Anda di halaman 1dari 69

UJIAN INFEKSI YUNIOR

ANAK LELAKI DENGAN KEJANG DEMAM KOMPLEKS,


TONSILOFARINGITIS AKUT, DAN GIZI BAIK

Oleh:
dr. Irizki Tisna Setiowati S5918080004

Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran UNS/RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
STATUS PASIEN
Identitas pasien
Nama Pasien Nama Orangtua
• An. F
• Tn. S / Ny. W
Usia
• 2 tahun 7 bulan
Usia
• 30 tahun / 24 tahun
Jenis Kelamin
• Laki-laki Pekerjaan
Alamat • Wiraswasta / Wiraswasta
• Surakart
Pendidikan
Masuk RS • SMA / SMA
• 6 Juli 2019
KELUHAN UTAMA

KEJANG
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
3 hari SMRS

• Batuk berdahak dan pilek


• Disertai dengan muntah setelah batuk
• Demam (-), Kejang (-)
• Sesak napas (-) dipengaruhi cuaca (-)
• BAB padat, lendir (-), darah (-)
• BAK sering, warna kuning jernih
• Makan dan minum sesuai porsi dan habis
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
10 jam SMRS

• Batuk berdahak dan pilek masih dirasakan


• Demam (+) mendadak tinggi, turun dengan paracetamol,
naik lagi selang beberapa jam
• Sesak (-), otorrhea (-)
• Nyeri saat BAK (-), Diare (-), Konstipasi (-)
• Mual (-), Muntah (-), Nyeri sendri (-), kejang (-)
• Anak tampak lebih rewel, tidak mau makan, hanya
minum susu sedikit-> dibawa ke RSDM
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
30 menit SMRS

• Kejang (+) ± 5 mnt, seluruh tubuh, mata melirik ke


atas, tangan kaki kaku, kedua tangan melakukan
gerakan yang sama berulang, gigi menggit.
• Mulut berbusa (-)
• Kejang berhenti sendiri kemudian pasien mampu
memanggil ortu dan menangis kuat
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
5 mnt SMRS – di IGD

• Pasien kembali Kejang (+), seluruh tubuh, mata melirik ke atas, tangan
kaki kaku, kedua tangan melakukan gerakan yang sama berulang, gigi
menggit.
• Mulut berbusa (-)
• Kejang berhenti setelah pemberian stesolid suppositoria dengan dosis 5
mg saat di Triase
• Setelah kejang, pasien sadar penuh, menangis kuat, dan tampak rewel
• Demam (+),batuk pilek (+)
• BAB terakhir 1 hari smrs, BAK terakhir ketika di rumah SMRS
RIWAYAT PENYAKIT PASIEN
Riwayat Dahulu Riwayat Keluarga
• Riwayat Kejang: • Riwayat Kejang :
disangkal disangkal
• Riwayat Trauma kepala : • Riwayat alergi :
disangkal disangkal
• Riwayat Opname :
Disangkal
• Riwayat alergi :
Disangkal

Tidak didapatkan faktor risiko penyakit yang diturunkan


dan ditularkan dalam keluarga
Riwayat keluarga
Pohon Keluarga

Tidak didapatkan faktor risiko penyakit yang diturunkan


dan ditularkan dalam keluarga
Riwayat keluarga
Kehamilan dan Persalinan
• Selama hamil Ibu rajin memeriksakan kehamilan di bidan dan dokter kandungan, tidak
pernah sakit dan rawat inap. keluhan perdarahan, kaki bengkak, demam, ataupun tensi
tinggi selama kehamilan tidak didapatkan
• Pasien lahir UK 9 bulan, sesar, di RS karena riwayat partus tidak maju, langsung menangis
keras, tidak kebiruan dan gerakan aktif saat lahir, BBL 2800 gram, PB 48 cm. Tidak
didapatkan ketuban pecah dini maupun demam saat persalinan

Kehamilan dan Persalinan dalam batas


normal
Riwayat nutrisi dan tumbuh kembang
Riwayat Nutrisi Riwayat Tumbuh Kembang

• ASI eksklusif dari usia 0 sampai • Pertumbuhan: BB 7,4kg, PB 70


6 bulan cm
• 6-12 bulan, dikenalkan • Perkembangan
dengan makanan tambahan • Usia 3 bln: tengkurap
secara bertahap • Usia 6 bln: duduk dengan
• 1 tahun, pasien makan bantuan
dengan menu keluarga, 2-3 x • Usia 13 bln: berjalan
sehari
• Saat ini: pasien dapat naik
• Makanan selingan, diberi susu turun tangga, makan sendiri,
formula dan buah-buahan. dan menyusun 2 kata
• Saat sakit, nafsu makan
berkuang, 2x sehari separuh
dari porsi biasanya. namun
pasien minum susu seperti
biasanya

