fallopii). Patofisiologi terjadinya
kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang telah dibuahi dalam
perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga embrio sudah
berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar
rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan diri
dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture dan menjadi kehamilan
ektopik terganggu
• Mola hidatidosa Adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak
wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis
mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara
makroskopik, molahidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan
ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm.
Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai
ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bias
intermiten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga
menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini umumnya
pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.

Sumber : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-
gdl-liyamuslim-6791-3-babii.pdf
PROSES KEHAMILAN
• Konsepsi
terjadi sebagai dampak beberapa peristiwa kompleks yang mencakup proses
pematangan akhir spermatozoa dan oosit, transpor gamet didalam saluran
genetalia wanita, selanjutnya peleburan gamet pria dan wanita,
pembentukkan jumlah kromosom diploid (Holmes, 201:17). Sebelum
terjadinya konsepsi dua proses penting juga terjadi, yang pertama ovulasi
(runtuhnya/ lepasnya ovum dari ovarium/ indung telur sebagai hasil
pengeluaran dari folikel dalam ovarium yang telah matang (matur) -> TUBA
FALLOPI dibantu oleh rumbai – rumbai (microfilamen fimbria) yang
menyapunya hingga ke tuba.
• Fertilisasi
proses ketika gamet pria dan wanita bersatu, yang berlangsung selama kurang lebih 24
jam, idealnya proses ini terjadi di ampula tuba yaitu tabung kecil yang memanjang dari uterus
ke ovarium pada sisi yang sama sebagai jalan untuk oosit menuju rongga uterus juga sebagai
tempat biasanya terjadi fertilisasi.
• Implantasi (nidasi)
Pada hari keenam, lapisan trofoblas blastosis bersentuhan dengan endometrium uterus,
biasanya terjadi di dinding posterior atas dan mulai berimplantasi. Pada lapisan luar sel
(trofoblas), dapat mengeluarkan enzim proteolitik (enzim yang kaya protein) yang melarutkan
sebagian endometrium. Jaringan endometrium banyak mengandung sel-sel desidua yaitu sel-
sel besar yang banyak mengandung glikogen dan mudah dihancurkan oleh trofoblas, lalu sel-
sel trofoblas (sinsitiotrofoblas) menyekresi enzim yang mengikis endometrium untuk
membantu penyediaan nutrisi bagi embrio yang tengah berkembang serta membantu
perlekatan embrio pada endometrium. Blastula berisi massa sel dalam (inner cell mass) akan
mudah masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka yang kemudian sembuh dan menutup
lagi. Saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua

Sumber : http://eprints.umpo.ac.id/4206/3/BAB%20II%20ACC.pdf
3.  Mengapa dokter merencanakan pemeriksaan HCG kualitatif, darah rutin,
dan USG?
• Pemeriksaan Laboratorium
➔ pemeriksaan haemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam meneggakan
diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda tanda perdarahan dalam
rongga perut
➔ pada kasus ini biasanya ditemukan anemia; tetapi harus diingat bahwa penurunan
hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam
➔ penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila
leukositosis meningkat
• HCG
tes kehamilan berguna apabila positif, akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi
trofoblas menyebabkan produksi HcG menurun dan emnyebbakan tes negative
INDIKASI USG
• Menentukan usia kehamilan secara lebih tepat pada kasus yang akan menjalani
seksio sesarea berencana, induksi persalinan atau pengakhiran kehamilan secara
elektif.
• Evaluasi pertumbuhan janin, pada pasien yang telah diketahui menderita
insufisiensi uteroplasenta, misalnya preeklampsia berat, hipertensi kronik,
penyakit ginjal kronik, atau diabetes mellitus berat; atau menderita gangguan
nutrisi sehingga dicurigai terjadi pertumbuhan janin terhambat, atau makrosomia.
• Perdarahan per vaginam pada kehamilan yang penyebabnya belum diketahui.
• Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan bagian terendahnya
sulit ditentukan atau letak janin masih berubah-ubah pada trimester ketiga akhir.
• Kecurigaan adanya kehamilan ganda berdasarkan ditemukannya dua DJJ yang
berbeda frekuensinya atau tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia gestasi,
dan atau ada riwayat pemakaian obat-obat pemicu ovulasi.
• Membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi koriales.
• Lokalisasi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
• Pemantauan perkembangan folikel.
• Penilaian profil biofisik janin pada kehamilan diatas 28 minggu.
• Observasi pada tindakan intra partum, misalnya versi atau ekstraksi pada janin
kedua gemelli, plasenta manual, dll.
• Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion.
• Kecurigaan terjadinya solusio plasentae.
• Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi bokong.
• Menentukan taksiran berat janin dan atau presentasi janin pada kasus ketuban
pecah preterm dan atau persalinan preterm.
• Kadar serum alfa feto protein abnormal.

