Anda di halaman 1dari 40

PENGOLAHAN DAN PENIMBUNAN

LIMBAH B3
LANDASAN HUKUM DAN MACAM PENGOLAHAN

 Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-03/Bapedal/09/1995


 Tujuan untuk mengurangi, memisahkan, mengisolasi dan atau
menghancurkan sifat/ kontaminan yang berbahaya
 Macam pengolahan:
 Pengolahan fisika – kimia
 Pengolahan stabilisasi dan solidifikasi
 Pengolahan biologis
 Pengolahan thermal
 Pemilihan proses pengolahan, teknologi & penerapannya tergantung
pada evaluasi kriteria yang menyangkut kinerja, keluwesan,
kehandalan, keamanan, operasi, & pertimbangan lingkungan
SYARAT LOKASI
• Di Dalam Lokasi Penghasil
• Merupakan daerah bebas banjir
• Jarak lokasi pengolahan dan fasilitas umum minimal 50 m.
• Di Luar Lokasi Penghasil
• Merupakan daerah bebas banjir;
• Pada jarak paling dekat 150 meter dari jalan utama/jalan tol dan 50 meter untuk jalan lainnya;
• Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah pemukiman, perdagangan, rumah sakit, pelayanan
kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas keagamaan dan pendidikan;
• Pada jarak paling dekat 300 meter dari garis pasang naik laut, sungai, daerah pasang surut, kolam,
danau, rawa, mata air dan sumur penduduk;
• Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah yang dilindungi (cagar alam, hutan lindung dan
lain-lainnya)
SYARAT FASILITAS
 Sistem Keamanan  (24 jam, Pagar, Tanda Bahaya, Penerangan)
 Sistem Pencegah Kebakaran  (Arde, Tanda Peringatan,
Pendeteksi Asap/ Panas, Pemadam, Penataan Jarak Kontainer &
Bangunan)
 Sistem Pencegah Tumpahan Limbah  (Pengawasan Peralatan,
Bahan Penyerap)
 Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat
 Sistem Pengujian Peralatan
 Pelatihan Karyawan
ALTERNATIF PROSES PENGOLAHAN LIMBAH
JENIS DAN KARAKTERISTIK LIMBAH B3 PROSES PENGOLAHAN TIMBULAN

MUDAH MELEDAK

FISIKA - KIMIA
EMISI UDARA MEMENUHI
MUDAH TERBAKAR
BAKU MUTU EMISI UDARA
SESUAI IZIN

BERSIFAT REAKTIF

SOLIDIFIKASI/
BERACUN STABILISASI
(Uji TCLP & LD50) GAS
LIMBAH CAIR MEMENUHI
BAKU MUTU LIMBAH CAIR
CAIRAN
ATAU SESUAI IZIN
MENYEBABKAN
INSINERASI ATAU PADATAN
INFEKSI
PENGHANCURAN
THERMAL