kualitas dan kuantitas


Tumbuh kembang sesuai usia
berkurang selama sakit
Riwayat IMUNISASI DAN SOSIAL
Riwayat Sosial, Ekonomi,
Riwayat IMUNISASI
Lingkungan
• Pasien anak ke 2.
• Hepatitis B : usia 0, 2, 3, 4 • Ayah dan Ibu bekerja sebagai
bulan wiraswasta.
• BCG : usia 1 bulan • Penghasilan berkisar 2.5-3.5
• DPT-HB-Hib : usia 2, 3, 4 bulan jt/bulan.
• Polio : usia 1, 2, 3, 4 • Biaya pengobatan dengan
bulan BPJS
• MR : usia 9 bulan dan • Pasien dan keluarga tinggal
booster usia 18 bulan dirumah milik sendiri. Sumber
listrik: PLN, Sumber air minum:
PDAM. Puskesmas terdekat
1km dari rumah.

Imunisasi dasar sesuai sosial ekonomi baik dan


rekomendasi Kemenkes RI 2017 lingkungan baik
STATUS PASIEN
Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum dan tanda vital
• Keadaan Umum : tampak pucat, kesadaran Composmentis, E4V5M6, gizi baik
• Tanda Vital :
• Laju Nadi : 143x/menit
• Laju Napas : 28x/menit
• Tekanan Darah : 90/60 mmHg
• Suhu : 40,2◦C per aksiler
• Saturasi : 99% (O2 ruangan)
• Status Gizi Antropometri
• Usia 2 thn 7 bln, bb 12 kg, tinggi badan 91 cm
• BB/U= Zscore -2 SD < BB/U < Zscore 0 SD
• TB/U= Zscore -2 SD < TB/U < Zscore 0 SD
• BB/TB= Zscore 0 SD < BB/TB < Z-score 1 SD
• Kesan: gizi baik, normoweight, normoheight (WHO, 2006)
PEMERIKSAAN FISIk
• Kepala : normosefal, lingkar kepala 51 cm (-2SD<LK<0SD;
Nellhause)
• Rambut : warna hitam dan tidak kemerahan, tidak mudah dicabut
• Mata : konjungtiva palpebra pucat (-/-), kelopak mata cekung
(-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 2mm/2mm,
refleks cahaya kanan dan kiri normal
• Telinga : sekret (-/-)
• Hidung : napas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
• Tenggorok : faring hiperemis (+), T2-T2 hiperemis (+), dedritus (-),
kriptae tidak melebar, uvula di tengah
• Mulut : mukosa bibir sianosis (-), mukosa mulut basah (+),
• Leher : tidak teraba kelenjar limfonodi leher.
• Aksila : tidak teraba kelenjar limfonodi di kanan kiri aksila
PEMERIKSAAN FISIk

THORAKS: normochest, retraksi (+) substernal dan intercosta, iga gambang (-)
Jantung
• Inspeksi : iktus kordis tak tampak
• Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga IV linea midklavikula kiri, tidak kuat angkat
• Perkusi :
Batas kanan atas : sela iga II linea parasternal kanan
Batas kanan bawah : sela iga IV linea parasternal kanan
Batas kiri atas : sela iga II linea parasternal kiri
Batas kiri bawah : sela iga IV linea midklavikula kiri
• Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Kesimpulan : dalam batas normal


PEMERIKSAAN FISIk
Depan Kanan Kiri Belakang Kanan Kiri

Inspeksi Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada


Inspeksi Simetris, tidak Simetris, tidak ada
ketertinggalan gerak, ketertinggalan gerak, ada ketertinggalan
tidak ada retraksi tidak ada retraksi ketertinggalan gerak,
subkostal subkostal gerak,
dan interkostal dan interkostal Palpasi Fremitus raba Fremitus raba kiri
kanan tidak tidak dapat
Palpasi Fremitus raba kanan Fremitus raba kiri tidak
dapat dinilai dinilai
tidak dapat dinilai dapat dinilai

Perkusi Sonor Sonor


Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Suara dasar Suara dasar
Auskultasi vesikular, tidak vesikular, tidak
Suara dasar vesikular, Suara dasar vesikular,
ada suara napas ada suara napas
tidak ada suara tidak ada suara napas tambahan tambahan

napas tambahan tambahan

Kesimpulan : dalam batas normal


PEMERIKSAAN FISIk
• Abdomen :
o Inspeksi : dinding abdomen sejajar dengan dinding dada
o Auskultasi : suara bising usus normal
o Perkusi : timpani, tidak ditemukan pekak alih/sisi
o Palpasi : dinding perut supel, hepar dan lien tidak teraba turgor kulit
kembali cepat, nyeri tekan (-).

