Anda di halaman 1dari 35

Kebijakan Dinas Kesehatan Provinsi Papua

dalam Penggerakan Pencegahan Stunting

dipresentasikan oleh: CHRISTINA SIREGAR


Kasie. Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Papua
Wamena, 23 April 2019
BIODATA

• NAMA : drg. CHRISTINA SIREGAR, M.Kes


• NIP : 196706241993032016
• TEMPAT/TGL LAHIR : JAYAPURA/ 24 JUNI 1967
• PANGKAT/GOL : PEMBINA/ IV A
• JABATAN : KASIE. KESEHATAN KELUARGA
DAN GIZI
• INSTANSI/UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN PROVINSI
PAPUA
• ALAMAT INSTANSI : JL RAYA ABEPURA – KOTARAJA
• HP/ WA : 082197517642
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada
anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis
sehingga anak lebih pendek untuk usianya.
(kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam
kandungan dan pada masa awal kehidupan
setelah lahir, tetapi baru nampak setelah anak
berusia 2 tahun)

Stunting dapat dicegah dengan


memastikan kesehatan yang baik dan
gizi yang cukup pada 1000 Hari
Pertama Kehidupan
STUNTING DALAM TUJUAN GLOBAL 2030

MENGHILANGKAN
KELAPARAN, MENCAPAI
KETAHANAN PANGAN DAN
GIZI YANG BAIK, SERTA
MENINGKATKAN PERTANIAN
BERKELANJUTAN

PADA TAHUN 2030,


MENGAKHIRI SEGALA
BENTUK MALNUTRISI
TERMASUK STUNTING
PADA BADUTA
DAN BALITA
PRIORITAS PEMBANGUNAN
KESEHATAN
(RPJMN BIDANG KESEHATAN 2015-2019)

a. Penurunan AKI & AKB


b. Perbaikan Gizi khususnya stunting
c. Pengendalian Penyakit Menular
d. Pengendalian Penyakit Tidak
Menular

Program Indonesia Sehat dengan


Pendekatan Keluarga dan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
KEBIJAKAN DINAS KESEHATAN PROVINSI PAPUA

VISI
PAPUA SEHAT
DINAS KESEHATAN: MENUJU PAPUA
MANDIRI, BANGKIT
DAN SEJAHTERA

INDIKATOR SASARAN: MENINGKATKAN STATUS


GIZI BALITA, TERMASUK
MENURUNKAN
PREVALENSI STUNTING
PREVALENSI STUNTING DI PAPUA
PADA BALITA DAN BADUTA

PREVALENSI
STUNTING PADA BALITA
TAHUN 2018: 33,1%

PREVALENSI
STUNTING TARGET
PADA RPJMN
BADUTA
TAHUN
V TAHUN
2019
2018 S 28%
34%
Riskesdas, 2018
:

Intervensi Spesifik

30%
kontribusi pada
penurunan stunting

Intervensi Sensitif

70%
kontribusi pada
penurunan stunting

Kolaborasi &
Integrasi
STBM dan Stunting
Membutuhkan SDM
TEORI H.L. BLUM
3 KOMPONEN
(1974))
PENCEGAHAN
Faktor STUNTING DARI
Perilaku SISI PERILAKU

POLA
DERAJAT ASUH
KESEHATAN
Faktor Faktor
Lingkungan : Pelayanan
(Sanitasi dan Kesehatan POLA
Air Bersih) (TTD, PMT, MAKAN
ANC,
Imunisasi)

