Anda di halaman 1dari 49

PERAN PEMERINTAH KAB.

GIANYAR
DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

DINAS KESEHATAN KAB. GIANYAR

Disampaikan pada pada Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu


Di 7 (tujuh) Kecamatan Tanggal 1 s/d9 Juli 2019
1 Latar Belakang
• Stunting adalah masalah gizi kronis. Keluarga dan masyarakat belum merasa
bahwa stunting adalah masalah, hal ini dikarenakan belum banyak yang
mengetahui dampak dan pencegahannya.
• Rendahnya temuan masalah gizi termasuk laporan tentang stunting,
berdampak pada perencanaan penanggulangan yang tidak optimal di
berbagai level administratif.
• Setiap anak berhak untuk hidup dan berkembang secara optimal. Semua
pemangku kepentingan tanpa kecuali mempunyai kewajiban sesuai dengan
perannya mendukung kebutuhan dasar anak (UU Perlindungan Kesehatan
Anak No. 23 tahun 2002).
• Anak bebas dari masalah gizi termasuk stunting, selain merupakan hak
setiap anak, juga menjadi komitmen dunia internasional, termasuk Indonesia
sebagaimana tertuang pada MDG’s dan dilanjutkan dengan SDG’s.
Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013 tentang Susu Formula Bayi
dan Produk Bayi Lainnya.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan
Gizi Masyarakat.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 Tahun 2014 tentang Standar Tablet Tambah
Darah bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Kehamilan.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Standar Kapsul Vit. A
bagi Bayi, Anak Balita dan Ibu Nifas.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akredtasi Puskesmas,
Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan Kab/Kota.
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Manajemen Puskesmas.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk
Suplementasi Gizi.
19. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 19
Tahun 2017 tentang Penggunaan Dana Desa.
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa.
21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kemenkes 2015-2019.
22. Keputusan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL) Nomor HK.02.03/D1/I.1/2088/2015 tentang Rencana Aksi Program P2PL Tahun
2015-2019.
23. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 1 tahun 2018 tentang
Pengawasan Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus.
2 Masalah Gizi di Indonesia & Bali
TREND STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA
(RISKESDAS DAN PEMANTAUAN STATUS GIZI)

Waspada Overweight !!!! TARGET WHA (2030) :


Overweight pada balita < 3%
Perbandingan Prevalensi Balita Underweight (BB/U)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
16

14.4
14.4
13.5
13.0
12.8

14

12.2

12.2
11.9
11.6

12

10.2
10.1

9.3

9.1
10

8.8
8.8

8.6
9
8.2
8.1
7.7
7.6

7.4

7.4
8

6.0
5.9

5.1
6
4.7

3.5
4
2.6

0
JEMBRANA TABANAN BADUNG GIANYAR KLUNGKUNG BANGLI KARANG ASEM BULELENG KOTA BALI
DENPASAR

2015 2016 2017


Perbandingan Prevalensi Balita Stunted (TB/U)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017

35

28.9
28.4
28.4

27.2
30

26.1
25.7
25.3

25.1

24.2
25
23.6
23.1

22.2
25

20.6
20.3

19.7
19.0
18.8

18.5
20

16.6
16.2

16.1
15.8

14.8

16
13.6
13.6

13.2
15
11.5

9.6
10

0
JEMBRANA TABANAN BADUNG GIANYAR KLUNGKUNG BANGLI KARANG ASEM BULELENG KOTA BALI
DENPASAR

2015 2016 2017


Perbandingan Prevalensi Balita Wasted (BB/TB)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 - 2017
14
12.8

12

10

8.9

8.9
7.7

7.4
8

6.8
6.8

7
6.2

6.2

6.3
6.0

5.9
5.7
5.6

5.6
5.8

5.5
5.5

5.5
5.3
5.0

5.2
4.7
4.3

4.3

3.8
3.8

3.8
4
2.8

0
JEMBRANA TABANAN BADUNG GIANYAR KLUNGKUNG BANGLI KARANG ASEM BULELENG KOTA BALI
DENPASAR

2015 2016 2017


Perbandingan Prevalensi Baduta Stunted (TB/U)
Menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2016 - 2017