• Inguinal : tidak teraba kelenjar limfonodi inguinal


• Anogenital : lelaki, tidak terdapat phymosis, lesi anal dan hematoma di
anogenital
• Ekstremitas : Akral dingin (-/-/-/-). Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat CRT <
2 detik, edema, clubbing finger, kebiruan pada ujung jari
tidak didapatkan, akral hangat

Kesimpulan : dalam batas normal


PEMERIKSAAN Neurologis
Reflek Fisiologis : Reflek Patologis : Tanda Meningeal :

Reflek Biceps (+2/+2) Reflek Babinsky (-/-) Kaku kuduk (–)

Reflek Triceps (+2/+2) Reflek Chaddock (-/-) Brudzinzki I/II (-/-)

Reflek Patella (+2/+2) Reflek Oppenheim (-/-) Kernig (-/-)

Reflek Achilles (+2/+2) Reflek Gordon (-/-) Laseque (-/-)

Reflek Schaeffer (-/-)

Reflek Hoffman (-/-)

Kesimpulan : dalam batas normal


PEMERIKSAAN Neurologis
Nervus cranialis :
• Nervus I : sulit dievaluasi
• Nervus II : mengikuti gerakan benda di depan matanya
• Nervus III, IV, VI : pergerakan bola mata ke semua arah dalam batas normal
• Nervus V, VII, XII : wajah simetris saat menangis, dapat menelan dengan baik
• Nervus VIII : menoleh ke arah sumber suara
• Nervus IX : terdapat refleks muntah, uvula di tengah
• Nervus X : terdapat reflek muntah,1berbicara dan menelan dengan baik
• Nervus XI : kepala dapat menoleh ke kanan dan ke kiri dengan baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah 6 juli 2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Eosinfil 0.10 % 1.00 – 2.00


Hb 11.9 g/dl 11.5 – 13.5 Basofil 0.10 % 0.00 – 1.00
Hct 37 % 34 – 40 Netrofil 85.90 % 29.00 – 72.00
AL 10.3 ribu/ul 5.5 – 17.0 Limfosit 7.10 % 60.00 – 66.00
AT 227 ribu/ul 150 – 450 Monosit 6.80 % 0.00 – 6.00
AE 4.11 juta/ul 3.90 – 5.30
Glukosa Darah 98 mg/dl 60 - 100
Sewaktu
MCV 85.1 /um 80.0 – 96.0
MCH 28.5 Pg 28.0 -33.0 Elektrolit
MCHC 35.3 g/dl 33.0 – 36.0 Natrium 138 mmol/L 132 – 145
RDW 13.3 % 11.6 – 14.6 Kalium 3.9 mmol/L 3.1 – 5.1
MPV 7.3 Fl 7.2 – 11.1 Chlorida 100 mmol/L 98 – 106
PDW 26 % 25 – 65 Calsium 1.16 mmol/L 1.17 – 1.29
DIAGNOSIS BANDING DAN KERJA
DIAGNOSIS BANDING

1. Kejang demam kompleks DD meningitis, ensefalitis, epilepsi


2. Tonsilofaringitis akut DD rhinofaringitis akut, tonsilitis akut
3. Gizi baik, normoweight, normoheight.

DIAGNOSIS KERJA

1. Kejang demam kompleks


2. Tonsilofaringitis akut
2. Gizi baik, normoweight, normoheight.
PERMASALAHAN
Kejang demam kompleks

• Pencegahan : pencegahan kejang berulang


• Tatalaksana : Penanganan demam
• Prognosis : Ad vitam -> ad bonam, Ad functionam -> ad bonam,
Ad sanationam -> dubia ad malam

Tonsilofaringitis akut

• Penegakan diagnosis etiologi: Pemfis THT menyeluruh


• Tatalaksana: Pemberian medikamentosa infeksi penyebab
demam dari infeksi tonsilofaringitis akut
• Prognosis : Ad vitam -> ad bonam, Ad functionam -> ad bonam,
Ad sanationam -> dubia ad malam
• Pencegahan: infeksi berulang penyebab demam pada pasien
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana tindakan diagnosis

• Penegakan diagnosis dengan pemeriksaan kultur swab


tenggorok, urinalisa, dan feses rutin untuk mencari penyebab
demam lainnya

Rencana terapi medikamentosa

• Infus D5-1/4 NS 56 ml/jam.


• Injeksi diazepam (0,3 mg/kgBB/kali) = 3,5 mg i.v bolus pelan
diberikan jika pasien kejang.
• Injeksi ampisilin sulbaktam (50mg/kgBB/6jam) = 600mg/6 jam
intravena.
• Injeksi parasetamol (15 mg/kgBB/8jam) = 180 mg/8 jam intravena.
ASUHAN NUTRISI PEDIATRI
Diagnosis Nutrisi

• Diagnosis: gizi baik, normoweight dan normoheight.


Pada saat ini pasien kehilangan nafsu makan, maka
harus dilakukan pengawasan terhadap cakupan
kalori/hari.

Kebutuhan zat gizi

• BB ideal 12 kg, TB aktual 91 cm; RDA sesuai anak laki-


laki usia 1-3 tahun
• Kebutuhan kalori = 102 kkal x 12 kg = 1224 kkal =
1200 kkal/hari
• Kebutuhan protein = 1,8 gr x 12 kg = 21,6 gr/hari
• Kebutuhan cairan = Darrow = 1100 ml/hari
ASUHAN NUTRISI PEDIATRI

Cara pemberian

• per oral

Jenis makanan

• diet nasi lauk 600 kkal + susu 6x100 ml

Evaluasi

• Evaluasi respon
• toleransi terhadap pemberian diet, monitoring
cakupan kalori/hari
Rencana pemantauan

• Pemantauan keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital.