POLA
Faktor HIDUP
Genetika BERSIH
(Keturunan)
1. POLA ASUH
• PERILAKU ORANG TUA DALAM MENGASUH
ANAK:
• PENUH KASIH SAYANG, HINDARI KEKERASAN
TERHADAP ANAK.
• PEMANTAUAN BERAT BADAN, TINGGI BADAN
ANAK
• PEMANTAUAN PERKEMBANGAN ANAK
• PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP
• MENCARI FASILITAS KESEHATAN BILA ANAK SAKIT
2. POLA MAKAN
• IBU HAMIL MINUM 90 TTD SELAMA KEHAMILAN
• IBU HAMIL, IBU MENYUSUI MENGKONSUMSI MAKANAN
GIZI SEIMBANG
• PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK (IMD, ASI
EKSKLUSIF, MP-ASI YANG ADEKUAT DENGAN MENU GIZI
SEIMBANG)
• PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA UMUR 6-59 BULAN
• PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BALITA KURUS
• MENGGUNAKAN GARAM BERYODIUM
• PEMBERIAN OBAT CACING
• REMAJA PUTRI MINUM TTD 1 TABLET SETIAP MINGGU.
• REMAJA PUTRI KONSUMSI MAKANAN GIZI SEIMBANG
3. POLA HIDUP BERSIH
• MENGGUNAKAN AIR BERSIH
• KELUARGA MENGGUNAKAN JAMBAN
• MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN
• PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
SIKLUS Penjaringan Anak Usia Sekolah, UKS,, Puskesmas
PKPR , Posyandu Remaja, TTD Remaja Puteri, Buku
KEHIDUPAN Anak
Rapor KesehatanKu
Keluarga ikut KB SMP/A &
CPR, TFR, Unmet Need Remaja
Pos UKK, Kebugaran Jasmani Anak
SD
Pasangan
Usia Subur

Skrining Kes usia> 60

Balita
PMT Balita Kuru
Ibu Tumb Kembang
bersalin, Vit A Balita
Lansia Imunisasi
nifas, bayi
baru lahir
Bayi
PMT, TTD Yankes Neonatal (KN)
Ibu IMD, ASI Eksklusif,
K4, Kelas Ibu, P4K
Hamil Persalinan di Faskes Imunisasi
UPAYA
PERCEPATAN
PENURUNAN

• Makanan • Pemberian ASI sampai • Ketahanan pangan


Tambahan untuk usia 2 tahun
(pertanian, warung
hidup)
mengatasi KEK pd didampingi dengan
• Pembangunan
bumil MP ASI adekuat
Perumahan
• Tablet Tambah • Pemberian Obat
Darah untuk Cacing • Akses air bersih dan
mengatasi anemia • Pemberian Makanan sanitasi
pada bumil Tambahan • Pendidikan
• Konsumsi Garam • Pemberian Vitamin A kesehatan
Beriodium • Tata Laksanan Gizi • Bantuan sosial
• ASI Ekslusif Buruk lainnya
• Imunisasi • Penanggulangan
INTERVENSI STUNTING MEMBUTUHKAN KERJASAMA• JKN
LINTAS PROGRAM
• Cuci Malaria
DAN tangan
LINTAS SEKTOR
• Pencegahan dan
• Program Padat
denganMULAI DARI PERENCANAAN, PENGANGGARAN, PELAKSANAAN,
Karya
benar PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN Tunai
Pengobatan diare
Program dan Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Papua untuk penurunan
stunting:
1. Intervensi Spesifik:
a. Sosialisasi dan Intervensi 1000 HPK
b. Peningkatan pelayanan ANC sesuai standart (10T)
d. Promosi dan Konseling pemberian ASI Eksklusif
e. Promosi dan Pemberian Makanan Bayi dan Anak
f. Peningkatan pelayanan Imunisasi
g. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja, termasuk
pemberian TTD bagi remaja putri
Program dan Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Papua untuk penurunan
stunting:
2. Intervensi Sensitif:
a. Air Bersih dan Sanitasi (Pemicuan STBM)
b. PAUD
c. KB
d. JKN/KPS
MASALAH
• CAKUPAN KEGIATAN INTERVENSI SPESIFIK
MASIH JAUH DARI TARGET.
• MENURUT LANCET, TARGET 90% BARU
MENURUNKAN PREVALENSI STUNTING
SEBANYAK 20%
• BELUM MAKSIMALNYA INTEGRASINYA
KEGIATAN INTERVENSI SENSITIF DENGAN
LINTAS SEKTOR
APA YANG BISA KITONG
LAKUKAN?