23.0
25.0

20.0
18.6

18.5
18.3
18.1

20.0

17.7

15.3
14.5
14.3
13.7

13.6
15.0
12.3
11.9

11.7
11.3

10.7
10.3
10.0

8.4
7.2
5.0

0.0
JEMBRANA TABANAN BADUNG GIANYAR KLUNGKUNG BANGLI KARANG ASEM BULELENG KOTA BALI
DENPASAR

2016 2017
Permasalahan Gizi dianggap sebagai masalah Gizi
Masyarakat ( WHO, 1997)
Masalah Gizi Pendek/ Kurus/ Gizi Kurang/
Stunted wasted Underweight
Baik < 20% < 5% < 10%
Akut < 20% ≥ 5% ≥ 10%
Kronis > 20% < 5% < 5%
Akut + > 20% ≥5% ≥ 10%
Kronis
BATASAN MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT
INDIKATOR GIZI MENURUT WHO
PREV. BALITA KURUS PREV. BALITA GIZI BURUK+ PREV. BALITA PREV. BALITA GEMUK PENCAPAIAN
DAN SANGAT KURUS KURANG (BB/U) PENDEK+ SANGAT (BB/TB)
(BB/TB) PENDEK
(TB/U)

<5% : baik <10% : baik <20% : baik <5% : baik HIJAU

5-10%: 10-15% : 20-30%: masalah 5-10% : masalah BIRU


masalah ringan masalah ringan ringan ringan

10,1-15% : masalah 15,1-20% : 30,1-40% : masalah 10,1-15% : masalah KUNING


sedang masalah sedang sedang sedang

>15% : masalah >20% : >40% : >15% : MERAH


berat masalah berat masalah berat masalah berat

14
Trend masalah Gizi Bali 2015-2017
PREVALENSI

NO KABUPATEN/ KOTA
BURUK/KURANG KURUS/WASTED PENDEK/STUNTED Masalah Gizi
2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017
1 JEMBRANA 11,8 13,0 12,8 5,4 6,8 12,8 25,5 23,1 25,1 Akut+Kronis

2 TABANAN 9,0 5,9 7,6 2,8 5,0 5,8 19,0 15,8 16,2 Akut

3 BADUNG 4,7 2,6 7,4 5,6 4,3 7,7 13,6 11,5 14,8 Akut

4 GIANYAR 7,9 6,0 7,7 7,4 4,7 5,3 15,8 13,6 22,2 Akut+Kronis

5 KLUNGKUNG 8,0 12,2 5,1 5,5 8,9 3,8 13,1 20,3 16,3 -

6 BANGLI 10,1 11,9 10,2 6,2 6,0 4,3 28,6 25,7 28,4 Akut+kronis

7 KARANGASEM 9,4 14,4 13,5 6,8 5,7 5,2 27,5 26,1 23,6 Akut+Kronis

8 BULELENG 12,2 8,8 14,4 7,0 3,8 8,9 25,3 24,2 28,9 Akut+Kronis

9 DENPASAR 8,2 7,4 3,5 6,1 5,5 3,8 18,4 16,1 9,6 -

BALI 9,0 9,1 8,6 5,9 5,5 6,3 20,7 19,7 19,0 Akut
BESARAN MASALAH GIZI BALITA
BERDASARKAN HASIL PSG PROV BALI 2017 dan RISKESDAS 2013
MASALAH GIZI

Kurus /Wasting Buruk/Kurang Pendek/Stunted Gemuk

NO KAB/KOTA Riskesdas PSG Riskesdas PSG Riskesdas PSG Riskesdas PSG*

1 Jembrana 8.67 12,8 14.93 12,8 34.04 25,1 16.95

2 Tabanan 3.37 5,8 11.32 7,6 32.73 16,2 9.61

3 Badung 10.01 7,7 14.28 7,4 25.05 14,8 11.36

4 Gianyar 12.79 5,3 14.52 7,7 40.99 22,2 19.04

5 Klungkung 1.80 3,8 4.59 5,1 19.22 16,3 9.36

6 Bangli 3.55 4,3 11.56 10,2 39.91 28,4 7.96

4.98 5,2 15.24 39.09 5.42


7 Karang Asem 13,5 23,6
8 Buleleng 11.55 8,9 18.20 14,4 35.66 28,9 14.15

9 Denpasar 10.84 3,8 9.40 3,5 28.79 9,6 14.15

BALI 8.84 6,3 13.15 8,6 32.53 19,0 12.60

*Ket. Belum ada data hasil PSG Prevalensi Gemuk


3 Penyebab Masalah Gizi
18
DEFINISI STUNTING
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya.

Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam


kandungan dan masa awal setelah anak lahir,
stunting baru nampak setelah anak usia 2 tahun.