BERSIFAT KOROSIF
LIMBAH PADAT
MEMENUHI BAKU MUTU
LIMBAH ORGANIK PEMANFAATAN TCLP ATAU LD 50
BERACUN KEMBALI
(RECOVERY)
PENIMBUNAN
SESUAI IZIN
LIMBAH AN ORGANIK
BERACUN
Keterangan :
•Baku mutu limbah cair wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Kep-men 03/1991 atau yang ditetapkan oleh Bapedal.
•Baku mutu emisi udara wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Kep-men 13/1995 atau yang ditetapkan oleh Bapedal.
•Penimbunan wajib memenuhi semua persyaratan yang tercantum dalam PP 19/1994 dan ketentuan lain yangn ditetapkan.
PENGOLAHAN FISIK - KIMIA
Tujuan : mengurangi daya racun limbah B3 dan/ atau menghilangkan
sifat/ karakteristik limbah B3 dari berbahaya menjadi tidak
berbahaya
PENGOLAHAN FISIK PENGOLAHAN KIMIA PENGOLAHAN FISIK
Pemisahan Cairan dan • Reduksi – Oksidasi, Penyisihan Komponen-
Padatan : • Elektrolisa, Komponen Spesifik :
• Sentrifugasi, • Netralisasi, • Adsorpsi,
• Klarifikasi, • Presipitasi/Pengendapan, • Kristalisasi,
• Koagulasi, • Solidifikasi/Stabilisasi, • Dialisa,
• Filtrasi, • Absorpsi, • Electrodialisa
• Flokulasi, • Penukar ion, • Evaporasi,
• Flotasi, • Pirolisa • Leaching,
• Sedimentasi, • Reverse osmosis
• Thickening PENGOLAHAN FISIK • Solvent extraction,
Pembersihan Gas : • Stripping
• Elektrostatik presipitator,
• Penyaringan partikel,
• Wet scrubing,
• Adsorpsi karbon aktif
STABILISASI/ SOLIDIFIKASI
 Proses stabilisasi/solidifikasi adalah suatu tahapan proses pengolahan limbah
B3 untuk mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3 melalui
upaya memperkecil/membatasi daya larut, pergerakan/penyebaran dan
daya racunnya (immobilisasi unsur yang bersifat racun) sebelum limbah B3
tersebut dibuang ke tempat penimbunan akhir (landfill).
 Prinsip kerja stabilisasi/solidifikasi adalah pengubahan watak fisik dan
kimiawi limbah B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat (aditif)
sehingga pergerakan senyawa-senyawa B3 dapat dihambat atau terbatasi
dan membentuk ikatan massa monolit dengan struktur yang kekar
(massive).
 Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi
(bahan aditif) antara lain:
1) Bahan pecampur: gipsum, pasir, lempung, abu terbang , dan
2) Bahan perekat/pengikat: semen, kapur, tanah liat dll
TATA CARA KERJA STABILISASI/
SOLIDIFIKASI
1. Limbah B3 sebelum distabilisasi/solidifikasi harus dianalisa karakteristiknya guna
menentukan resep stabilisasi/solidifikasi yang diperlukan terhadap limbah B3
tersebut;

2. Selanjutnya dilakukan uji TCLP untuk mengukur kadar/konsentrasi parameter


dalam lindi (extract/eluate).

3. Selanjutnya dilakukan uji kuat tekan (compressive strength) dengan “Soil


penetrometer test “ dengan harus mempunyai tekanan nilai minimum sebesar 10
ton/m2 dan lolos uji “paint filter test”

4. Selanjutnya harus ditimbun ditempat penimbunan (landfill) yang ditetapkan


pemerintah atau yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan
PENGGOLONGAN SOLIDIFIKASI/
STABILISASI
Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 5
golongan, yaitu:
Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar
Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
Precipitation, yaitu proses pengikatan bahan dengan mengendapkan bahan
pencemar menggunakan bahan kimia pengikat
Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada
bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan Detoxification, yaitu
proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang tingkat
toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
PROSES PENGERASAN DALAM
STABILISASI (1)
1. Proses dengan Penyemenan (Cement Based Process)
• Merupakan pencampuran batu kapur dengan clay atau
campuran silikat pada temperatur tinggi.
• Efektif untuk limbah dengan kadar toksik tinggi, karena
pada pH campuran semen itu sebagian besar kation
multivalen dikonversi menjadi hidroksida atau karbonat
yang tak larut.
• Ion-ion logam juga diikat dalam struktur kristal dari mineral
semen yang terbentuk
2. Proses dengan Pozzolanis (Pozzolanic Process)
• Didasarkan pada reaksi kapur dengan pozzolan dan air untuk
menghasilkan beton pozzolanis.
• Material pozzonalis yang biasa digunakan: abu sisa pembakaran
• Campuran semen dan pozzolan ini terkadang menghasilkan
solidifikasi yang ekonomis dan baik untuk limbah tertentu