Jurnal USU
4. Apa hubungan keluhan pasien dengan menarche 12 tahun dan
siklus haid teratur 5-7 hari dengan perdarahan trimester I?

• Hal ini dikarenakan usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi belum berkembang
dengan sempurna, sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun fungsi reproduksi sudah
mengalami penurunan dibandingkan dengan fungsi reproduksi normal.

Sumber : Implementasi Konsep Siklus Menstruasi Pada Konseling Skrening Premarital


1* 2 3 4 5
Yulizawati , Ayu Nurdiyan , Lusiana El Sinta Bustami , Detty Iryani , Aldina Ayunda
Insani 1-5Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Jl.
Niaga No. 56, Padang 25211, Indonesia
Kaitan pendarahan t1, factor endokrin,
pernikahan
• Abortus spontan bisa diprediksikan dangan pengukuran tunggal dari kadar β- hCG bebas dan
progesteron di trimester pertama8. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) merupakan suatu
glikoprotein yang
• mengandung galaktosa dan heksosamin, molekul ini dihasilkan oleh sinsitiotrofoblas. Human
Chorionic Gonadotropin (hCG) terbentuk dari subunit α dan β. Berat molekul α-hCG adalah 18.000
dan β-hCG adalah 28.0009. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) berfungsi memperpanjang lama
kehidupan korpusluteum oleh korion yangsedang fertilisasi, dapat dengan berkembang. Jika
blastokista yang menyelamatkan memproduksi hCG10

Sumber : HUBUNGAN KADAR PROGESTERON DAN β-HCG DENGAN ABORTUS PADA KEHAMILAN ≤
12 MINGGU DI KLINIK RASI BANDA ACEHRajuddin1, Riska Firda Rini2, Nurjannah3
1Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
3Bagian Family Medicine, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
5. Mengapa didapatkan testpack 2 minggu lalu positif?

• Hal ini terjadi karena kegagalan implantasi embrio pada rahim.


Penyebab utamanya diduga kuat masalah kromosom atau genetic

Ajeng A Kinanti
6.  Mengapa ditemukan
OUE nya menutup?
7.  Mengapa darah berwarna merah kecoklatan?

