Oleh:
dr. Irizki Tisna Setiowati S5918080004
KEJANG
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
3 hari SMRS
• Pasien kembali Kejang (+), seluruh tubuh, mata melirik ke atas, tangan
kaki kaku, kedua tangan melakukan gerakan yang sama berulang, gigi
menggit.
• Mulut berbusa (-)
• Kejang berhenti setelah pemberian stesolid suppositoria dengan dosis 5
mg saat di Triase
• Setelah kejang, pasien sadar penuh, menangis kuat, dan tampak rewel
• Demam (+),batuk pilek (+)
• BAB terakhir 1 hari smrs, BAK terakhir ketika di rumah SMRS
RIWAYAT PENYAKIT PASIEN
Riwayat Dahulu Riwayat Keluarga
• Riwayat Kejang: • Riwayat Kejang :
disangkal disangkal
• Riwayat Trauma kepala : • Riwayat alergi :
disangkal disangkal
• Riwayat Opname :
Disangkal
• Riwayat alergi :
Disangkal
THORAKS: normochest, retraksi (+) substernal dan intercosta, iga gambang (-)
Jantung
• Inspeksi : iktus kordis tak tampak
• Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga IV linea midklavikula kiri, tidak kuat angkat
• Perkusi :
Batas kanan atas : sela iga II linea parasternal kanan
Batas kanan bawah : sela iga IV linea parasternal kanan
Batas kiri atas : sela iga II linea parasternal kiri
Batas kiri bawah : sela iga IV linea midklavikula kiri
• Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
DIAGNOSIS KERJA
Tonsilofaringitis akut
Cara pemberian
• per oral
Jenis makanan
Evaluasi
• Evaluasi respon
• toleransi terhadap pemberian diet, monitoring
cakupan kalori/hari
Rencana pemantauan
Tanda vital Laju nadi: 115 x/menit, laju napas: 24 x/menit, suhu: 37,1°C (37,1- 39,2°C
per aksilar), Tekanan darah 90/60 mmHg (normotensi)
Pemeriksaan Tenggorokan : faring hiperemis (+), tonsil T2-T2 hiperemis (+) Pemeriksaan
Objektif
Monitoring KUVS/BCD/8jam
Subyektif Perawatan Hari Ke -2 (8 Juli 2019)
06.00
Tidak kejang, demam masih didapatkan (+), 1x pengukuran,
batuk (-), pilek (-), mual(-), muntah (-)
Pemeriksaan fisis
Tenggorokan : faring hiperemis (+), tonsil T2-T2 hiperemis (+)
Pemeriksaan fisis lain dalam batas normal
Intake Capaian kalori: kalori masuk 1000 kkal (70%)
Pemeriksaan
-
penunjang
Assessment 1. Kejang demam kompleks
2. Tonsilofaringitis akut
3. Gizi baik, normoweight, normoheight
Tindakan Urinalisa
Feses rutin
Kultur swab tenggorok
Monitoring
KUVS/BCD/8 jam
Subyektif Perawatan Hari Ke -3 (9 Juli 2019)
06.00
Tidak kejang, demam masih didapatkan (+), satu kali
pengukuran pada malam hari, batuk (-), pilek (-), mual(-),
muntah (-)
Keadaan umum Tampak sakit sedang, kompos mentis, GCS E4V5M6,
kesan gizi baik
Pemeriksaan
Kultur swab tenggorok : no growth
penunjang
Assessment 1. Kejang demam kompleks
2. Tonsilofaringitis akut (perbaikan)
3. Gizi baik, normoweight, normoheight
-
Tindakan
Monitoring
KUVS/8 jam
Subyektif Perawatan Hari Ke -5 (11 Juli 2019)
06.00
Tidak kejang, demam sudah tidak didapatkan, batuk (-), pilek (-),
mual(-), muntah (-), nafsu makan sudah kembali baik.
