Anda di halaman 1dari 38

FACIAL SOFT TISSUE CHANGES IN CLASS III PATIENTS

TREATED WITH BIMAXILLARY, MAXILLARY ADVANCEMENT


OR MANDIBULAR SET BACK ORTHOGNATHIC SURGERY

(OHDM - VOL. 14 - NO. 2 - APRIL, 2015)

Drg. Panji Hendar Rismanto


Residen Bedah Mulut dan Maksilofasial
Fakultas Kedokteran Gigi UGM
PENDAHULUAN

• Perawatan Maloklusi kelas III yang cukup berat sering membutuhkan


kombinasi dari prosedur ortodontik dan bedah ortognatik.

• Dalam beberapa dekade ini, bedah ortognatik telah diterima secara luas
sebagai metode pilihan untuk mengkoreksi deformitas skeletal sedang
hingga berat pada wajah.

• Koreksi dengan bedah ortognatik, tidak hanya mengkoreksi tulang wajah


tetapi juga berpengaruh terhadap perubahan dari jaringan lunak wajah itu
sendiri.
PENDAHULUAN
• Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur perubahan jaringan lunak
pada sepertiga tengah dan sepertiga bawah wajah setelah prosedur
bedah ortognatik menggunakan tiga teknik yang berbeda, yaitu 1)
Bimaxillary Technique, 2) Maxillary Advancement, dan 3) Mandibular Set
Back Technique.
• Pengukuran perubahan jaringan lunak menggunakan analisis sefalometri.
MALOKLUSI KELAS III
• Maloklusi kelas III tipe dental
• Maloklusi kelas III tipe skeletal
• Maloklusi kelas III tipe dento-skeletal
BEDAH ORTOGNATIK
• Bedah Ortognatik adalah suatu prosedur bedah yang dilakukan untuk
mengkoreksi deformitas wajah.

• Teknik Bedah Ortognatik : 1. Le Fort I Maxillary Osteotomy


2. Mandibular Orthognatic Surgery
- BSSO
- VSSO
- Genioplasty
Dr. Hugo L Obwegeser SEJARAH BEDAH ORTOGNATIK
Dr. Simon P Hullihen (1810-1857)

• 1849  Dr. Simon P Hullihen (The first reported operation to correct malocclusion)
• 1897  Steinhäuser and Berger described osteotomy of the condyle for the
correction of prognathism.
• 1907  Vilray Blair performed the first osteotomy of the mandibular body for the
correction of horizontal mandibular excess
• 1925  Limberg reported the first subcondylar osteotomy as an extraoral technique
• 1927  Wassmund  The first time that an entire Le Fort I osteotomy was used for
surgical correction of a facial deformity
• 1942  Schuchardt advocated the separation of pterygomaxillary junction
• 1955  Obwegeser  Sagittal split osteotomy
• 1965  Obwegeser performed complete mobilization of the maxillafor the first time.
LE FORT I MAXILLARY OSTEOTOMY
BILATERAL SAGITTAL SPLIT
OSTEOTOMY
VSSO
GENIOPLASTY
BEDAH ORTOGNATIK
• Maxillary Advancement
• Mandibular Setback
• Bimaxillary Surgery

• The success of orthognathic surgery depends upon the anatomical details


of the patient, the direction and extent of the necessary displacement, and
the precision of pre-surgical orthodontic planning.
SEFALOMETRI

• Sefalometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran kuantitatif bagian-bagian tertentu kepala
untuk mendapatkan informasi tentang pola kraniofasial.

Fungsi Radiografi Sefalometri


a. Mempelajari pertumbuhan dari kraniofasial.
b. Untuk melakukan diagnosa/analisa kelainan kraniofasial.
c. Untuk mempelajari tipe wajah.
d. Klasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta tipe wajah.
e. Untuk evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat (progress reports).
f. Pembuatan rencana perawatan.
g. Perkiraan arah pertumbuhan.
h. Sebagai alat bantu dalam riset yang melibatkan regio kranio-dento-fasial.
• Nasion kulit (N’) : titik paling cekung pada
pertengahan dahi dan hidung.
• Pronasale ( P / Pr ) : titik paling anterior dari hidung.
• Subnasale (Sn) : titik septum nasal berbatasan
dengan bibir atas.
• Labrale superior (Ls) : titik perbatasan
mukokutaneus dari bibir atas.
• Sulcus Labial Superior (Sls) : titik tercekung di antara
Sn dan Ls.
• Stomion superior ( Stms) : titik paling bawah dari
vermillion bibir atas.
• Stomion inferior ( Stmi) : titik paling atas dari
vermillion bibir bawah.
• Labrale inferior (Li) : titik perbatasan dari membran
bibir bawah.
• Inferior Labial Sulcus (Ils): titik paling cekung di
antara Li dan Pogonion.
• Pogonion kulit (Pog’) : titik paling anterior pada
jaringan lunak dagu.
• Menton kulit (Me’) : titik paling inferior pada
jaringan lunak dagu.
METODE PENELITIAN
Surgical Technique Male Female Total
Maxillary Advancement 1 8 9
(MA)
Mandibular Set Back (MS) 3 4 7
Bimaxillary (BM) 15 17 32
Total 19 29 48
• Analisis sefalometri dilakukan oleh operator dan alat yang sama
• Analisis sefalomteri dilakukan pada :
1. Sebelum perawatan (T1)
2. Sebelum operasi (T2)
3. Setelah operasi (T3)
METODE PENELITIAN
• Landmark jaringan keras dan lunak diukur dalam millimeter pada arah garis
referensi horinsontal dan vertical .
• Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah operasi / pre dan post op.
• Setiap perbedaan dalam jarak dicatat sebagai perubahan karena operasi.
• Pengukuran jarak dan sudut menggunakan software @Pordios
 Sudut SNA (1)
 Sudut SNB (2)
 Sudut ANB (3)
 Sudut GoGn-SN (4)