Sebanyak 1 dari 3 anak Balita di Indonesia mengalami Stunting*

Balita stunting ditandai kondisi fisik panjang badan atau tinggi


badan anak lebih pendek dari anak normal seusianya.

* Sumber : Riskesdas Tahun 2013 19


DAMPAK STUNTING BAGI INDIVIDU DAN NEGARA
Penyebab Multi
Dimensi

BALITA
STUNTING
Stunting berakibat: (TB/U)
1.GAGAL TUMBUH –
Pendek (TB/U), Kurus MENGHAMBAT
(BB/TB) Pembangunan
2.GAGAL KEMBANG – dan Peluang
Menjadi
Gangguan kognitif, lambat
NEGARA
menyerap pelajaran
Riskesdas 2013  MAJU
3.GANGGUAN
METABOLISME TUBUH – 37,2 (9 Juta)
potensi untuk terkena
penyakit tidak menular Masalah
(PTM) Kesehatan (di
atas ambang
batas 20%)
STUNTING BISA DICEGAH DENGAN MEMASTIKAN KESEHATAN YANG BAIK
DAN GIZI YANG CUKUP PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN

1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) yang Optimal


Gizi tepat + Pencegahan Penyakit = Tumbuh Kembang Optimal = Mencegah Stunting
4 Peran Pemerintah & Stakeholder
PEMBANGUNAN KESEHATAN
KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH
PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

Salah satu Kewajiban Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah:


(pasal 67 UU No. 23 Tahun 2014)

“MELAKSANAKAN PROGRAM STRATEGIS NASIONAL”

Yang dimaksud dengan “Program Strategis Nasional” adalah program yang ditetapkan Presiden
sebagai program yang memiliki sifat strategis secara nasional dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan serta menjaga pertahanan dan keamanan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

STUNTING merupakan Program Strategis Nasional


Perpres 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi

24
SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PADA RPJMN 2015 - 2019
1.Percepat eliminasi Penyakit Menular, INDIKATOR STATUS AWAL TARGET 2019

2. penurunan Gizi Buruk Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat


1 Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup 346 (2010) 306
3. Utamakan Pencegahan Penyakit
4. Hentikan Merokok 2 Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup 32 (2012/2013) 24
5. Pendekatan Keluarga Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada
3 19,6 (2013) 17
anak balita (persen)
KETETAPAN PIMPINAN NASIONAL Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek)
4 32,9 (2013) 28
5 PILAR PENANGANAN STUNTING pada anak baduta (bawah dua tahun) (persen)
PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK (PMBA)
SANGAT PENTING DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN

PEMBERIAN ASI YANG OPTIMAL


a. Penurunan AKI & AKB
(SESUAI STANDAR EMAS PMBA)
1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera b. Perbaikan Gizi
setelah lahir khususnya stunting
c. Pengendalian Penyakit Menular
2. ASI Eksklusif selama enam bulan (ATM: HIV/ AIDS, Tuberkulosis &
pertama Malaria
3. Melanjutkan menyusui sampai usia 2 d. Pengendalian Penyakit Tidak
tahun atau lebih, disertai Makanan Menular (Hipertensi, Diabetes
Pendamping ASI yang adekuat. Melitus, Obesitas & Kanker)

Sumber: Global Strategy on Infant and Young Chlid Feeding, WHO/UNICEF 2002

26
Arah Perbaikan Gizi
Peningkatan mutu gizi dilakukan melalui :
a.perbaikan pola konsumsi makanan
yang sesuai dengan gizi seimbang;
Arah perbaikan gizi adalah: b.perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas
MENINGKATNYA MUTU GIZI fisik, dan kesehatan;
perorangan dan masyarakat c. peningkatan akses dan mutu pelayanan
(UU 36 tahun 2009) gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu
dan teknologi; dan
d.peningkatan sistem kewaspadaan
pangan dan gizi.