Keadaan umum Tampak sakit ringan, kompos mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi baik
Pemeriksaan
-
penunjang
Assesment 1. Kejang demam kompleks
2. Tonsilofaringitis akut (perbaikan)
3. Gizi baik, normoweight, normoheight
Tindakan BLPL
PROGNOSIS
• Ad vitam : bonam
• Ad functionam : bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
ANALISIS KASUS
Tabel 1. Perbedaan kejang dan bukan kejang
Keadaan Kejang Menyerupai kejang
Onset Tiba-tiba Mungkin gradual
Lama serangan Detik/menit Beberapa menit
Kesadaran Sering terganggu Jarang terganggu
Sianosis Sering Jarang
Gerakan ekstremitas Sinkron Asinkron
Stereotipik serangan Selalu Jarang
Lidah tergigit atau luka lain Sering Sangat jarang
Gerakan abnormal bola mata Selalu Jarang
Fleksi pasif ekstremitas Gerakan tetap ada Gerakan hilang
Dapat diprovokasi Jarang Hampir selalu
Tahanan terhadap gerakan pasif Jarang Selalu
Bingung pasca serangan Hampir selalu Tidak pernah
Iktal EEG abnormal Selalu Hampir tidak pernah
Pasca iktal EEG abnormal Selalu Jarang
ANALISIS KASUS
DEFINISI Kejang adalah lepasnya aktivitas listrik abnormal dan berlebihan
dari jaringan neuroglia.
Eksitasi positif
MANIFESTASI motorik, sensorik, psikis
KLINIS
Eksitasi negatif
hilangnya kesadaran, tonus otot,
kemampuan bicara
ANALISIS KASUS
Demam dan semua hal Demam dan salah satu Demam dan salah satu dari
di bawah ini: dari hal di bawah ini: hal di bawah ini :
kejang umum kejang fokal berlangsung lebih dari 30
menit
berlangsung 15 menit berlangsung lebih dari 15 kejang singkat
atau kurang menit
tidak berulang dalam 24 berulang dalam 24 jam berulang tanpa
jam diantara kejang, pasien pemulihan kesadaran
sadar penuh
tidak terdapat riwayat
kejang tanpa demam,
abnormalitas neurologis
yang diketahui, atau
adanya infeksi SSP
ANALISIS KASUS
Epidemiologi kejang demam:
• 2% - 5% anak yang berumur < 5 tahun pernah mengalami kejang disertai demam.
• Kejadian terbanyak: usia 17- 23 bulan
• Kejang demam terjadi pada 2-5% anak di Amerika Serikat.
• Di Indonesia: 2008: 2-4 % terjadi pada anak antara usia 6 bulan dan 7 tahun, dan
setengahnya terjadi antara usia 1 - 2 tahun 80% disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan
ANALISIS KASUS
Penelitian kejang demam
• Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado periode Januari 2014
– Juni 2016, kejang demam lebih banyak ditemukan pada usia 1 - 2 tahun, jenis
kelamin laki-laki, tanpa riwayat keluarga, suhu badan >38C, riwayat penyakit yang
mendasari infeksi saluran pernapasan akut, tipe kejang demam kompleks, status gizi
normal, riwayat berat badan lahir normal, serta riwayat jenis persalinan normal.
• Kimia et al: kejang demam terjadi pada 2-5% anak-anak usia 6 bulan hingga 5 tahun,
dengan puncak insidensi pada usia 18 bulan dan jarang terjadi sebelum 6 bulan atau
setelah berusia 3 tahun.
ANALISIS KASUS
Penyebab kejang demam: multifaktor
• kerentanan sistem saraf pusat yang sedang berkembang (SSP) terhadap efek demam,
• kecenderungan genetik
• faktor lingkungan
• Paparan rumah terhadap kebisingan lalu lintas dan polusi udara
• Anemia defisiensi besi
• Defisiensi zinc, vitamin B12, asam folat, selenium, kalsium, dan magnesium
• riwayat kejang demam, kejang demam dalam kerabat tingkat pertama, retardasi
pertumbuhan intrauterin dan keterlambatan perkembangan saraf
ANALISIS KASUS
PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM
• Peningkatan suhu otak mengubah banyak fungsi saraf, termasuk beberapa kanal ion
yang sensitif terhadap suhu aktivitas neuron masif dan proses inflamasi di perifer dan
otak kejang
DEFINISI
Peradangan membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya hingga 14 hari.
EPIDEMIOLOGI
• Insiden meningkat sesuai dengan beratambahnya usia, mencapai puncak pada umur 4-7
tahun, dan berlanjut hingga dewasa.