• Pemantauan klinis infeksi
• Pemantauan kejang berulang
• Pemantauan keseimbangan cairan dan diuresis/8 jam.
• Pemantauan nutrisi setiap hari.
• Pemantauan pemberian terapi, evaluasi respon terapi dan
efek samping terapi
Komunikasi, informasi, dan
edukasi

• Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit yang


diderita, penyebabnya, perawatan, pemeriksaan yang akan
dilakukan, pengobatan serta efek samping, prognosis,
komplikasi penyakit.
• Menjelaskan cara pemberian diet.
• Menjelaskan prosedur tindakan dan evaluasi saat kontrol.
• Memotivasi orang tua dan pasien untuk terapi dan kontrol.
STATUS PASIEN
Pemantauan dan Prognosis
Subyektif Perawatan Hari Ke -1 (7 Juli 2019)
06.00
Tidak kejang, demam masih didapatkan (+), batuk (+), pilek (-),
mual(-), muntah (-)

Keadaan umum Tampak sakit sedang, kompos mentis, GCS E4V5M6,


kesan gizi baik

Tanda vital Laju nadi: 115 x/menit, laju napas: 24 x/menit, suhu: 37,1°C (37,1- 39,2°C
per aksilar), Tekanan darah 90/60 mmHg (normotensi)

Pemeriksaan Tenggorokan : faring hiperemis (+), tonsil T2-T2 hiperemis (+) Pemeriksaan
Objektif

fisis fisis lain dalam batas normal

Intake Capaian kalori: kalori masuk 1000 kkal (70%)


Pemeriksaan Darah lengkap, elektrolit, gula darah sewaktu : dalam batas normal
penunjang
Assessment 1. Kejang demam kompleks
2. Tonsilofaringitis akut
3. Gizi baik, normoweight, normoheight

Medikamentosa  IVFD D5-1/4 NS 56 ml/jam


 Ampisilin sulbaktam (5omg/kgBB/^jam) = 600mg/6jam iv
 Parasetamol (15mg/kgBB/8 jam) = 180 mg/8 jam iv
 Diazepam (0,3 mg/kgBB/kali) = 3,5 mg iv jika kejang

Nutrisi Diet nasi lauk 600 kkal + susu 6x100 ml


Plan

Tindakan Kultur swab tenggorok


Urinalisa
Feses rutin

Monitoring KUVS/BCD/8jam
Subyektif Perawatan Hari Ke -2 (8 Juli 2019)
06.00
Tidak kejang, demam masih didapatkan (+), 1x pengukuran,
batuk (-), pilek (-), mual(-), muntah (-)

Keadaan umum Tampak sakit sedang, kompos mentis, GCS E4V5M6,


kesan gizi baik
Tanda vital Laju nadi: 115 x/menit,
Laju napas: 24 x/menit,
suhu: 36,8°C (36,8- 37,9°C per aksilar),
tekanan darah 90/60 mmHg (normotensi)
Objektif

Pemeriksaan fisis
Tenggorokan : faring hiperemis (+), tonsil T2-T2 hiperemis (+)
Pemeriksaan fisis lain dalam batas normal
Intake Capaian kalori: kalori masuk 1000 kkal (70%)

Pemeriksaan
-
penunjang
Assessment 1. Kejang demam kompleks
2. Tonsilofaringitis akut
3. Gizi baik, normoweight, normoheight

Medikamentosa  IVFD D5-1/4 NS 56 ml/jam


 Ampisilin sulbaktam (5omg/kgBB/^jam) = 600mg/6jam iv
 Parasetamol (15mg/kgBB/8 jam) = 180 mg/8 jam iv
 Diazepam (0,3 mg/kgBB/kali) = 3,5 mg iv jika kejang
Plan

Nutrisi Diet nasi lauk 1000 kkal + susu 2x100 ml

Tindakan Urinalisa
Feses rutin
Kultur swab tenggorok
Monitoring
KUVS/BCD/8 jam
Subyektif Perawatan Hari Ke -3 (9 Juli 2019)
06.00
Tidak kejang, demam masih didapatkan (+), satu kali
pengukuran pada malam hari, batuk (-), pilek (-), mual(-),
muntah (-)
Keadaan umum Tampak sakit sedang, kompos mentis, GCS E4V5M6,
kesan gizi baik

Tanda vital Laju nadi: 115 x/menit, laju napas: 28 x/menit,


Suhu: 37°C (37- 38.6°C per aksilar)
Tekanan darah 90/60 mmHg (normotensi)
Pemeriksaan Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T2-T2 hiperemis (-)
fisis Pemeriksaan fisis lain dalam batas normal
Intake Capaian kalori: kalori masuk 1000 kkal (70%)
Obyektif