Apa yang bisa


kita lakukan?
Meningkatkan pengetahuan
PENDIDIKAN dan kemampuan masyarakat
Tujuan dalam mempersiapkan dan
GIZI menyediakan makanan lokal
sesuai prinsip “gizi seimbang”
untuk ibu hamil dan balita
Penyampaian dalam upaya membentuk
Pesan Gizi keluarga sehat.

Mempersiapkan dan
Penyuluhan
menyediakan
makanan lokal dari
Materi Gizi Seimbang proses perencanaan,
dan Isi Piringku pembelian bahan
makanan, memasak
sampai menyajikan
Pangan dan Asupan Makanan
Sebagai Bagian Terpenting Tumbuh Kembang Anak
 Mengembalikan pangan
dan asupan makanan
sebagai isu dalam dalam
advokasi dan berbagai
program

 Memasttikan tidak terjadi


kerawanan pangan

 Memperkuat kemampuan
kita semua untuk
memastikan Sistem
Pangan memberikan
20 asupan makanan bergizi
untuk anak
5 PILAR PERCEPATAN PENCEGAHAN
MENTERI KESEHATANSTUNTING
REPUBLIK INDONESIA

• Komit • Kampany • Konverg • Gizi • Pemanta


e ensi, dan uan dan
men Koordina ketaha Evaluasi
dan Nasional
si, dan nan
Visi dan Konsolid panga
Kepem Komunik asi n
impina asi Program
Perubah Pusat,
n Daerah
an dan Desa
Perilaku
STRATEGI KOMUNIKASI
PILAR PERUBAHAN PERILAKU DALAM
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING

TUJUA
TUJUAN MENINGKATKAN KESADARAN DAN MENGUBAH
N PERILAKU masyarakat untuk mencegah stunting
di periode 1000 HPK
TARGET PENERIMA PESAN, PESAN KUNCI,
ISIISI
MEDIA dan SALURAN yang dapat digunakan
pada tiap jenis sasaran
IMPLEMEN
IMPLEMENTASI
TA
Menyesuaikan dengan SPESIFIK LOKAL

KONVERGENSI Kebijakan dan sumber daya


TUJUAN KHUSUS
1. Kabupaten/Kota memiliki regulasi/kebijakan terkait
komunikasi perubahan perilaku dalam pencegahan
stunting.
2. Tenaga kesehatan di puskesmas mendapatkan
pelatihan/orientasi komunikasi antar pribadi
3. Kader kesehatan mendapatkan pelatihan / orientasi
komunikasi antar pribadi.
4. Tenaga kesehatan di puskesmas memberikan layanan
kesehatan melalui komunikasi antar pribadi kepada
kelompok sasaran.
5. Ibu hamil mengonsumsi zat Besi Folat sesuai standar
6. Pelaksanaan kampanye perubahan perilaku yang
konsisten dan berkelanjutan di tingkat pusat dan daerah
SASARAN
Kelompok
Sasaran
KELOMPOK PRIORITAS
(Sasaran Primer)
Kelompok yang tergabung dan yang akan
dilakukan intervensi KPP yaitu:
• Ibu hamil
• Ibu menyusui
• Anak usia 0-23 bulan, Anak usia 24-59
bulan
• Tenaga kesehatan: bidan, sanitarian, tenaga
gizi, dokter, perawat
• Kader
KELOMPOK PENTING
(Sasaran Sekunder)
Kelompok yang berpotensi mempengaruhi
terjadinya perubahan perilaku dan
diintervensi umumnya melalui upaya
mobilisasi sosial:
• Wanita usia subur, Remaja
• Lingkungan pengasuh anak terdekat
(kakek, nenek, ayah, dan lainnya)
• Pemuka masyarakat
• Pemuka agama
• Jejaring sosial (PKK, group pengajian, dll)
KELOMPOK PENDUKUNG
(Sasaran Tersier)
Pihak yang terlibat sebagai lingkungan
pendukung untuk upaya percepatan pencegahan
stunting, diintervensi melalui advokasi dan
informasi publik, terdiri dari:
• Pengambil kebijakan/keputusan: nasional,
provinsi, kabupaten, kota dan desa
• Organisasi Perangkat Daerah
• Swasta: dokter, bidan, dokter anak, dokter
kandungan
• Dunia usaha
• Donor dan perwakilan media
• Media massa
PERAN PEMERINTAH PROVINSI
• Koordinasi di tingkat provinsi dilakukan melalui pertemuan
berkala tiga bulanan untuk membahas pelaksanaan
pencegahan stunting, di antaranya penyelarasan kebijakan,
target provinsi dengan kebijakan nasional
• Melakukan advokasi/sosialiasi
• Kampanye melalui berbagai saluran
• Merealokasikan sumber daya, seperti SDM dan anggaran
• Peningkatan kapasitas petugas kab/kota
• Kemitraan sesuai dengan kebutuhan pelayanan gizi yang
konvergen
• Pembinaan dan pendampingan kabupaten/kota.
PERAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