• Laki – laki = perempuan
ETIOLOGI
• Bakteri dan virus
• Adenovirus, Rhinovirus, Parainfluenza virus
• Virus Epstein Barr (EBV)
• Penyebab tersering: Streptokokus beta hemolitikus grup A
ANALISIS KASUS
TONSILOFARINGITIS AKUT
Tabel 4 Skor centor modifikasi untuk membedakan Tabel 5. Interpretasi hasil skor
infeksi virus dan bakteri (Mac Isaac WJ, 2004)
Nilai Resiko Tatalaksana
Kriteria Nilai infeksi
Tidak ada batuk 1 strepto
Limfadenopati koli anterior 1 kokus
Suhu>100,40F (38°C) 1 ≤ 0 1 - 2,5 Kultur tidak dilakukan,
Eksudat atau bengkak di tonsil 1 % Antibiotik (-)
Usia (tahun) 1 1 5– Kultur tidak dilakukan,
3–14 1 10% Antibiotik (-)
15–44 -1 2 11 - 17 Kultur dilakukan, Antibiotik jika
≥45 % kultur (+)
3 28 – Kultur dilakukan, Antibiotik jika
35% kultur (+)
Skor kumulatif ≥ 4 51- 53 Kultur dilakukan, Antibiotik
% empiris/ sesuai kultur
ANALISIS KASUS
TONSILOFARINGITIS AKUT
Terapi alternative:
Amoksisilin: dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis selama 6 hari
ANALISIS KASUS
Komplikasi kejang demam
• Kecacatan tidak pernah dilaporkan
• Kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus (kejang lama atau
berulang)
• Kejang berulang: riwayat kejang demam dalam keluarga, usia < 12 bulan,
temperatur yang rendah saat kejang, dan cepatnya kejang setelah
demam.
PADA KASUS:
• kejang terjadi setelah munculnya demam dengan temperatur yang tinggi yakni 40,2oC,
• onset usia lebih dari 12 bulan,
• tidak ada riwayat kejang sebelumnya ataupun riwayat kejang pada keluarga
THANK YOU
REFERENSI
• Lewis DW. Kejang (Serangan Paroksismal). Dalam: Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE.
Nelson Textbook of Paediatric. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2018. h 738-45.
• Mangunatmaja I, Handryastuti S, Risan NA, penyunting. Epilepsi. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2016. h 5-12.
• Pusponegoro H, Widodo DP, Ismael S, Mangunatmadja I, Handryastuti S, penyunting. Rekomendasi
Penatalaksanaan Kejang Demam. Cetakan pertama. Jakarta: Balai Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2016. h 1- 14.
• Seinfeld SA, Pellock JM, Kjeldsen MJ, et al. Epilepsy after Febrile Seizure: Twins suggest genetic influence.
Pediatr Neurol. 2016; 55: 14-6.
• Children’s Health Queensland Hospital and Health Service. Febrile convulsions-Emergency management in
children. Statewide Paediatric Guideline. 2018; 1-7.
• Yunita V, Afdal, Syarif I. Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Kejang Demam Berulang
pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 – Desember 2012.
JKA. 2016; 5(3): 1-5.
• Kakalang JP, Masloman N, Manoppo JIC. Profil kejang demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado periode Januari 2014 – Juni 2016. Jurnal e-Clinic (eCl). 2016; 4(2): 1-6.
• Kimia A, Bachura RG, Torresb A, Harper MB. Febrile seizures: emergency medicine perspective. Curr Opin
Pediatr. 2015; 27: 292–7.
REFERENSI
• Leung AKC, Hon KL, Leung TNH. Febrile seizures: an overview. Drugs in Context. 2018; 7: 1-12.
• Chung S. Febrile Seizures. Korean J Pediatr. 2014; 57(9): 384-95.
• Siqueira LFM. Febrile Seizures: Update on Diagnosis and Management. Rev Assoc Med Bras. 2010;
56(4): 489-92.
• Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, et al, penyunting. Kejang Demam.
Dalam: Pedoman Pelayanan Medis. Edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
h 150-3.
• Murata S, Okasora K, Tanabe T, Ogino M, Yamazaki S, et al.Acetaminophen and Febrile Seizure
Recurrences During the Same Fever Episode. Pediatrics. 2018; 142(5): 1-9.
• Soetomenggolo TS. Kejang Demam. Dalam: Soetomenggolo TS, Ismael S, penyunting. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 1999. h 244-51.
• Nastiti, NR. Tonsilofaringitis Akut. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Nastiti, NR, Bambang S,
Dermawan, BS penyunting. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2018. h 266-
72.
• Emalia D, Yulia I, Yuwono. Ketepatan Skoring McIsaac untuk Mengidentifikasi Faringitis Group A
Streptococcus pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 15, No. 5; 2014. h 302-6.