Pemeriksaan Urinalisa : dalam batas normal


penunjang Pemeriksaan feses rutin : dalam batas normal
Assessment 1. Kejang demam kompleks
2. Tonsilofaringitis akut
3. Gizi baik, normoweight, normoheight

Medikamentosa  IVFD D5-1/4 NS 56 ml/jam


 Ampisilin sulbaktam (5omg/kgBB/^jam) = 600mg/6jam
iv
 Parasetamol (15mg/kgBB/8 jam) = 180 mg/8 jam iv
 Diazepam (0,3 mg/kgBB/kali) = 3,5 mg iv jika kejang
Plan

Nutrisi Diet nasi lauk 800 kkal + susu 4x100 ml

Tindakan Tunggu hasil kultur swab tenggorok

Monitoring KUVS/BCD/8 jam


Subyektif Perawatan Hari Ke -4 (10 Juli 2019)
06.00
Tidak kejang, demam sudah tidak didapatkan, batuk (-),
pilek (-),
mual(-), muntah (-)
Keadaan umum
Tampak sakit sedang, kompos mentis, GCS E4V5M6,
kesan gizi baik
Tanda vital
Laju nadi: 115 x/menit, Laju napas: 28
x/menit,
Suhu: 36.5°C (36.5- 37.1°C per aksilar),
Tekanan darah 90/60 mmHg (normotensi)
Objektif

Pemeriksaan fisis Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T2-T2 hiperemis (-


) Pemeriksaan fisis lain dalam batas normal
Intake
Capaian kalori: kalori masuk 1100 kkal (80%)

Pemeriksaan
Kultur swab tenggorok : no growth
penunjang
Assessment 1. Kejang demam kompleks
2. Tonsilofaringitis akut (perbaikan)
3. Gizi baik, normoweight, normoheight

Medikamentosa  IVFD D5-1/4 NS 56 ml/jam


 Ampisilin sulbaktam (5omg/kgBB/^jam) = 600mg/6jam iv
 Parasetamol (15mg/kgBB/8 jam) = 180 mg/8 jam iv
 Diazepam (0,3 mg/kgBB/kali) = 3,5 mg iv jika kejang
Plan

Nutrisi Diet nasi lauk 800 kkal + susu 4x100 ml

-
Tindakan

Monitoring
KUVS/8 jam
Subyektif Perawatan Hari Ke -5 (11 Juli 2019)
06.00
Tidak kejang, demam sudah tidak didapatkan, batuk (-), pilek (-),
mual(-), muntah (-), nafsu makan sudah kembali baik.

Keadaan umum Tampak sakit ringan, kompos mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi baik

Tanda vital Laju nadi: 115 x/menit, Laju napas: 28 x/menit,


Suhu: 37°C (37- 38.6°C per aksilar),
Tekanan darah 90/60 mmHg (normotensi)
Pemeriksaan Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T2-T2 hiperemis (-)
Objektif

fisis Pemeriksaan fisis lain dalam batas normal


Capaian kalori: kalori masuk 1150 kkal (85%)
Intake

Pemeriksaan
-
penunjang
Assesment 1. Kejang demam kompleks
2. Tonsilofaringitis akut (perbaikan)
3. Gizi baik, normoweight, normoheight

Medikamentosa  IVFD D5-1/4 NS 56 ml/jam


 Ampisilin sulbaktam (5omg/kgBB/^jam) = 600mg/6jam iv
 Parasetamol (15mg/kgBB/8 jam) = 180 mg/8 jam iv
 Diazepam (0,3 mg/kgBB/kali) = 3,5 mg iv jika kejang
Plan

Nutrisi Diet nasi lauk 800 kkal + susu 4x100 ml

Tindakan BLPL
PROGNOSIS
• Ad vitam : bonam
• Ad functionam : bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
ANALISIS KASUS
Tabel 1. Perbedaan kejang dan bukan kejang
Keadaan Kejang Menyerupai kejang
Onset Tiba-tiba Mungkin gradual
Lama serangan Detik/menit Beberapa menit
Kesadaran Sering terganggu Jarang terganggu
Sianosis Sering Jarang
Gerakan ekstremitas Sinkron Asinkron
Stereotipik serangan Selalu Jarang
Lidah tergigit atau luka lain Sering Sangat jarang
Gerakan abnormal bola mata Selalu Jarang
Fleksi pasif ekstremitas Gerakan tetap ada Gerakan hilang
Dapat diprovokasi Jarang Hampir selalu
Tahanan terhadap gerakan pasif Jarang Selalu
Bingung pasca serangan Hampir selalu Tidak pernah
Iktal EEG abnormal Selalu Hampir tidak pernah
Pasca iktal EEG abnormal Selalu Jarang
ANALISIS KASUS
DEFINISI Kejang adalah lepasnya aktivitas listrik abnormal dan berlebihan
dari jaringan neuroglia.

