Anda di halaman 1dari 36

CASE REPORT

OTITIS MEDIA AKUT


STADIUM PERFORASI
Pembimbing: dr. Fari Ananda, Sp THT-KL

DISUSUN OLEH:
CICA RIYANTI 1915047
JESICA RACHEL 1915048
MEYLISA GRESIA 1915051
GUNAWAN, VINCENT 1915058
Identitas Pasien

 Nama : An. NB
 Umur : 5 tahun
 JK : Perempuan
 Agama : Islam
 Kota tempat tinggal : Bandung
 Suku Bangsa : Sunda
 Pekerjaan : Pelajar
 Status pernikahan : Belum menikah
Anamnesis
• Keluhan Utama : Keluar cairan dari telinga kiri
• Anamnesis khusus :
Pasien datang ke poliklinik THT dengan keluhan keluar cairan pada
telinga kiri sejak 1 hari yang lalu, cairan berwarna kekuning dan berbau.
Keluhan disertai demam, batuk berdahak dan pilek sejak 2 minggu yang
lalu.
Pada malam hari sebelum keluar cairan, pasien merasa nyeri pada
telinga kiri.
Pasien menyangkal adanya penurunan pendengaran, riwayat trauma
pada telinga.
Anamnesis

Riwayat Penyakit dahulu : pasien baru pertama kali sakit seperti ini, asma
(-), rhinitis alergi (-)
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga pasien yang menderita
keluhan serupa
Riwayat kebiasaan : tidak sering membersihkan telinga
menggunakan cotton bud
Usaha berobat : minum obat paracetamol tapi tidak membaik
Riwayat alergi : tidak ada
Pemeriksaan Fisik

• Keadaan umum : Baik


• Kesadaran : Compos mentis
• Kesan sakit : Ringan
• Berat Badan : 16,5 kg
• Tinggi Badan : 104,5 cm
Tanda Vital
• Tekanan darah : -
• Nadi : 84 x/ menit , regular, equal, isi cukup
• Respirasi : 20 x/menit
• Suhu : 37,2 ºC
Status Lokalis Telinga
Telinga Kanan Kiri
Preauricula
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada

Auricula
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada

Postauricula
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Kanan Kiri
Canalis Acusticus Externus
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Serumen Ada Ada
Benda asing Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Granulasi/ polip/ tumor Tidak ada Tidak ada
Sekret Tidak ada Ada (mukopurulen)

Membran Timpani
Warna Putih mutiara Hiperemis
Permukaan Rata Rata
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Refleks cahaya Ada Hilang
Perforasi Tidak ada Ada (anteroinferior)
Test Pendengaran Kanan Kiri

Tes Bisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Test Penala
• Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• Weber
• Schwabach

Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Hidung Kanan Kiri

Keadaan luar Bentuk dan ukuran normal Bentuk dan ukuran normal
Pasase udara Kurang Kurang

Rinoskopi Anterior
Mukosa Merah Muda Merah Muda
Sekret Ada, bening Ada, bening
Septum Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi
Konka inferior Merah muda, eutrofi (+) Merah muda, eutrofi (+)
Konka media Merah muda, eutrofi (+) Merah muda, eutrofi (+)
Tumor/ Polip Tidak ada Tidak ada

Rinoskopi posterior
Choanae
Mukosa nasofaring Tidak
Konka Dilakukan
Sekret
Status Lokalis Mulut dan Tenggorok

• Mulut : Mukosa merah muda, basah


• Gigi : Caries dentis (-)
• Palatum Durum : Tidak ada kelainan
• Palatum Molle : Tidak ada kelainan
• Uvula : Sentral, deviasi -, merah muda
• Lidah : Tidak ada kelainan
Tonsila Palatina Kanan Kiri

Mukosa Merah muda Merah muda


Ukuran T1 T1
Kripta Tidak melebar Tidak melebar
Detritus (-) (-)
Membran (-) (-)

• Dinding posterior faring : mukosa hiperemis, granula (-), Oedem (-)