• Menciptakan lingkungan kebijakan daerah


yang mendukung kebijakan intervensi gizi
yang konvergen, dengan menyesuaikan
kebijakan daerah dengan kebijakan pusat dan
kondisi daerah.
• Memastikan dipenuhinya sumber daya untuk
intervensi gizi yang konvergen melalui proses
perencanaan dan penganggaran, meliputi
kapasitas SDM, anggaran, dukungan logistik,
dan kemitraan.
• Melakukan pembinaan dan pendampingan
PERAN PUSKESMAS
• Melakukan pendataan masalah gizi
masyarakat di tingkat keluarga
• Menganalisis, merumuskan intervensi
terhadap permasalahan kesehatan tersebut
dengan intervensi gizi spesifik dan sensitif
• Melaksanakan penyuluhan kesehatan
melalui kunjungan rumah
• Memutakhirkan dan mengelola sumber
data.
PERAN POSYANDU

• Melakukan pemantauan dan


pengukuran status gizi
• Memberikan penyuluhan
• Mobilisasi kader untuk mendukung
komunikasi interpersonal kepada
kelompok target
• Melakukan kunjungan rumah.
PERAN LINTAS SEKTOR
Organisasi Perangkat Daerah dan lembaga
yang dapat ikut berperan dalam mendorong
dan mengimplementasikan strategi ini
diantaranya :
• Bappeda
• Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan
• Dinas Kelautan dan Perikanan
• Dinas Pekerjaan umum dan perumahan
rakyat
LINTAS SEKTOR
• Badan Pemberdayaan Masyarakat Kampung
• Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
• Dinas Agama
• Dinas Sosial
• BPPPA dan KB
• Dinas Dukcapil
• Kominfo, dll
INDIKATOR CAPAIAN DAN IMPLEMENTASI
STRATEGI KOMUNIKASI DI PROV PAPUA
(Sesuai dengan dokumen Strategi Nasional Percepatan
Pencegahan Stunting Periode 2019 – 2024 )

1. Pada tahun 2024, sebanyak 29 kabupaten/kota memiliki


regulasi/kebijakan terkait komunikasi perubahan perilaku
dalam pencegahan stunting.
2. Pada tahun 2024, 80% tenaga kesehatan di puskesmas
mendapatkan pelatihan/orientasi komunikasi antar pribadi
3. Pada tahun 2024, 30% kader kesehatan mendapatkan
pelatihan / orientasi komunikasi antar pribadi.
4. Pada tahun 2024, sebanyak 80% tenaga kesehatan di
puskesmas mampu memberikan layanan kesehatan melalui
komunikasi antar pribadi kepada kelompok sasaran.
5. Pada tahun 2024, sebanyak 80% ibu hamil mengonsumsi zat
Besi Folat sesuai standar
Together
We Can!

TERIMA KASIH 35

Anda mungkin juga menyukai