27
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
BIDANG KESEHATAN
(PERMENKES NO. 43 TAHUN 2016)

Setiap Balita Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar. Pemerintah Kabupaten/ Kota
Wajib Memberikan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Kepada Semua Balita Di Wilayah Kerjanya
Dalam Kurun Waktu Satu Tahun:
• Penimbangan Minimal 8 Kali Setahun, Pengukuran Panjang/ Tinggi Badan Minimal 2 Kali
Setahun
• Pemberian Kapsul Vitamin A 2 Kali Setahun
• Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Keterkaitan Penurunan Prevalensi Stunting dgn SPM, PIS-PK, Germas, serta Dukungan Terhadap SPM
Indikator
Indikator SPM
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Strategi Utama Penurunan Stunting:
Pendekatan Multisektor dan Intervensi Terintegrasi
Intervensi Gizi Spesifik (Kemkes) Intervensi Gizi Sensitif

• Suplementasi gizi makro dan mikro (TTD,


Vitamin A, taburia)
• ASI Eksklusif, MP-ASI Kem Air bersih dan
PAUD Kemdikbud sanitasi
PU&PR
• Fortifikasi
• Kampanye gizi seimbang
• Kelas ibu hamil
• Obat cacing Ketahanan
Fortifikasi Kemperin Kemtan
pangan
• Penanganan kekurangan gizi
• JKN

Enabling Factors Bantuan


Keamanan pangan
pangan non Kemsos BPOM
• Kemdagri (NIK, akta lahir, APBD) tunai, PKH

• Kemendes PDTT (Dana Desa)

• Kemenkeu (Dana Insentif Daerah) Kesehatan Kursus


reproduksi, Bina BKKBN Kemenag pranikah,
Keluarga Balita pendidikan gizi,
Bappenas: Koordinator Pelaksana pemuka agama
Teknis
Intervensi Spesifik dan Sensitif

Intervensi yang ditujukan kepada anak


dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

1
Intervensi Gizi Spesifik Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor
(berkontribusi 30%) kesehatan. Intervensi spesifik bersifat
jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam
waktu relatif pendek.

Intervensi yang ditujukan melalui berbagai


Intervensi Gizi

2
kegiatan pembangunan diluar sektor
Sensitif kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat
(berkontribusi 70%)
umum, tidak khusus untuk 1.000 HPK.
Intervensi Gizi Spesifik
1. Ibu hamil 6. Lansia
• Konseling gizi
 Suplementasi besi folat • Pelayanan gizi
 PMT ibu hamil KEK Lansia
2.Ibu Menyusui  Penanggulangan kecacingan
 Suplemen kalsium 5. Remaja & Usia
 Promosi menyusui / produktif
ASI Eksklusif
 Konseling Menyusui
• Kespro remaja
3.Bayi & Balita • Konseling: Gizi
• Suplementasi Fe

 Pemantauan pertumbuhan
 Suplemen vitamin A 4. Usia sekolah
 Pemberian garam iodium
 PMT / MPASI
• Penjaringan Efektif jika
 Fortifikasi besi dan kegiatan • Bln Imunisasi Anak Sekolah
suplementasi (Taburia) cakupan sudah
• Upaya Kes Sekolah mencapai 90%
 Zink untuk manajemen diare • PMT anak sekolah
 Pemberian obat cacing • Promosi MJAS di sekolah 32
INTERVENSI GIZI SENSITIF

BKP/PERTANIAN PU
Ketahanan Air Bersih
Pangan dan & Sanitasi
Gizi
PP DAN PA
BPJS Remaja
Jaminan Perempuan
Kesehatan
Nasional

SOSIAL AGAMA
Penanggulangan BKKBN Pendidikan Gizi
Kemiskinan Masyarakat
DIKBUD
Keluarga
Berencana
33
PENETAPAN 5 PILAR
PENCEGAHAN STUNTING
2019: 100+60 KAB/KOTA

PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5

Kampanye Nasional Konvergensi,


Komitmen dan Berfokus pada Koordinasi, dan
Mendorong Pemantauan
Visi Pimpinan pemahaman, Konsolidasi
Kebijakan dan Evaluasi
Tertinggi Negara perubahan perilaku, Program Nasional,
komitmen politik “Nutritional
Daerah, dan
dan akuntabilitas Food Security”
Masyarakat
Peran Pemerintah & Stakeholder dalam Percepatan
Penurunan Prevalensi Stunting
1. Meningkatkan Peran Serta Aktif Keluarga & Masyarakat
 Meningkatnya pengetahuan, deteksi dini dan ketrampilan praktik dalam
pemenuhan gizi (sejak remaja putri, bumil, busui & balita), pola asuh, stimulasi
pertumbuhan & perkembangan anak.
 Meningkatnya keluarga (remaja putri, WUS, bumil, bulin, bufas dan anak balita)
dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dan tindaklanjutnya.
 Meningkatnya upaya keluarga dan masyarakat dalam melakukan deteksi dini gizi
buruk dan stunting serta tindaklanjutnya.
 Meningkatnya peran aktif dan pemanfaatannya untuk Posyandu, BKB, dan PAUD.
 Mengoptimalkan pemanfaatan alokasi dana insentif daerah, alokasi dana desa
& dana PKH dalam mendukung peningkatan kesehatan remaja, ibu & anak balita.
POLA ASUH GIZI
Pola asuh gizi adalah cara pemberian
makanan yang sesuai dengan kebutuhan anak
Pemantauan
Pertumbuhan

Bayi baru
IMD
lahir

Bayi usia ASI


0-6 bulan Eksklusif

Anak usia
ASI +
6 bulan –
MPASI
2 tahun
OPTIMALISASI KEGIATAN GIZI DI POSYANDU

LANGKAH-LANGKAH

37
Program Kesehatan Remaja
• Sekolah:
– UKS (Edukasi, Pengobatan Kecacingan,
Imunisasi, Rapor Kesehatanku)
– Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)  Kampanye
Jajanan sehat (keamanan pangan) PUGS
Gen Re UKS
• Komunitas:
– Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) &
Generasi Rencana, Kesehatan Reproduksi,
Narkoba, pendidikan keterampilan /kecakapan
hidup (life skills education) Gizi
PKPR PJAS
Remaja
• Kampanye Gizi Seimbang

• Program gizi yang masih berjalan hanya


distribusi tablet tambah darah (TTD)

• Dalam Program Kesehatan Remaja : Gizi belum merupakan isu prioritas


• Dalam Program Gizi : Remaja bukan merupakan isi prioritas dan hanya
1/20/2020 ada program distribusi TTD untuk WUS (termasuk remaja putri) 38
SURVEILANS GIZI
DEFINISI: KEGIATAN PENGAMATAN SECARA TERATUR DAN TERUS MENERUS
TERHADAP STATUS GIZI MASYARAKAT SEBAGAI DASAR UNTUK MEMBUAT
KEPUTUSAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN STATUS GIZI MASYARAKAT”. (FAO,WHO,
UNICEF pada Kongres Pangan Sedunia, Roma 1974, dan Publikasi Metodologi Surveilans Gizi, 1976, )

Mengamati secara terus menerus, tepat waktu


dan teratur
TERHADAP:
Keadaan gizi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
UNTUK:
Tindakan Segera, Dasar Perumusan Kebijakan,
Perencanaan Program, Monitoring Dan
Evaluasi Program Gizi Masyarakat
DETEKSI DINI GIZI BURUK MELALUI
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

 Bila kecenderungan grafik “N” KESALAHAN MENILAI STATUS


 pertumbuhan tidak bermasalah PERTUMBUHAN

 Bila kecenderungan grafik “T” Berat Badan Berat Badan


Bulan Lalu Bulan ini
 pertumbuhan bermasalah DIBANDINGKAN

 GIZI BURUK
PENILAIAN KADER/
TENAGA KESEHATAN

ASAL NAIK
Grafik Berat Badan Mengikuti Garis Pertumbuhan

Tidak Naik

Naik

41
PEMANFAATAN DANA BOK UNTUK PENURUNAN PREVALENSI STUNTING
BERDASARKAN SIKLUS HIDUP

• KB bagi PUS
• Kesehatan • PKRT

• Imunisasi anak
reproduksi • Deteksi PM dan
sekolah • Konseling gizi PTM
• SDIDTK
• Imunisasi • Penjaringan anak HIV/AIDS dan • Kesehatan OR dan
• ASI eksklusif • Gizi usia sekolah NAPZA kerja
• Imunisasi dasar • • Tablet Fe

Kolaborasi PAUD, BKB, • PMT
P4K lengkap dan Posyandu


Buku KIA
ANC terpadu
• Pemberian makan • Deteksi dan Simulasi • Integrasi UKS dan • Konseling Kespro

• Penimbangan kognitif SBH Krida penyakit

Kelas Ibu Hamil
• Vit A • PKRT
APN • Penggunaan kelambu
• RTK • MTBS pada balita • Skrining penyakit
• Kemitraan Bidan Dukun • Penggunaan kelambu di sekolah
• KB PP pada bayi • Pemeriksaan kontak TB
• PONED/ PONEK pada balita
• Pemeriksaan kontak TB
pada bayi

PELAKSANAAN KUNJUNGAN PIS PK, PENGUATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI STBM, PENGGALANGAN DUKUNGAN
42
MASYARAKAT, PEMBINAAN KESEHATAN KELOMPOK MASYARAKAT, ADVOKASI KESEHATAN LINTAS SEKTOR
CONTOH
PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PENANGGULANGAN STUNTING

DANA DESA DAPAT DIGUNAKAN UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN


KESEHATAN, PENGURANGAN GIZI BURUK DAN PERBAIKAN SANITASI
Pencegahan Stunting dan Peningkatan Kualitas Gizi
Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi Gizi Sensitif lingkup Kemenkes:
1. Pemberian Tablet Tambah Darah untuk remaja putri, calon 1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
pengantin, ibu hamil (suplementasi besi folat) 2. Penyediaan air bersih dan sanitasi
3. Pendidikan gizi masyarakat
2. Promosi dan kampanye Tablet Tambah Darah 4. Imunisasi
3. Kelas Ibu Hamil 5. Pengendalian penyakit Malaria
4. Pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan bagi ibu hamil 6. Pengendalian penyakit TB
7. Pengendalian penyakit HIV/AIDS
yang positif malaria 8. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta
5. Suplementasi vitamin A Gizi pada Remaja
9. Jaminan Kesehatan Nasional
6. Promosi ASI Eksklusif 10. Jaminan Persalinan (Jampersal)
7. Promosi Makanan Pendamping-ASI 11. Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS PK)
8. Suplemen gizi mikro (Taburia) 12. Nusantara Sehat (Tenaga Ahli Gizi dan Tenaga Promosi Kesehatan,
Tenaga Kesling)
9. Suplemen gizi makro (PMT) 13. Akreditasi Puskesmas dan RS
10. Promosi makanan berfortifikasi termasuk garam beriodium dan besi
11. Promosi dan kampanye gizi seimbang dan perubahan perilaku
12. Tata Laksana Gizi Kurang/Buruk
13. Pemberian obat cacing
14. Zinc untuk manajemen diare
15. Kelas Ibu Balita Penguatan Surveilans Gizi
16. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
di Puskesmas
44
PERAN PEMERINTAH

45
PERAN STAKEHOLDER
MEDIA MASSA DUNIA USAHA
Mempublikasikan LEMBAGA SOSIAL Pengembangan produk dan
informasi yang mendukung KEMASYARAKATAN/CSOs program yang mendukung
pembangunan kesehatan (Berbagi informasi distribusi
secara terus menerus sumber daya, penerapan CSR
sesuai dasar hukum)

PERCEPATAN
MITRA PEMBANGUNAN
Memperkuat Inisiasi,
PERBAIKAN PARLEMEN
Kolaborasi, dan Monev GIZI Menjalankan
fungsi legislatif

ORGANISASI PROFESI BADAN-BADAN PBB


Memperluas dan
DAN AKADEMISI PEMERINTAH PUSAT mengembangkan kegiatan
Think Tank DAN DAERAH serta fasilitasi pemerintah
Inisiator, Fasilitator, dan untuk keberhasilan program
Motivator 46
Penyebab masalah gizi saling berkaitan
antara satu dan lainnya
Rendahnya akses POLA ASUH Rendahnya akses
terhadap yang kurang baik terhadap
MAKANAN terutama pada PELAYANAN
perilaku dan praktek
dari segi jumlah KESEHATAN
pemberian makan
dan kualitas gizi bayi dan anak termasuk akses
sanitasi dan air
bersih

AKAR MASALAH
Politik, sosial dan Kemiskinan Kurangnya Degradasi
pemberdayaan Lingkungan
budaya perempuan
47
HARAPAN
• Peningkatan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya 1000
HPK dan implementasinya untuk mencegah masalah kesehatan dan
gizi, khususnya stunting.

• Penguatan tenaga kesehatan tentang Paradigma Sehat dan


implementasinya di lapangan.

• Advokasi, Sosialisasi dan penggalangan kemitraan antar K/L


kesehatan dan non kesehatan untuk bekerja secara terpadu dan
terintegrasi dengan tujuan pembangunan kesehatan.
TERIMA KASIH

49

Anda mungkin juga menyukai