Eksitasi positif
MANIFESTASI motorik, sensorik, psikis
KLINIS
Eksitasi negatif
hilangnya kesadaran, tonus otot,
kemampuan bicara
ANALISIS KASUS

Gambar 1. Bagan Penyebab Kejang2


ANALISIS KASUS
PEMBAGIAN KEJANG MENURUT ILEA (1981)
• Kejang umum: gejala awal kejang dan/atau gambaran EEG menunjukkan keterlibatan kedua
hemisfer.
• Kejang parsial (fokal): gejala awal kejang dan/atau gambaran EEG menunjukkan aktivasi
pada neuron terbatas pada satu hemisfer saja.
ANALISIS KASUS
• Kejang demam  bangkitan kejang pada anak berumur 6 bulan - 5 tahun yang
mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38°C, dengan metode pengukuran suhu
apapun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.

Batasan dikatakan kejang demam:


National Institute of Health (1980) : batasan > 3 bulan,
Nelson dan Ellenberg (1978) dan ILAE (1993) : batasan usia >1 bulan
ANALISIS KASUS
Tabel 2. Klasifikasi Kejang Demam
Kejang demam sederhana Kejang demam Kompleks Status epileptikus demam

Demam dan semua hal Demam dan salah satu Demam dan salah satu dari
di bawah ini: dari hal di bawah ini: hal di bawah ini :
 kejang umum  kejang fokal  berlangsung lebih dari 30
menit
 berlangsung 15 menit  berlangsung lebih dari 15  kejang singkat
atau kurang menit
 tidak berulang dalam 24  berulang dalam 24 jam  berulang tanpa
jam  diantara kejang, pasien pemulihan kesadaran
sadar penuh
 tidak terdapat riwayat
kejang tanpa demam,
abnormalitas neurologis
yang diketahui, atau
adanya infeksi SSP
ANALISIS KASUS
Epidemiologi kejang demam:
• 2% - 5% anak yang berumur < 5 tahun pernah mengalami kejang disertai demam.
• Kejadian terbanyak: usia 17- 23 bulan
• Kejang demam terjadi pada 2-5% anak di Amerika Serikat.
• Di Indonesia: 2008: 2-4 % terjadi pada anak antara usia 6 bulan dan 7 tahun, dan
setengahnya terjadi antara usia 1 - 2 tahun 80% disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan
ANALISIS KASUS
Penelitian kejang demam
• Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado periode Januari 2014
– Juni 2016, kejang demam lebih banyak ditemukan pada usia 1 - 2 tahun, jenis
kelamin laki-laki, tanpa riwayat keluarga, suhu badan >38C, riwayat penyakit yang
mendasari infeksi saluran pernapasan akut, tipe kejang demam kompleks, status gizi
normal, riwayat berat badan lahir normal, serta riwayat jenis persalinan normal.
• Kimia et al: kejang demam terjadi pada 2-5% anak-anak usia 6 bulan hingga 5 tahun,
dengan puncak insidensi pada usia 18 bulan dan jarang terjadi sebelum 6 bulan atau
setelah berusia 3 tahun.
ANALISIS KASUS
Penyebab kejang demam: multifaktor
• kerentanan sistem saraf pusat yang sedang berkembang (SSP) terhadap efek demam,
• kecenderungan genetik
• faktor lingkungan
• Paparan rumah terhadap kebisingan lalu lintas dan polusi udara
• Anemia defisiensi besi
• Defisiensi zinc, vitamin B12, asam folat, selenium, kalsium, dan magnesium
• riwayat kejang demam, kejang demam dalam kerabat tingkat pertama, retardasi
pertumbuhan intrauterin dan keterlambatan perkembangan saraf
ANALISIS KASUS
PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM

• Peningkatan suhu otak mengubah banyak fungsi saraf, termasuk beberapa kanal ion
yang sensitif terhadap suhu  aktivitas neuron masif dan proses inflamasi di perifer dan
otak  kejang

Demam dan hipertermia  pirogen interleukin-1β di hipocampus dan meningkatkan


rangsangan saraf melalui glutamat dan GABA  kejang

Hipertermia  hiperventilasi dan alkalosis  rangsangan saraf  kejang.