• Laring : Laringoskopi indirek: Tidak dilakukan
Resume
• Keluhan Utama : Ottorrhea auris sinistra
• Anamnesis khusus :
Pasien datang ke poliklinik THT dengan keluhan keluar ottorrhea
auris sinistra sejak 1 hari yang lalu, sekret mukopurulen dan berbau.
Keluhan disertai febris, batuk berdahak dan rhinore sejak 2 minggu
yang lalu.
Pada malam hari sebelum keluar cairan, pasien merasa otalgia auris
sinistra. Pasien menyangkal adanya penurunan pendengaran, riwayat
trauma pada telinga.
Status Lokalis

Kanan Kiri
Canalis Acusticus Externus
Sekret Tidak ada Ada (mukopurulen)

Membran Timpani
Warna Putih mutiara Hiperemis
Permukaan Rata Rata
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Refleks cahaya Ada Hilang
Perforasi Tidak ada Ada (anteroinferior)
Usul pemeriksaan
• Kultur dan tes sensitivitas Antibiotik dari sekret telinga
• Tympanometry

Diagnosis
● Diagnosis kerja
Otitis Media Supuratif Akut Stadium Perforasi Auris sinistra
Penatalaksanaan
Non Farmakologi
▪ Edukasi :
▪ Menjaga kebersihan telinga
▪ Mencegah masuknya air ke dalam telinga pasien
▪ Tidak membersihkan telinga sendiri menggunakan
cotton bud
▪ Kontrol berkala
Farmakologi
Antibiotik oral
▪ R/ Amoxicilin syr. 125mg/5ml fls.I
S 3dd cth.I
Dekongestan
▪ R/ Pseudoefedrin syr 60 ml fls.I
S 3dd cth.I
Antipiretik & Analgetik
▪ R/ Paracetamol syr 120 ml fls. I
S 3dd cth.I
Ekspektoran
▪ R/ OBH syr fls.I
S 3dd cth.I
Prognosis
● Quo ad vitam : ad bonam
● Quo ad functionam : dubia ad bonam
● Quo ad sanationam : dubia ad bonam
OTITIS MEDIA AKUT
Anatomi Telinga
Terdiri dari :
- Cavitas Tympani
- Tuba Auditiva
- Ossicula Auditus
Atap Paries Medial/Paries Labyrinthicus :
• Tegmen tympani yang membentuk • Promontorium (penonjolan cochlea)
recessus epitympanicus (ditempati
caput mallei dan corpus incudis)
Cavitas Tympani • Canalis nervi facialis
• Fenestra ovale/fenestra vestibuli (ditempat
oleh basis stapedius)
Paries Lateral :
• Fenestra rotundum/fenestra cochleae
• Membrana tympani
• Chorda tympani

Dasar/paries jugularis
• Lapisan tulang yang berbatasan
dengan v. jugularis interna

Paries posterior/paries mastoideus


• Aditus ad antrum mastoideum

Dihubungkan ke :
- Anteromedial (dengan nasopharing) :
tuba auditiva Paries anterior/paries caroticus
- Posterior (dengan mastoid) : antrum • Ostium tympanicum tuba auditive
mastoideum • Saluran yang dilalui m. tensor tympani
(Tuba Auditiva)
• Bagian :
– 1/3 posterolateral : tulang (pars ossea)
– 2/3 medial : cartilago (pars cartilaginea)
• Otot yang berperan dalam pembukaan tuba auditiva
pars cartilaginea :
– Musculus levator veli palatine
– Musculus tensor veli oalatibe
• Fungsi :
– Menyamakan tekanan auris media dengan tekanan
atmosfer  memungkinakan gerakan membran timpani
– Proteksi terhadap sekret nasopharynx
– Drainase sekret yang dibentuk telinga tengah ke
nasopharynx
• Vaskularisasi
– Arteri pharingea ascendens dan arteri canalis pterydoideus.
• Persafaran :
– Plexus timpanicus dan ganglion pterigopalatina (di anterior
tuba)
FISIOLOGI PENDENGARAN

 Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh


daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara
atau tulang ke koklea.
 Getaran  membrane timpani  telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran (mengamplifikasi getaran) akibat adanya daya
ungkit dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan
tingkap oval.
 Energi getar yang telah diamplifikasi  ke stapes yang mengerakan
tingkap oval  perilimf pada skala vestibuli bergerak.
FISIOLOGI PENDENGARAN

 Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong


endolimfa,  timbul gerak relative antara membrane basilaris dan
membrana tektoria.
 Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel.
 Timbul proses depolarisasi sel rambut  melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinaps  potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran di lobus temporalis.
DEFINISI

 Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh


mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid
dan sel-sel mastoid.
 Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga
tengah dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat
dan singkat (<3 minggu)
ETIOLOGI

 Infeksi bakteri dan virus melalui tuba eustachius


1. Bakteri
 Streptococcus pneumoniae (40%)
 Haemophilus influenzae (25-30%)  sering pada balita
 Moraxella catarhalis (10-15%)
 Streptococcus aureus  sering pada anak-anak, neonatus, dan dewasa
2. Virus
 Respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus
(30-40%)
 Parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus (10-15%)
 Didahului oleh Infeksi Saluran Nafas Atas
FAKTOR RISIKO

 ISPA berulang
 Rhinitis alergi
 Disfungsi tuba eustachii
 Genetik
 Anak yang tidak memperoleh ASI
 Jenis kelamin
 Imunodefisiensi
 Usia (bayi dan anak-anak)
 Gangguan silia traktus respiratorius
 Sosioekonomi rendah
 Paparan asap rokok
INSIDENSI
 Sering pada bayi dan anak- anak karena tuba eustachi
lebih pendek, horizontal dan lebar
 Insidensi di usia 2 tahun
 50% usia < 1 tahun pernah mengalami otitis media
 1 dari 3 anak usai 3 tahun pernah mengalami 3x otitis
media
KLASIFIKASI

Berdasarkan perjalanan penyakit


 Akut : < 3 minggu
Terdapat 5 stadium :
1. Stadium Oklusi
2. Stadium Hiperemis
3. Stadium Supurasi
4. Stadium Perforasi
5. Stadium Resolusi
 Kronis : > 3 minggu
PATOGENESIS
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIK
 OMA stadium oklusi tuba  OMA stadium Supurasi
- Retraksi membran timpani - Membran timpani buldging
- Membran timpani tampak keruh/pucat - Otalgia >>
- Refleksi cahaya ↓/hilang - Febris
- Conductive hearing loss  OMA stadium perforasi
- Otalgia - Sekret purulen keluar
 OMA stadium hiperemis - Otalgia << , febris <<
- Membran timpani hiperemis  OMA stadium resolusi
- Otalgia  Jika perforasi kecil : penyembuhan
luka dan resolusi
- Conductive hearing loss
 Jika perforasi besar : sering masuk air
- Febris  rekuren
 Jika sekret keluar terus menerus > 12
minggu : OMSK
PENATALAKSAAN
 Non Farmakologi  Farmakologi
 Edukasi cara menghindari  Penicilin
telinga dari air,  Amoxicilin
membersihkan cairan di  Co-Amoxiclav
liang telinga  Obat cuci telinga
 Menjaga kebersihan telinga  H2O2 3% eardrop 3-5 hari
 Kontrol berkala (ditetes 3x sehari sebanyak 3
 Cegah ISPA tetes pada telinga yang sakit,
miringkan kepala dan
diamkan 2-5 menit, setelah itu
dikeluarkan lagi)
 Lanjutkan dengan AB topikal
 ofofloxacin
INDIKASI RUJUK SP. THT

 Gagal terapi
 Mastoiditis
 Otore persisten
 Infeksi intracranial
 Membran tympani tidak menutup kembali setelah >3
bulan
KOMPLIKASI

Intratemporal Ekstratemporal
Telinga tengah Intrakranial
 Paresis nervus fasialis  Abses ekstradura
 Kerusakan tulang pendengaran  Abses subdural
 Perforasi membrane timpani  Abses otak
Rongga mastoid  Meningitis
 Mastoiditis Ekstrakranial
 Petrositis  Abses retroaurikular
Telinga dalam  Abses zygomaticus
 Labirintitis  Abses subperiosteal
 Tuli saraf/sensorineural
PROGNOSIS

 Quo ad vitam : ad bonam


 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai