1. Ekonomi: Berkontribusi memberikan pemasukan terbesar di bidang
ekspor non-migas dan pemasukan kedua terbanyak setelah Bali di bidang pariwisata di Indonesia. 2. Investasi: Bebas bea masuk bagi barang impor serta pembebasan PPN dan pajak lainnya sehingga dapat menarik perusahaan untuk melakukan investasi 3. Sarana dan Prasarana: adanya pembangunan jembatan penghubung antar pulau, pelabuhan internasional, bandara Hang Nadim dan jalan raya untuk mendukung pengembangan sector industry dan pariwisata serta peningkatan iklim investasi Kota Batam 4. Lokasi Kota Batam cukup strategis yaitu dekat dengan perairan internasional serta memiliki jarak yang dekat dengan Singapura Masalah Kota Batam: 1. Kurangnya fasilitas Pendidikan yang berdampak pada kualitas SDM, dimana sebesar 70% tenaga kerja berpendidikan sekolah menengah 2. Tingginya jumlah pendatang melebihi kapasitas peluang tenaga kerja yang menyebabkan pengangguran, kriminalitas dan prostitusi. 3. Pembangunan dan investasi terkonsentrasi di Pulau Batam. Akibatnya terjadi kesenjangan kesejahteraan masyarakat antara Pulau Batam dan daerah hinterlandnya. Serta adanya konsentrasi pertumbuhan penduduk di kawasan tertentu akibat migrasi. 4. Pembangunan yang terfokus pada industry pengolahan dan berorientasi ekspor sehingga cenderung mengabaikan industry kecil. Kondisi ini menciptakan masyarakat terpinggirkan atau marginal yang jauh dari sentuhan pembangunan. 5. Adanya dualism pengelolaan antara berada dibawah pemerintah pusat melalui Badan Otorita serta Batam yang memiliki pemerintah daerah sendiri akibat adanya UU 22 Tahun 1999. Masalah Kota Batam: 1. Pembentukan kelembagaan legislative daerah (DPRD) yang belum terealisasi sehingga pendapatan daerah harus dimasukkan melalui Provinsi Riau kemudian disalurkan ke Kota Batam. Akibatnya subsidi yang disalurkan ke Kota Batam tidak sebanding dengan kontribusi PAD Kota Batam. 2. Adanya rumah liar sebagai dampak dari meningkatnya jumlah penduduk dan belum terantisipasinya kebutuhan perumahan. 3. Aktivitas kota cenderung memusat di pusat perkotaan Kota Batam yaitu di Nagoya dan Batam Center sedangkan daerah hinterland cenderung minim aktivitas. 4. Penataan ruang yang belum optimal sehingga mengakibatkan terancamnya kawasan tangkapan air, kawasan sabuk hijau dan kawasan lainnya akibat perkembangan rumah liar serta sector informal yang kurang tertata. Strategi Pembangunan Kota Batam: 1. Menciptakan, menjaga, memupuk dan mengoptimalkan manfaat dan kesempatan yang ada dari keunggulan dan potensi local yang dimiliki Kota Batam, seperti sector pariwisata, kebudayaan, pertanian dan pendayagunaan usaha ekonomi menengah dan kecil 2. Menangkap isu globalisasi agar dapat meningkatkan daya saing Batam di pasar dunia 3. Menciptakan peluang-peluang ekonomi di bidang industry, perdagangan, pariwisata, kelautan dan alih kapal 4. Meningkatkan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan dengan melakukan pemantapan otonomi daerah, melakukan pembenahan masalah kelembagaan dan administrasi 5. Meningkatkan pelayanan public yang kondusif seperti perumahan, fasilitas Pendidikan yang bersifat formal, informal maupun non-formal; serta penciptaan lapangan kerja oleh pemerintah dan swasta 6. Pemerataan Pendidikan, lapangan kerja dan kegiatan pembangunan khususnya di daerah hinterland 7. Pembinaan penduduk yang berstatus pengangguran, criminal dan melakukan prostitusi Pengembangan Kota Yogyakarta Sebagai Kota Metropolitan 1. Pertumbuhan aktivitas Kota Yogyakarta menyebabkan perkembangan kota ke arah sub urban 2. Perkembangan sektor perdagangan (yang dipicu oleh bidang Pendidikan) dan pariwisata mengakibatkan perkembangan penduduk dan ruang mengarah pada jalur pariwisata dan Pendidikan, yaitu ke arah Utara (Kabupaten Sleman: jalan Kaliurang) dan Selatan (Kabupaten Bantul: jalan Parangtritis, Pantai Selatan) yang mengakibatkan Kota Yogyakarta berkembang melewati batas kotanya serta terjadinya aglomerasi pada daerah tersebut yang merupakan daerah penyangga. 3. Dibentuknya Aglomerasi Perkotan Yogyakarta (APY) yang terdiri dari Kota Yogyakarta dan beberapa kecamatan dari Kabupaten Sleman dan Bantul untuk mengatasi keterbatasan luas lahan serta mengatasi pertumbuhan penduduk yang menjauhi pusat kota. Sehingga Kota Yogyakarta mengalami pemekaran fisik namun secara administrative tergolong tetap, dimana masing-masing kecamatan masuk dalam wilayah administrative kabupatennya. Pengembangan Kota Yogyakarta Sebagai Kota Metropolitan 1. Adanya program APY diharapkan dapat memberikan hasil yang positif, seperti: a. Meningkatkan status Kota Yogyakarta sebagai kota metropolitan b. Mempermudah penanganan tta ruang di kawasan-kawasan strategis wilayah APY c. Meningkatkan pelayanan pada masyarakat pendatang maupun masyarakat setempat di kawasan APY d. Meningkatkan aktivitas ekonomi di kawasan APY untuk kesejahteraan masyarakat e. Meningkatkan kerja sama antar daerah, sehingga terdorong kemitraan dalam pembangunan kota f. Meningkatkan PAD sebagai hasil optimalisasi sumber-sumber yang bias dikembangkan g. Pembangunan fisik ring road memberikan kesan solid Kota Yogyakarta sebagai kota metropolitan dalam kawasan APY Komparasi Strategi Perencanaan Pembangunan Kota Singapura dan Kota Yogyakarta 1. Kota Yogyakarta membutuhkan perencanaan dan manajemen kota yang eksplisit, baik mengenai tata ruang, pariwisata, transportasi dan tata ruang. Sedangkan Singapura telah melakukan perencanaan dan manajemen kota secara eksplisit. 2. Dalam merencanakan dan mengimplementasikan pembangunan kota, Singapura lebih melibatkan masyarakat melalui badan otorita URA yang secara khusus menerima masukan masyarakat. Sedangkan di Kota Yogyakarta pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan kota masih belum maksimal. 3. Adanya kesenjangan antara masyarakat kelas menengah ke atas dan masyarakat kelas menengah ke bawah di Kota Yogyakarta menyebabkan perlunya kebijakan ganda yang lebih kompleks. Misalnya di bidang transportasi membutuhkan moda transportasi yang murah dan sederhana namun di sisi lain membutuhkan moda transportasi yang agak mahal tetapi nyaman dan privat. 4. Dalam memenuhi kebutuhan sarana transportasi dan pariwisata Singapura telah menggunakan teknologi canggih. Sementara Kota Yogyakarta belum menggunakan teknologi maju seperti Singapura. 5. Singapura telah menggunakan flat untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal penduduknya, dimana Kota Yogyakarta masih sedang merintis rumah susun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas bawah.