Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

about me GENERAL ANESTESI PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI


referensi
BAB III

BAB I
BAB II
end
DISUSUN OLEH

about me
referensi
BAB III

Ridho Zarkasi J510195038


BAB I
BAB II
end

Yunika Prajna S J510195047


Farah Azizah J510195058

Pembimbing :
dr. I Nyoman Sumerta, Sp.An
Kepaniteraan Klinik Stase Anestesi RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo

Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pendahuluan

Tingginya angka penderita hipertensi dan bahayanya


komplikasi yang bisa ditimbulkan akibat hipertensi ini
menyebabkan pentingnya pemahaman para ahli

about me
referensi

anestesia dalam manajemen selama periode perioperatif.


BAB III

BAB I
BAB II

Periode perioperatif dimulai dari hari dimana


end

dilakukannya evaluasi prabedah, dilanjutkan periode


selama pembedahan sampai pemulihan pasca bedah.
Definisi

Hipertensi didefinisikan oleh Joint

about me
referensi

BAB II
BAB III

National Committee on Detection,


end

Evaluation and Treatment of High


Blood Pressure (JIVC) sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
Epidemiologi

Menurut National Health and Nutrition


Examination Survey (NHNES), insiden

about me
referensi

BAB II
BAB III

hipertensi pada orang dewasa di Amerika


end

tahun 1999-2000 adalah sekitar 29-31%, yang


berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang
menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan
15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991.
Diagnosis dan Klasifikasi
Hipertensi

about me
referensi

BAB II
BAB III
end
Regulasi Tekanan Darah
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

Jantung memompa lebih kuat

about me
referensi

BAB II
BAB III

Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku


end

Ginjal (ginjal)

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan


meningkatnya tekanan darah
Regulasi Tekanan Darah
Sistem Saraf Otonom

Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight

about me
referensi

BAB II
BAB III

Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung


end

Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal

Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin


(noradrenalin)
end
referensi
BAB III Patofisiologi

BAB II
about me
Komplikasi

Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ


tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan
pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor

about me
referensi

BAB II
BAB III

resiko utama untuk penyakit serebrovaskular


end

(stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri


koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal,
dementia, dan atrial fibrilasi.
end
referensi
BAB III
Penatalaksanaan
NON FARMAKOLOGI

BAB II
about me
Penatalaksanaan
FARMAKOLOGI

• Diuretik thiazide

about me
• Penghambat adrenergik)
referensi

BAB II
BAB III
end

• Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)

• Angiotensin-II-bloker

• Antagonis kalsium

• Vasodilator
end
referensi
BAB III
Penatalaksanaan

BAB II
about me
Penatalaksanaan
FARMAKOLOGI

• Diuretik thiazide

about me
• Penghambat adrenergik)
referensi

BAB II
BAB III
end

• Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)

• Angiotensin-II-bloker

• Antagonis kalsium

• Vasodilator
Manajemen Perioperatif penderita
hipertensi

• Jenis pendekatan medikal yang diterapkan dalam terapi hipertensinya

about me
referensi

BAB II
BAB III

• Penilaian ada tidaknya kerusakan atau komplikasi target organ yang telah terjadi.
end

• Penilaian yang akurat tentang status volume cairan tubuh penderita.

•Penentuan kelayakan penderita untuk dilakukan tindakan teknik hipotensi, untuk prosedur
pembedahan yang memerlukan teknik hipotensi
Pertimbangan Anestesia Penderita
Hipertensi

• TDD 110 atau 115 adalah cut-off point untuk mengambil keputusan penundaan anestesia
atau operasi kecuali operasi emergensi.

about me
referensi

BAB II
BAB III
end

• Menunda operasi hanya untuk tujuan mengontrol TD mungkin tidak diperlukan lagi
khususnya pada pasien dengan kasus hipertensi yang ringan sampai sedang

• The American Heart Association / American College of Cardiology (AHA/ACC) mengeluarkan


acuan bahwa TDS 180 mmHg dan/atau TDD 110 mmHg sebaiknya dikontrol sebelum
dilakukan operasi, terkecuali operasi bersifat urgensi.
Perlengkapan Monitor