3. Proses dengan Teknik Thermoplastis (Thermoplastic Techniques)


• Bisa digunakan untuk limbah radioaktif.
• Prinsipnya: limbah dicampur dengan materi termoplastic (misal
bitumen, parafin, polyethylene), kemudian dikeringkan/
dipanaskan/ didinginkan sehingga memadat
4. Proses dengan Teknik Polimer Organis (Organic Polymer
Techniques)
• Polimer organik yang paling banyak digunakan adalah sistem urea-
formaldehida (UF).
• Prinsipnya: limbah dan polimer dicampur, lalu ditambah katalis dan
pencampuran dilanjutkan.
• Materi terpolimerisasi ini tidak terikat secara kimiawi.
• Cara ini hanya memperangkap limbah padat

5. Proses Teknik Pengkapsulan Permukaan (Surface Encapsulation


Techniques)
• Limbah dikurung bahan yang dapat mengeras, misalnya semen.
• Limbah tersebut tidak bereaksi dengan bahan tersebut, tetapi terkurung
sedemikian rupa sehingga tidak dapat berkontak dengan kondisi luar
6. Proses dengan Teknik Swa-penyemenan (Self Cementing
Techniques)
• Limbah dicampur dengan bahan yang akan mengeras sendiri.
• Biasanya dicampur limbah lumpur dengan kalsium-sulfat yang tinggi yang
dapat menghasilkan semen kalsium sulfat atau sulfit
• Limbah ini kemudian dicampurkan dengan limbah yang akan disolidifikasi
engan penambahan bahan aditif, didapat campuran ang padat (solid)

7. Proses dengan Glasifikasi dan Produksi Mineral atau Keramik


Sintetis (Glasification and Production of Synthetic Mineral or
Ceramic)
• Limbah B3 dicampurkan dengan silika atau campuran glas cair sehingga
akan terbentuk silikat sintetis.
• Cara ini sangat baik karena kristal silikat relatif tidak terlindikan
TEKNIK STABILISASI/FIKSASI (1)
KONTROL KUALITAS
1. KEKUATAN TEKAN (Compresive Strength)
(Pengukuran kekuatan tekan setelah 28 hari)
Perbandingan Nilai Kekuatan Tekan :
a) Beton (PC + PS + Kr) = 30 MN/m2
b) Adukan (PC + Kr) = 20 MN/m2
c) Limbah solidifikasi = 0,7 – 4 MN/m2
2. PERMEABILITAS
Perbandingan angka permeabilitas:
a) Pasir = 1 . 10-4 – 5 . 10-6 m/det
b) Silky sand = 1 . 10-5 – 1 . 10-6 m/det
c) Silt = 1 . 10-6 – 1 . 10-7 m/det
d) Clay = < 1 . 10-12 m/det
e) Beton = 1 . 10-8 m/det
f) Limbah Solidifikasi = 1 . 10-7 – 1 . 10-9 m/det
3. TES PELINDIAN (Leaching Test)
Uji TCLP
4. STABILITAS JANGKA PANJANG
Limbah stabilisasi yang ditanam di landfill setelah 6 tahun
diperiksa kekuatan tekan dan permeabilitasnya
KENDALA SOLIDIFIKSI/STABILISASI
Sifat limbah yang mengganggu proses solidifikasi :
• Senyawa mudah terbakar/ meledak
• Volatil tinggi
• Biodegradable tinggi
• Insektisida
• Pestisida
• Fungisida
• Mengandung borat, gula, dan anion/kation
PENGOLAHAN BIOLOGI
 Dengan bantuan mikroorganisme, mendegradasi senyawa
organik menjadi senyawa/unsur dasar.
 Hanya dapat untuk senyawa organik.
 Relatif murah dan sederhana.
 Perlu pemilihan mikroorganisme, aklimatisasi, metoda yang tepat,
tempat yang luas, waktu yang lama dan nutrient tambahan.
 Perlu ultimate indicator
PENGOLAHAN TERMAL
 Dengan bantuan panas mendestruksi senyawa organik atau menstabilkan senyawa
anorganik
 Persyaratan:
Limbah : pada umumnya untuk senyawa organik, flash point < 40oC.
Insenerator : type, suhu pembakaran, waktu tinggal, tinggi stack, air supply, fuels
 Persyaratan
Emisi
Effisiensi pembakaran
DRE dan dioxin (hanya untuk yang membakar POHCs)
Perkiraan dampak terhadap udara ambient
 Trial Burn Test