 Sudut Nasolabial (5)


 Sudut LLA-B’-Pg’ (6)

 Jarak B-B’ (7)


 Jarak Pg-Pg’ (8)
 Jarak Gl-Sn (9)
 Jarak Sn-Me (10)
 Jarak A-HR (1)  Jarak Pg-HR (5)
 Jarak A-VR (2)  Jarak Pg-VR (6)
 Jarak B-HR (3)  Jarak LLA-HR (7)
 Jarak B-VR (4)  Jarak LLA-VR (8)

 Jarak Pg’-HR (9)  Jarak Sn-HR (13)


 Jarak Pg’-VR (10)  Jarak Sn-VR (14)
 Jarak ULA-HR (11)  Jarak Pr-HR (15)
 Jarak ULA-VR (12)  Jarak Pr-VR (16)
 Jarak Sn-LLV (1)
 Jarak LLV-Me’ (2)
 Jarak Sn-St (3)
 Jarak St-Me’ (4)
HASIL PENELITIAN
• Bedah Ortognatik dengan tiga teknik yang berbeda, yaitu BM, MA dan MS
secara umum merubah ukuran atau dimensi arah vertical dan horizontal
dari skeletal ataupun jaringan lunak wajah.
• Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran / analisis sefalometri yang
membandingkan sebelum dengan sesudah operasi, terlihat perubahan
ukuran dan sudut dari skeletal maupun jaringan lunak wajah.

• Namun bagaimana perbandingan perubahan jaringan


lunak dari ketiga teknik operasi yang berbeda tsb???
• Tidak ada perbedaan yang signifikan diantara ketiga grup pada ukuran Pr-
HR, Pg-Pg’, Gl-Sn, Sn-St, dan St-Me
• Terdapat perbedaan signifikan ukuran antara grup MA dan BM pada
pengukuran Sn-HR, ULA-HR, LLA-HR, B’-HR.
• Terdapat perbedaan signifikan ukuran B-B’ antara grup MA dgn MS
• Terdapat perbedaan signifikan Sn-St antara grup MA dgn MS , MA dgn BM
• Terdapat perbedaan signifikan antara MS dan BM pada ukuran sudut
Nasolabial.
• Pada parameter Sn-VR dan ULA-VR menunjukkan perubahan yang signifikan
post op – pre op pada grup MA dan BM, sementara grup MS tidak
menunjukkan perubahan signifikan.
• Pada parameter LLA-VR, B’-VR siginifikan pada grup MS dan BM
• Pg’-HR, Sn-Me, St-Me siginifikan pada grup BM
• Sudut LLA-B’-Pg’ dan sudut Gl-Sn/Sn-Me signifikan ada grup BM
• Hubungan linier sagittal jaringan lunak terhadap skeletal diekspresikan
melalui rasio. Formula rasio tersebut adalah :
DISKUSI
• Perubahan jaringan lunak pada bibir atas terjadi karena kontinuitas
tegangan otot orbicularis oris dan jaringan lunak itu sendiri.
• Meskipun tidak ada manipulasi pada tulang maksila, hidung secara
signifikan bergerak ke depan.
• Hal ini terjadi karena pergerakan yang tidak langsung pada hidung yang
disebabkan oleh tegangan otot orbicularis oris dan jaringan lunak.
• Meskipun tidak signifikan, sudut nasolabial meningkat 21% dari nilai preop
setelah operasi.
• Terdapat pergerakan yang signifikan dari jaringan lunak Pg (0.38%) dan
pergerakan yang kurang signifikan jaringan lunak B (0,20%) setelah
manipulasi pada maksila.
• Pergerakan ke belakang dari jaringan lunak Pg dan B terjadi karena jaringan
lunak sekitar dagu tegang sebelum operasi, kemudian menjadi sedikit
kendur (relaksasi) setelah operasi.
• There was a significant backward movement of soft tissue Pg (0.38%) and
insignificant backward movement soft tissue B (0.20%) after maxillary
advancement. The backward movement of soft tissue Pg and B can be due
to stretching of the soft tissue chin area before surgery and relaxation after
surgery.
• Setelah operasi mandibular set back, jarak Sn-St dan Sn-LLV meningkat
• Hal ini terjadi karena penurunan tegangan pada bibir, sehingga yang pada
awalnya tegangn pada area bibir tinggi ,setelah operasi tegangan pada
area bibir menurun, sehingga bibir atas menjadi turun
• Perubahan ketebalan jaringan lunak pada bibir atas dan bibir bawah serta
pada dagu dipengaruhi oleh kondisi ketebalan awal pasien/preoperative.
Serta dipengaruhi juga oleh seberapa jauh tulang yang digerakkan/digeser
saat operasi.
KESIMPULAN
• Even with the same skeletal movement three surgical techniques have
different effect on soft tissues.
• The ratio of the mean amount of soft tissue change and the skeletal change
differ in three surgical groups, thus soft tissue prediction ratios should be done
separately for three surgery groups.

Anda mungkin juga menyukai