ANALISIS KASUS
Diagnosis kejang demam PADA PASIEN:
ANAMNESIS • Anak lelaki berusia 2 tahun 7 bulan
• Kejang, jenis kejang, kesadaran • Keluhan utama: kejang didahului demam
dan lama kejang, suhu 38,5°C disertai batuk dan pilek, muntah
sebelum/saat kejang, frekuensi setelah batuk yang dan dahak yang keluar.
dalam 24 jam, interval, keadaan • Kejang seluruh tubuh dengan mata melirik ke
anak pasca kejang, atas dan gigi geligi tampak seperti menggigit.
• Penyebab demam di luar infeksi • Kejang selama 5 menit. Tidak didapatkan
susunan saraf pusat (gejala ISPA, muntah.
ISK, OMA, dll), kejang demam
kompleks • Kejang berulang dalam 24 jam, yakni
• Riwayat perkembangan, riwayat sebanyak dua kali.
kejang demam dan epilepsi • Pasien sadar setelah kejang berhenti.
dalam keluarga, Riwayat dengan Gerakan aktif, dapat berkomunikasi dengan
penyakit penyebab kejang yang baik, dan tidak ditemukan adanya tanda
lain defisit neurologis pasca kejang
ANALISIS KASUS
Pemeriksaan Fisis pada kejang demam:
• Apakah terdapat penurunan kesadaran;
• Suhu tubuh: apakah terdapat demam;
• Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kerniq, Laseque;
• Pemeriksaan nervus kranial;
• Tanda peningkatan tekanan intrakranial : ubun ubun besar (UUB) membonjol, papil
edema;
• Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK, dan lain-lain;
• Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologis.
ANALISIS KASUS
Pemeriksaan penunjang pada kejang demam:
• Darah perifer lengkap (tidak rutin, tapi dapat mengevaluasi sumber infeksi demam)
• Gula darah
• Elektrolit
• Urinalisis
• Feses rutin.
• Pemeriksaan CSS: menyingkirkan meningitis, diindikasikan usia usia < 18 bulan dengan
tanda klinis meningitis
• EEG (bila bangkitan kejang bersifat fokal)
• CT Scan atau MRI: indikasi  kelainan neurologis fokal, curiga lesi struktural otak,
peningkatan TIK
ANALISIS KASUS
Indikasi pungsi lumbal (level of evidence 2, derajat rekomendasi B):3
• Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
• Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis
• Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang sebelumnya telah
mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut dapat mengaburkan tanda
dan gejala meningitis.
ANALISIS KASUS
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada pasien:

Pemeriksaan Hasil Interpretasi


Darah rutin netrofilia, Infeksi virus dan curiga
limfositopenia dan tumpangan infeksi
monositosis sekunder
Urinalisis Normal
Feses rutin Normal
Kultur Swab No growth

Tanda meningeal sign (-)  EEG tidak dilakukan


Mikrosefal (-), defisit neurologis nyata (-)  CT Scan dan MRI tidak dilakukan
ANALISIS KASUS
TONSILOFARINGITIS AKUT

DEFINISI
Peradangan membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya hingga 14 hari.

EPIDEMIOLOGI
• Insiden meningkat sesuai dengan beratambahnya usia, mencapai puncak pada umur 4-7
tahun, dan berlanjut hingga dewasa.
• Laki – laki = perempuan

ETIOLOGI
• Bakteri dan virus
• Adenovirus, Rhinovirus, Parainfluenza virus
• Virus Epstein Barr (EBV)
• Penyebab tersering: Streptokokus beta hemolitikus grup A
ANALISIS KASUS
TONSILOFARINGITIS AKUT

KLINIS PADA PASIEN


• Vital sign: suhu mencapai 38,5°C (sebelum kejang)
• Pemeriksaan fisis:
o Kepala: (normocephal), pupil mata isokor (2mm/2mm), dan reflek cahaya yang baik.
o Pemeriksaan mulut: Faring hiperemis, Tonsil T2-T2, hiperemis.
o Pemeriksaan neurologis: reflek fisiologis, tonus otot, dan kekuatan motorik dalam batas
normal, reflek patologis (-) spastisitas (-), abnormal pemeriksaan saraf kranialis (-). Tanda
infeksi SSP maupun peningkatan tekanan intrakranial (-)

TANDA TONSILOFARINGITIS AKUT


ANALISIS KASUS
Tatalaksana kejang demam (sesuai algortima)
• Di rumah: diazepam rektal.
oDosis: 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk BB < 12 kg dan
10 mg untuk BB > 12 kg.
oDapat diulang 2x.
• Di RS: diazepam IV
ANALISIS KASUS
Tatalaksana kejang demam
Saat demam: antipiretik dan antikonvulsan
• Antipiretik:
oParacetamol 10-15mg/kgBB tiap 4-6 jam
oIbuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari
Murata et al: asetaminofen merupakan antipiretik aman dan
mencegah kejang demam berulang
• Antikonvulsan
ANALISIS KASUS
• Antikonvulsan
oIntermiten (hanya saat demam)
oProfilaksis intermiten: apabila ada faktor risiko:
• Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
• Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
• Usia <6 bulan Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39
derajat Celsius
• Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh
meningkat dengan cepat.
ANALISIS KASUS
• Antikonvulsan
oRumat (kasus selektif dan jangka panjang), diindikasikan:
• Kejang fokal
• Kejang lama >15 menit
• Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
ANALISIS KASUS
Penatalaksanaan pada pasien:
• Diazepam suppositoria di triase IGD RSDM  kejang berhenti dan tidak
berulang  profilaksis
• Profilaksis saat demam: injeksi parasetamol (15 mg/kgBB/8jam) = 180
mg/8 jam IV
• Klinis tonsilofaringitis akut dan skor centor 3 : injeksi ampisilin sulbaktam
(50mg/kgBB/6jam) = 600 mg/6 jam IV.
ANALISIS KASUS
TONSILOFARINGITIS AKUT