• NOMOR 1 FLEK
8.  Bagaimana interpretaasi dari pemeriksaan fisik dan obstetri di
scenario?
Pemeriksaan fisik
- TD : 120/80 -> normal
- Denyut nadi 80 x/menit -> normal
- Suhu : 36,5 -> normal (TDK TJD INFX)
- Uterus 1-2 jari diatas simpisi : usia kehamilan 12 minggu/ 3 bulan (T1)
• Pemeriksaan obstetric
- Fluxus vagina : kontraksi uterus -> keluran darah
- OUE tertutup : abortus
- Porsio sebesar jempol tangan dan permukaan licin :
- Cavum doglass tidak menonjol : cavum douglass menonjol à perdarahan akibat rupture janin pada KET
- Corpus uteri sebesar telur angsa : besarnya 1-2 jari diatas simpisis -> kehamilan 12 minggu
- Nyeri goyang servik (-) : tidak ada indikasi KET
- Adneksa dan parametrium abnormal : penebalan akibat infeksi atau infiltrasi tumor.
9. Apa etiologic dan factor resiko dari kasus di scenario?
FAKTOR RESIKO
• Usia : Usia 20-35 tahun merupakan waktu yang tepat karena tubuh lebih prima dalam menerima
kehamilannya. Kehamilan yang terjadi pada usia <20 tahun mempunyai resiko. Antara lain
disebabkan panggul masih sempit, otot Rahim belum terbentuk sempurna,pembuluh darah yang
mensuplai endometrium belum banyak terbentuk. Halini diseabkan karena masih dalam masa
pertumbuhan
• Pekerjaan : kesehatan reproduksi wanita, karena apabila bekerja pada tempat yang berbahaya
seperti: bahan kimia, radiasi dan jika terpapar bahan tersebut dapat mengakibatkan abortus.
Karena pada kehamilan trimester pertama, dimana embrio berdiferensi untuk membentuk system
organ. Jadi bahan berbahaya yang masuk kedalam tubuh wanita hamil dapat mempengaruhi
perkembangan hasil konsepsi. Dalam keadaan ibu yang seperti ini dapat mengganggu
kehamilannya dan dapat mengakibatkan terjadinya abortus
• Paritas : paritas tinggi mempunyai risiko tinggi terhadap terjadinya abortus sebab kehamilan yang
berulang-ulang menyebabkan rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang berulang
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi
ke janin akan berkurang dibanding pada kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat menyebabkan
kematian pada bayi.1
• Hipertensi. Hipertensi berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian abortus,
apabila hipertensi dapat dikelola dengan baik sehingga tidak menimbulkan komplikasi
pada kehamilan dan tidak menjurus kepada kejadian pre-eklamsia. Abortus biasanya
disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis danperubahan nekrotik di
dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang
terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing di dalam uterus
sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.
• Kadar HB :Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar
hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Salah satu
penyebab tinggi abortus spontan adalah anemia yang disebabkan karena gangguan
nutrisi danperedaran oksigen menuju sirkulasi utero plasenter sehingga dapat secara
langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta.

SUMBER : FAKTOR RISIKO KEJADIAN ABORTUS (STUDI DI RUMAH SAKIT ISLAM


SULTAN AGUNG SEMARANG) Lu’lul Maghni Amalia , Sayono Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang 2015
ETIOLOGI
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8
minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan
monosomi X.
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang
sempurna;
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan
temabakau dan alcohol.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks
(untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri,
mioma uteri dan kelainan bawaan uterus
 
Sumber :Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, jilid I, ed. 3.
10. Apa diagnosis kerja dan diagnosis banding
untuk kasus tersebut?
DIAGNOSIS KERJA : ABORTUS
KLASIFIKASI
Abortus dapat dibagi atas dua golongan:
• Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
pun medisinalis, semata-mata disebabkan oieh faktor-faktor alamiah.
• Abortus Provakatus (induced abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-
alat. Abortus ini terbagi menjadi:
Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan,
dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahlI
Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.
KLINIS ABORTUS SPONTAN
Dapat dibagi atas:
• Abortus Kompletus (Keguguran lengkap): Artinya seluruh hasil konsepsi di­keluarkan
(desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong. Perdarahan den nyeri minimal, Seluruh
hasil konsepsi telah dikeluarkan , Ukuran uterus dalam batas normal,Servik tertutup
Terapi:hanya dengan uterotonika.
• Abortus Inkompletus (Keguguran bersisa): Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Gejala:didapati antara lain adalah
Manfes: amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas; perdarahan yang bisa sedikit atau banyak,
dan biasanya berupa stolsel (darah beku); sudah ada keluar fetus atau jaringan; pada abortus
yang sudah lama terjadi atau pada abortus provakatus yang dilakukan oleh orang yang tidak
ahli, sering teijadi infeksi.
Terapi:Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan transfusi
darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin de­ngan metode digital dan
kuretase.Setelah itu beri obat-obat uterotonika dan antibiotika.
• Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung): Adalah abortus yang sedang
berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan
tidak dapat dipertahankan lagi. ­Perdarahan dengan gumpalan darah ,Nyeri lebih
kuat ,Servik terbuka den teraba ketuban ,Hasil konsepsi masih berada dalam kavum
uteri .
Manfes: nyeri abdomen ( kram suprapubik intermitten, progresif =kontraksi
uterus yg menimbulkan dilatasi serviks), perdarahn pervagina, abortus timbul sblm
12 minggu stlh siklus haid terakhir, kebocoran amnion
Terapi:seperti abortus inkompletus.
• Abortus Iminens (Keguguran membakat): Keguguran membakat dan akan terjadi.
Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat
hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa
minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak.
Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus
dikosongkan (kuret). Perdarahan minimal dengan nyeri/tidak ,Uterus sesuai dengan
umur kehamilan ,Servile belum membuka, Test hamil : positif , USG : Produk
kehamilan dalam betas normal
Manfes: perdarahan per vagina, nyeri abdomen, gejala hamil, satu siklus haid
terlewatkan
Diagnosis:px pelvis: pd px spekulum ada darah kecoklatan dlm vagina, ostium uteri
tertutup, pd px bimanual: uterus membesar, lunak dan tidak nyeri tekan, px
urinalisis: urin normal
Tatalaksana:
- tirah baring/batasi aktivitas, jika ada alat kontrasepsi dlm rahim haus diangkat,
• Missed Abortion: keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam
rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang meninggal ini:
(a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati
(b) bisa diresorbsi kembali sehingga hilang
(c) bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut: fetus papyraceus
(d) bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan
mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
• Gejala:Dijumpai amenorea; perdarahan sedikdt-sedikit yang berulang pada
permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan
tambah rendah, Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan, belakangan
menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2-3
minggu sesudah fetus mati. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada
darah sedikit. Sekali-sekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong.­
Perdarahan minimal ,Sering didahului oleh tanda abortus iminen yang kemudian
menghilang spontan/setelah tempi ,Tanda den gejala laumil menghilang ,USG :
Hasil konsepsi masih dalam uterus namun tak ada tanda ke` langsungan hidupnya