Kondisi kosong
Kondisi normal
Kondisi ekstrem
Kapasitas/ tonase
Tingkat kesulitan destruksi
Tingkat bahaya (dapat di-spike)
TATA LAKSANA PENGOLAHAN
TERMAL (1)
1. Pra-Konstruksi:
Menyerahkan laporan kepada KLH tentang: Jadual Konstruksi,
Data Spesifikasi Insinerator, dan hasil modelling penyebaran emisi
gas (Distribusi Gauss)
2. Pra-Operasi:
Melakukan ‘Burn Test’ untuk menentukan Efisiensi Penghancuran
(Destruction & Removal Efficiency/DRE) dan Efisiensi Pembakaran
(EP) serta memprediksi kualitas residu gas, padat dan cair
3. Operasi:
• Sistem pemutus umpan otomatis jika kondisi operasi ‘off set’
• Peralatan insinerator selsu dalam keadaan layak pakai
• Pengujian DRE berkala
• Membakar limbah sesuai dengan jenis limbah yang diijinkan
• Residu/ abu pembakaran dikategorikan sebagai limbah B3
4. Pemantauan:
 Secara kontinu mengukur & mencatat kondisi operasi dan kualitas emisi gas cerobong
 Secara berkala mengukur & mencatat konsentrasi POHCs, PCDDs, PCDFs, dan logam
berat dalam emisi gas cerobong
 Memantau kualitas udara sekeliling & kondisi meteorologi (2 kali/ bulan)
 Mengukur dan mencatat limbah cair (baku mutu)
 Menguji sistem pemutus umpan otomatis (1 kali/minggu)
5. Pelaporan:
 Setiap 3 bulan : pengukuran kualitas emisi cerobong
 Setiap 3 tahun : hasil pengujian ulang DRE
Parameter Baku Mutu
6. Perhitungan: DRE
POHCs 99,99%
PCBs 99,9999%
PCDFs 99,9999%
• DRE = Destruction & Removal Efficiency PCDDs 99,9999%

• Win = Laju aliran masa umpan masuk insinerator


• Wout = Laju aliran masa umpan keluar insinerator
PENIMBUNAN LIMBAH B3

Tujuan dari penimbunan limbah B3 di tempat penimbunan


(landfill) adalah untuk menampung dan mengisolasi limbah
B3 yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan menjamin
perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan
dalam jangka panjang
PERSYARATAN LOKASI
Bebas banjir seratus tahunan, bukan daerah genangan, jarak dengan air
permukaan
Permeabilitas tanah maks 10-7 cm/dt,tidak berongga, tidak bercelah, tidak
berkekar intensif,dan litologi batuan berbutir sangat halus
Sesuai dengan RTR (pemerintah daerah), dan kesuburannya rendah
Secara geologis aman, stabil, tidak rawan bencana dan diluar kawasan
lindung
Tidak merupakan daerah resapan air terutama untuk air minum, jika
terdapat akuifer minimal terdapat jarak 4 meter
Berjarak minimum 500 m dari sumber air permukaan (sungai, danau,
waduk)
Curah hujan kecil (daerah kering)
Kecepatan angin rendah dan bertiup ke daerah tidak berpenduduk atau
berpenduduk jarang
SYARAT LIMBAH B3 YANG DAPAT
DITIMBUN
 Sebagai alternatif pengelolaan limbah B3 terakhir (disposal)
 Memenuhi baku mutu TCLP (Toxicity Characteristic Leaching
Procedure)
 Lolos uji Paint Filter Test
 Lolos uji kuat tekan (compressive strength)
 Sudah melalui proses stabilisasi/solidifikasi, insinerasi, atau
pengolahan fisika dan kimia
 Tidak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, dan
menyebabkan infeksi
 Tidak mengandung zat organik lebih besar dari 10%
 Tidak mengandung PCB, dioxin, radioaktif
 Tidak berbentuk cair atau lumpur
SYARAT RANCANG BANGUN
Lapisan pelindung
Leachate collection dan treatment
Leak detection
Lapisan penutup
Gas collection dan vent (bagi yang organik tinggi)
Ground water well monitoring (base line data for ground water
quality standard)
OPERASIONAL AREA LANDFILL
 Operasi landfill
Minimisasi leachete generation
Pengolahan leachate (baku mutu)
Cell system
Pemantauan kebocoran
Pemantauan air tanah
 Pasca operasi (30 tahun after closure) (pernyataan dari
corporate)
 Verification during erection dan commissioning
KATEGORI LANDFILL LIMBAH B3