Tabel 4 Skor centor modifikasi untuk membedakan Tabel 5. Interpretasi hasil skor
infeksi virus dan bakteri (Mac Isaac WJ, 2004)
Nilai Resiko Tatalaksana
Kriteria Nilai infeksi
Tidak ada batuk 1 strepto
Limfadenopati koli anterior 1 kokus
Suhu>100,40F (38°C) 1 ≤ 0 1 - 2,5 Kultur tidak dilakukan,
Eksudat atau bengkak di tonsil 1 % Antibiotik (-)
Usia (tahun) 1 1 5– Kultur tidak dilakukan,
3–14 1 10% Antibiotik (-)
15–44 -1 2 11 - 17 Kultur dilakukan, Antibiotik jika
≥45 % kultur (+)
3 28 – Kultur dilakukan, Antibiotik jika
35% kultur (+)
Skor kumulatif ≥ 4 51- 53 Kultur dilakukan, Antibiotik
% empiris/ sesuai kultur
ANALISIS KASUS
TONSILOFARINGITIS AKUT

Terapi pilihan pada Tonsilofaringitis akut Streptokokus grup A :


Penisilin V oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari atau
benzatin penisilin G IM dengan dosis 600.000 IU (BB<30kg) dan 1.200.000 IU
(BB>30kg)

Terapi alternative:
Amoksisilin: dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis selama 6 hari
ANALISIS KASUS
Komplikasi kejang demam
• Kecacatan tidak pernah dilaporkan
• Kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus (kejang lama atau
berulang)
• Kejang berulang: riwayat kejang demam dalam keluarga, usia < 12 bulan,
temperatur yang rendah saat kejang, dan cepatnya kejang setelah
demam.

PADA KASUS:
• kejang terjadi setelah munculnya demam dengan temperatur yang tinggi yakni 40,2oC,
• onset usia lebih dari 12 bulan,
• tidak ada riwayat kejang sebelumnya ataupun riwayat kejang pada keluarga
THANK YOU
REFERENSI
• Lewis DW. Kejang (Serangan Paroksismal). Dalam: Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE.
Nelson Textbook of Paediatric. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2018. h 738-45.
• Mangunatmaja I, Handryastuti S, Risan NA, penyunting. Epilepsi. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2016. h 5-12.
• Pusponegoro H, Widodo DP, Ismael S, Mangunatmadja I, Handryastuti S, penyunting. Rekomendasi
Penatalaksanaan Kejang Demam. Cetakan pertama. Jakarta: Balai Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2016. h 1- 14.
• Seinfeld SA, Pellock JM, Kjeldsen MJ, et al. Epilepsy after Febrile Seizure: Twins suggest genetic influence.
Pediatr Neurol. 2016; 55: 14-6.
• Children’s Health Queensland Hospital and Health Service. Febrile convulsions-Emergency management in
children. Statewide Paediatric Guideline. 2018; 1-7.
• Yunita V, Afdal, Syarif I. Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Kejang Demam Berulang
pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 – Desember 2012.
JKA. 2016; 5(3): 1-5.
• Kakalang JP, Masloman N, Manoppo JIC. Profil kejang demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado periode Januari 2014 – Juni 2016. Jurnal e-Clinic (eCl). 2016; 4(2): 1-6.
• Kimia A, Bachura RG, Torresb A, Harper MB. Febrile seizures: emergency medicine perspective. Curr Opin
Pediatr. 2015; 27: 292–7.
REFERENSI
• Leung AKC, Hon KL, Leung TNH. Febrile seizures: an overview. Drugs in Context. 2018; 7: 1-12.
• Chung S. Febrile Seizures. Korean J Pediatr. 2014; 57(9): 384-95.
• Siqueira LFM. Febrile Seizures: Update on Diagnosis and Management. Rev Assoc Med Bras. 2010;
56(4): 489-92.
• Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, et al, penyunting. Kejang Demam.
Dalam: Pedoman Pelayanan Medis. Edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
h 150-3.
• Murata S, Okasora K, Tanabe T, Ogino M, Yamazaki S, et al.Acetaminophen and Febrile Seizure
Recurrences During the Same Fever Episode. Pediatrics. 2018; 142(5): 1-9.
• Soetomenggolo TS. Kejang Demam. Dalam: Soetomenggolo TS, Ismael S, penyunting. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 1999. h 244-51.
• Nastiti, NR. Tonsilofaringitis Akut. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Nastiti, NR, Bambang S,
Dermawan, BS penyunting. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2018. h 266-
72.
• Emalia D, Yulia I, Yuwono. Ketepatan Skoring McIsaac untuk Mengidentifikasi Faringitis Group A
Streptococcus pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 15, No. 5; 2014. h 302-6.

Anda mungkin juga menyukai