• Terapi:Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desi­dua
dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kure­tase. Dapat juga
dilakukan histerotomia anterior.Hendaknya pada penderita juga diberikan tonika
dan antibiotika.
• Komplikasi:Bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah mati begitu
melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan kuretase
• Abortus Habitualis (Keguguran berulang): keadaan dimana penderita mengalami
keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus
habitualis 3,6 - 9,8% dari abortus spontan.Kalau seorang penderita telah mengalami 2
kali abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal
adalah sekitar 63%.Kalau abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan kehamilan ke
4 berjalan normal hanya sekitar 16%.
Etiologi:
(1) Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya
adalah pembuahan yang patologis.
(2) Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum,
kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron sesudah
korpus luteum atrofis. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam
urin. Selain itu juga bergantung kepada keadaan gizi si ibu (malnutrisi), kelainan antomis
dari rahim, febris undulands (contagious abor­tion), hipertensi oleh karena kelainan
pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/villi terganggu dan fetus jadi mati.Dapat juga
gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus antagonisme.
• Terapi: Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus
habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi
daripada sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya
dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah
operatif: SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage),
• Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik: kegu­guran yang disertai infeksi genital. Abortus septik adalah keguguran
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan
syarat- syarat asepsis dan antisepsis.Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi Rahim.atau akut abdomen.
Terapi:
(1) Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
(2) Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji kepekaan obat):
- Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
- Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam.
- Atau antibiotika spektrum luas lainnya.
(3) 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan banyak; lakukan dilatasi
dan ku­retase untuk mengeluarkan hasil konsepsi
(4) Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita
(5) Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis anti­biotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai
dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.
(6) Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perda­rahan; dilakukan bila keadaan umum membaik dan
panas mereda.
 

ABORSI / ABORTUS
Fransisca S. K. S.Ked (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya)
KET
• kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding
endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba fallopi),
• Etiologi
Faktor dalam lumen tuba :
endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau
membentuk kantong buntu
pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk keluk dan hal ini sering disertai gangguan
fungsi silia endosalping
operasi plastik tuba dan strelisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit
 
Faktor pada dinding tuba
endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba
divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat
itu
 
Faktor di luar dinding tuba
perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur
tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba
 
Faktor lain
migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri – atau
sebaliknya – dapat memperpanjang dari perjalanan telur yang dibuahi ke
uterus ; pertmbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
prematur
fertilisasi invitro
LOKASI
MOLA HIDATIDOSA
Definisi
• Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya
mengalami perubahan hidrofobik
Etiologi