• KATEGORI I : DOUBLE LINER LANDFILL


• KATEGORI II : SINGLE LINER LANDFILL
• KATEGORI III : CLAY LINER LANDFILL
• BILA ADA DALAM TABEL 1 KEP NO.04/BAPEDAL/09/1995 : KATEGORI I
• BILA TIDAK: LAKUKAN UJI EKSTRAKSI, HASILNYA DIBANDINGKAN
DENGAN TABEL 2

BILA EKSTRAK BERADA ANTARA STANDAR A DAN B = KATEGORI II


TIPE PENIMBUNAN

Landfill kelas I  (double synthetic liner)


Landfill kelas II  (single synthetic liner)
Landfill kelas III  (clay liner)
Deep well injection
LANDFILL B3 KATEGORI I
FINAL COVER

HAZARDOUS WASTE

PROTECTIVE LAYER
LEACHATE COLLECTOR
FIRST GEOMEMBRAN (HDPE) LAYER
SOIL LAYER
LEAKAGE DETECTOR SYSTEM
SECOND GEOMEMBRAN (HDPE) LAYER

CLAY BASE LAYER

IN SITU SOIL
FINAL COVER

HAZARDOUS WASTE

PROTECTIVE LAYER
LEACHATE COLLECTOR

SOIL LAYER
GEOMEMBRAN (HDPE) LAYER
LEAKAGE DETECTOR SYSTEM

CLAY BASE LINER

IN SITU SOIL
FINAL COVER

HAZARDOUS WASTE

PROTECTIVE LAYER
LEACHATE COLLECTOR

SOIL LAYER

LEAKAGE DETECTOR SYSTEM

CLAY BASE LINER

IN SITU SOIL
LAPISAN PENUTUP AKHIR LANDFILL B3

PLANTATION

TOP SOIL

GEOTEXTILE

DRAINAGE MEDIA

GEOMEMBRANE HDPE
COMPACTED CLAY

GAS COLLECTOR MEDIA

SUBGRADE LAYER: SOIL

HAZARDOUS WASTE
PENANGANAN LINDI
TOP SOIL
SUBSURFACE DRAINAGE
WATER: TO SURFACE DRAINAGE
HDPE

WASTE

LEACHATE COLLECTOR
LEACHATE : TO TREATMENT
HDPE
LEAKAGE DETECTOR
LEACHATE : TO TREATMENT
HDPE

REDUCTION OF LECHATE PERCOLATION TO GROUNDWATER


DEEPWELL INJECTION
Hingga saat ini di Indonesia belum ada
ketentuan mengenai pembuangan limbah B3
ke sumur dalam (deep injection well).
Ketentuan yang ada mengenai hal ini
ditetapkan oleh Amerika Serikat dan dalam
ketentuan itu disebutkah bahwa:
1. Dalam kurun waktu 10.000 tahun,
limbah B3 tidak boleh bermigrasi
secara vertikal keluar dari zona injeksi
atau secara lateral ke titik temu
dengan sumber air tanah.
2. Sebelum limbah yang diinjeksikan
bermigrasi dalam arah seperti
disebutkan di atas, limbah telah
mengalami perubahan higga tidak
lagi bersifat berbahaya dan beracun.

Anda mungkin juga menyukai