Anda di halaman 1dari 18

TINEA PEDIS

DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI


DEFINISI
• Infeksi dermatofita pada kaki.

EPIDEMIOLOGI
• Usia onset: Paling sering 20-50 tahun.
• Jenis kelamin: Laki-laki > perempuan.
• Faktor predisposisi: Cuaca panas dan lembab, alas
kaki yang tertutup, keringat berlebih.
• Penularan: Berjalan tanpa alas kaki pada lantai
yang terkontaminasi.
MANIFESTASI KLINIS
• Durasi: Beberapa bulan hingga beberapa tahun
atau seumur hidup. Gejala dapat meningkat
pada iklim panas.
• Gejala kulit: Biasanya asimptomatis, gatal,
nyeri pada infeksi sekunder bakteri.
• Lesi kulit:
1. Tipe interdigitalis
2. Tipe moccasin
3. Tipe inflamasi/bulosa
4. Tipe ulseratif
1. Tipe Interdigitalis
• Dua pola:
• Skuama kering
• Maserasi, erosi, fisura di sela jari kaki. Sering
terjadi hiperhidrosis.
• Lokasi yang paling sering: Antara jari kaki
keempat dan kelima.
• Infeksi dapat menyebar ke daerah lain yang
berdekatan.
• Diagnosis banding: Eritrasma, impetigo,
keratolisis, Candida intertrigo, infeksi P.
aeruginosa.
1. Tipe Interdigitalis
1. Tipe Interdigitalis
2. Tipe Moccasin
• Eritema yang berbatas tegas dengan papul
kecil di tepi, skuama tipis berwarna putih,
dan hiperkeratosis (terbatas pada tumit,
telapak kaki, bagian lateral kaki).
• Distribusi: Telapak kaki, melibatkan area yang
tampak seperti sepatu balet.
• Satu atau kedua kaki dapat terlibat; lebih
sering bilateral.
• Diagnosis banding: Psoriasis vulgaris,
dermatitis eksematosa (dishidrotik, atopik,
kontak alergi), keratolisis, keratoderma.
2. Tipe Moccasin
3. Tipe Inflamasi/Bulosa
• Vesikel atau bula berisi cairan bening.
• Pus biasanya menunjukkan infeksi sekunder oleh
S. aureus atau streptokokus grup A.
• Setelah vesikel atau bula pecah, terdapat erosi
dengan tepi seperti cincin yang kasar.
• Dapat berhubungan dengan reaksi autosensitisasi.
• Distribusi: Telapak kaki, punggung kaki, sela jari.
• Diagnosis banding: Impetigo bulosa, dermatitis
kontak alergi, eksema dishidrotik, penyakit
bulosa.
3. Tipe Inflamasi/Bulosa
4. Tipe Ulseratif
• Perluasan tinea pedis interdigitalis ke
punggung dan telapak kaki.
• Sering terjadi komplikasi infeksi sekunder
bakteri S. aureus, streptokokus grup A,
streptokokus grup B, Pseudomonas
aeruginosa, eritrasma, Candida albicans.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DAN DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Mikroskopi: Pada tipe bulosa, lakukan kerokan
dari sisi dalam atap bula untuk mendeteksi
hifa.
• Lampu Wood: Fluoresensi negatif biasanya
menyingkirkan diagnosis eritrasma pada
infeksi interdigitalis. Eritrasma dan tinea
pedis interdigitalis dapat terjadi secara
bersamaan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DAN DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DAN DIAGNOSIS
• Kultur:
• Jamur: Dermatofita dapat diisolasi dari 11% sela jari
yang tampak normal dan 31% sela jari yang mengalami
maserasi. Candida spp. dapat menjadi ko-patogen.
• Bakteri: Pada seseorang dengan maserasi interdigitalis,
sering ditemukan S. aureus, dan P. aeruginosa.

DIAGNOSIS
• Terdapatnya hifa pada pemeriksaan mikroskopi,
isolasi dermatofita pada kultur.
PENATALAKSANAAN
• Pencegahan: Menggunakan alas kaki saat mandi di
rumah atau di fasilitas umum, mencuci kaki
dengan benzoil peroksida langsung setelah mandi.
• Agen antijamur:
1. Topikal: Gunakan dua kali sehari pada semua
daerah yang terkena selama 2-4 minggu.
• Imidazole: Clotrimazole, miconazole, ketoconazole,
econazole, oxiconizole, sulconizole, sertaconazole
• Allylamine: Naftifine, terbinafine
• Naphtionates: Tolnaftate
• Pyridone substitusi: Ciclopirox olamine.
PENATALAKSANAAN
2. Sistemik: Diindikasikan pada infeksi yang luas,
kegagalan pengobatan topikal, atau pada tinea
unguium dan tinea tipe moccasin.
• Terbinafine: 250 mg sekali sehari selama 14 hari
• Itrakonazol: 200 mg dua kali sehari selama 7 hari atau
200 mg sekali sehari selama 14 hari
• Flukonazol: 150-200 mg setiap hari selama 4-6 minggu
• Profilaksis sekunder: Penting dalam mencegah
kekambuhan tinea pedis tipe interdigitalis dan
moccasin. Mencuci kaki setiap hari saat mandi
dengan benzoil peroksida, serbuk antijamur, gel
alkohol.
PROGNOSIS
• Cenderung kronis, dengan eksaserbasi pada
cuaca yang panas.
• Dapat menjadi pintu masuk untuk terjadinya
limfangitis atau selulitis.
• Tanpa profilaksis sekunder, sering terjadi
kekambuhan.

Anda mungkin juga menyukai