1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari Tropoblast
3. keadaan sosioekonomi yang rendah
4. paritas tinggi
5. kekurangan protein
6. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
Klasifikasi
1. Mola Hidatidosa Sempurna
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel – vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi
dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok –
kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh:
- Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus
- Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
- Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
- Tidak adanya janin dan amnion
2. Mola Hidatidosa Parsial
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan
mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa
yang berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya avaskular,
sementara villi – villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta
yang masih berfungsi tidak terkena.
GEJALA KLINIS
a. Amenorrhoe dan tanda – tanda kehamilan
b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. merupakan
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama
berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi.
c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
d. Tidak dirasakan tanda – tanda adanya gerakan janin maupun ballotement
e. Hiperemesis,
Pasien dapat mengalami mual dan muntah cuku berat.
f. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke – 24
g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti
h. Tirotoksikosis

SUMBER : GABRIELA DA C.M.PEREIRA, S.Ked.Dr. DJAUHAR KUMARA DEWA, Sp.OGSMF OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI RSUD DR. MUHAMMAD SALEHPROBOLINGGO
Perdarahan Gejala dan VT TEST USG PENATALAK
HCG SANAAN
tanda
Abortus Bercak hingga 1. Mengeluh mulas Ostium uteri + Utk ketahui : Observasi
iminens sedang masih tertutup (progonis Pertumbuhan janin yg perdarahan
(Ancaman sedikit/tdk ada baik)/- ada Istirahat
terjadinya keluhan sama (Prognosi Plasenta sdh lepas /blm Tdk boleh koitus
abortus) sekali
s dubia Ukuran kantong gestasi sampai 2
ad apakah sesuai dgn usia minggu
2. Besar uterus malam) kehamilan Bisa diberi
masih sesuai Perhatikan DJJ spasmolitik/tam
bahan
dengan umur
progesterona
kehamilan gar uterus tdk
  kontraksi
 
Abortus Sedang hingga Mengeluh mulas krn Serviks telah 1. Pembesaran uterus Perhatikan KU
insipien kontraksi yg sering mendatar + sesuai usia
dan perubahan
(hasil banyak dan kuat Ostium uteri hemodinamika
konsepsi Besar uterus masih telah membuka kehamilan Segera lakukan
masih sesuai dgn umur Masih teraba 2. Gerak janin dan
pengeluaran
dalam kehamilan jaringan hasil konsepsi
kavum DJJ masih jelas Kuretase
uteri dan walaupun mungkin Pasca tindakan
dlm proses  perbaiki KU
pengeluar mulai tdk normal Pemberian
an) 3. Terlihat penipisan uterotonika
Abortus Pasien bsa Kanalis USG : Kuretase
Inkompletus
Bisa sedikit mengalami servikalis masih Pascatindakan :
(Sebagian hasil maupun anemia atau terbuka 1. Besar uterus lbh uterotonik dan
konsepsis telah syock Teraba jaringan antibiotik
kecil dr umur
keluar dr kavum banyak hemoragik dlm kavum uteri
uteri dan masih sebelum sisa kehamilan
ada yg tergantung jaringan
tertinggal konsepsi 2. Kantong gestasi sulit
jar.yg tersisa dikeluarkan
dikenali
3. Di kavum uteri tdp
masa hiperekoik yg
bentuknya tdk
beraturan
Missed Abortion 1. Tdk merasakan Ostium uterus - USG <12 mnggu
(Embrio atau keluhan apapun masih tertutup, kuretase dan
fetus telah teraba masih 1. Uterus mengecil dilatasi jk serviks
kecuali
meninggal dlm ada jaringan. uterus
kandungan merasakan 2. Kantong gestasi
memungkinkan
sebelum pertumbuhan mengecil dan bntuk >12 mnggu/<20
kehamilan 20 kehamilan tdk mnggu dgn
minggu dan tdk beraturan keadaan serviks
sesuai umur
hasil konsepsi
kehamilan
3. Fetus tdk ada tnda2 uterus masih
seluruhnya kaku  induksi
masih tertahan 2. Bila kehamilan kehidupan
 kuretase
dalam > 14 -20
kandungan mnggumeras
Abortus   1. Demam tinggi   1. Pemberian
infeksiosus 2. Tampak lelah antibiotik(penisilin
(abortus yg 3. Takikardi 4x1,2 juta
disertai infeksi pd 4. Perdarahan unit/ampisilin 4x1 gr
alat genital) pervaginam yg + gentamisin 2 x 80
berbau mg + metronidazol 2
5. Uterus yg x 1 gr. Selanjutnya
membesar dan antibiotik disesuaikan
lembut dgn hasil kultur
6. Nyeri tekan 2. Kuretase dilaksanakan
7. Didptkan apabila tubuh sudah
leukosistosis membaik min 6 jam
pd px.darah stlh pemberian
rutin antibiotik
3. Pasca kuretase :
Uterotonik, antibiotik
dilanjutkan sampai 2
hari bebas demam
Bligted Ovum Abortus spontan Usia kehamilan 7-8 Dilatasi dan kuretase  
(Kehamilan HCG :
14-16 mnggu mnggukantong
anembrionik) mungkin gestasi tdk
Kantung gestasi
tidak + berkembang
berkembang dan atau pd diameter
tidak ada yolk 2,5 tdk ada
11.  Bagaimana patofisiologi dan pathogenesis dari
diagnosis?
• Awal abortus  perdarahan desiduabasalis  nekrosis  hasil konsepsi terlepas
 menurut uterus benda asing, sehingga berkontraksi untuk mengeluarkan.
• Kehamilan <8 minggu : vili korialis belum menembus desidua secara dalam  hasil konsespsi keluar
seluruhnya.
• Kehamilan 8-14 minggu  penembusan lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna 
perdarahan.
• Kehamilan > 14 minggu  janin dikeluarkan lebih dulu daripada plasenta.
• Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion
atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin
masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi, atau fetus papiraseus.

Sumber :Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, jilid I, ed. 3.


12.  Bagaimana tatalaksana pada diagnosis
tersebut?
• Abortus iminens
• Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
• Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien tidak panas dan
tiap empat jam bila pasien panas.
• Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil (-), mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
• Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
• Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
• Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptic untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
• Abortus insipiens
• Bila perdarahan tidak banyak , tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36
jam dengan diberikan morfin.
• Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan
memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.
• Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% 500 ml
dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
• Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
• Abortus inkomplit
• Bila disertai dengan syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer
laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
• Setelah syok diatasi, laukakn kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
i.m.
• Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
• Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.
• Abortus komplit
• Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
• Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah.
• Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.
• Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
• Missed abortion
• Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu
dengan kuret tajam.
• Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau
ketika mengeluarkan konsepsi.
• Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang
laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian
hasil konsepsi diambil dengan canum ovum lalu dengan kuret tajam.
• Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infuse
oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU
dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infuse oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
• Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari di bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam cavum uteri melalui dinding perut.
• Abortus septic
Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit.
• Penanggukangan infeksi :
• Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU i.m tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 g
peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam.
• Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol 500
mg tiap 6 jam.
• Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisil dan metronidazol, ampisilin dan
gentamisin, penisilin dan gentamisin.
• Tingkatkan asupan cairan.
• Bila perdarahan banyak, lakukan transfuse darah.
• Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotic atau lebih cepat lagi
bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
• Pada pasien yang menolak dirujuk, beri pengobatan sama dengan yang diberikan
pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari.
• Di rumah sakit :
• Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi.
• Berikan antibiotic intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g.
• Infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan
cairan.
• Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah, denyut nadi dan suhu badan.
• Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6-8 liter per menit.
• Pasang katetr folley untuk memantau produksi urin.
• Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah
serta reaksi silang, analisis gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
• Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan
pengangkatan sumber infeksi.
• Abortus septic dapat mengalami komplikasi menjadi syok septic yang
tanda-tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardia, ikterus,
kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak napas.

Sumber :Kapita Selekta Kedokteran, FK UI, jilid I, ed. 3.


REFERENSI
• Departemen/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran RSUP Hasan Sadikin, 2014. Panduan Praktis Klinis Obstetri &
Ginekologi. Bandung.
• Hanretty, K.P., 2014. Ilustrasi Obstetri. 7th ed. Singapura: Churchill Livingstone
Elsevier.
• Ikatan Dokter Indonesia, 2014. Panduan Praktis Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: IDI.
• Tanto, C. & Kayika, I.P.G., 2014. Perdarahan pada Kehamilan Muda. In Kapita
Selekta Kedokteran. IV ed. Jakarta: Media Aesculapius. pp.422-25
• JURNAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
• JURNAL UNIMUS

Anda mungkin juga menyukai