•EKG

•TD

about me
referensi

BAB II
BAB III
end

•Pulse Oxymetri

•Analizer end-tidal CO2

•Temperatur
Pramedikasi Anestesia

• Untuk hipertensi yang ringan sampai dengan


sedang mungkin bisa menggunakan ansiolitik

about me
referensi

BAB II
BAB III
end

• Obat antihipertensi tetap dilanjutkan sampai


pada hari pembedahan

• menghentikan penggunaan ACE inhibitor


karena dapat terjadi hipotensi intraoperatif.
Induksi Anestesia

• Induksi anestesia dan intubasi


endotrakea sering menimbulkan
goncangan hemodinamik pada
pasien hipertensi

about me
referensi

BAB II
BAB III
end

• durasi laringoskopi dibawah 15 detik


dapat membantu meminimalkan
terjadinya fluktuasi hemodinamik
Tekhnik yang dilakukan sebelum tindakan
laringoskop-intubasi untuk menghindari
terjadinya hipertensi
Dalamkan anestesia dengan menggunakan gas volatile yang
poten selama 5-10 menit

Berikan opioid (fentanil 2,5-5 mikrogram/kgbb, alfentanil 15-25

about me
referensi

mikrogram/kgbb, sufentanil 0,25- 0,5 mikrogram/kgbb, atau

BAB II
BAB III

ramifentanil 0,5-1 mikrogram/ kgbb).


end

Berikan lidokain 1,5 mg/kgbb intravena atau intratrakea.

Menggunakan beta-adrenergik blockade dengan esmolol


0,3-1,5 mg/kgbb, propanolol 1-3 mg, atau labetatol 5-20
mg).

Menggunakan anestesia topikal pada airway


• Propofol, barbiturate, benzodiazepine dan
etomidat tingkat keamanannya adalah sama
untuk induksi pada penderita hipertensi.

about me
referensi

BAB II
BAB III

• Untuk pemilihan pelumpuh otot vekuronium


end

atau cis-atrakurium lebih baik dibandingkan


atrakurium atau pankuronium.

• Untuk volatile, sevofluran bisa digunakan


sebagai obat induksi secara inhalasi.
Pemeliharaan Anestesi dan
Monitoring

Penurunan MAP sampai dengan 25% adalah batas bawah


yang maksimal yang dianjurkan untuk penderita hipertensi.

Penurunan MAP sebesar 55% akan menyebabkan


timbulnya gejala hipoperfusi otak.

about me
referensi

BAB II
BAB III
end

Terapi dengan antihipertensi secara signifikan menurunkan


angka kejadian stroke.

Pengaruh hipertensi kronis terhadap autoregulasi ginjal,


kurang lebih sama dengan yang terjadi pada serebral.

Anestesia dengan volatile (tunggal atau dikombinasikan


dengan N2O), anestesia imbang (balance anesthesia)
dengan opioid + N2O + pelumpuh otot, atau anestesia total
intravena bisa digunakan untuk pemeliharaan anestesia
Hipertensi Intraoperatif

Hipertensi intraoperatif yang tidak berespon dengan didalamkannya


anestesia dapat diatasi dengan antihipertensi secara parenteral.Beberapa
contoh sebagai dasar pemilihan obat yang akan digunakan:

about me
referensi

•Beta-adrenergik blockade

BAB II
BAB III

•Nicardipine
end

•Nifedipine
•Nitroprusside
•Nitrogliserin
•Fenoldopam
•Hydralazine
Manajemen Post Operatif

about me
referensi

BAB II
BAB III

• Hipertensi pasca operasi sebaiknya diterapi dengan obat antihipertensi secara parenteral
end

• Apabila penderita sudah bisa makan dan minum secara oral sebaiknya antihipertensi secara
oral segera dimulai.
Kesimpulan

about me
referensi

Goncangan hemodinamik mudah terjadi, baik berupa hipertensi maupun

BAB II
BAB III

berupa hipotensi, yang bisa menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi.


end

Hal ini harus diantisipasi dengan perlunya pemahaman tentang teknik


anestesia yang benar, manajemen cairan perioperatif, pengetahuan
farmakologi obat-obat yang digunakan, baik obat-obatan antihipertensi
maupun obatobatan anestesia serta penanganan nyeri akut yang adekuat.
Daftar Pustaka
• Anderson FL, Salgado LL, Hantler CB. Perioperative hypertension (HTN). Decision makingin
anesthesiology-an algorithmic approach. 4thed. Philadhelpia: Elsevier; 2007.p.124-6.
• Barisin S, et al. Perioperatif blood pressure control in hypertensive and normotensive patient
undergoing off-pump coronary bypass grafting. Croat Med J 2007;48:341-7.
• Benowitz NL. Antihypertensive agentcardiovaskular- renal drugs: Katzung BG, editor. Basic and clinical
pharmacology. 9th ed. New York: McGraw-Hill; 2004.p.160-83.

about me
referensi

• Common problem in the cardiac surgery recovery unit in perioperative care. In: Cheng DCH, David TE,

BAB I
BAB II
editors. Cardiac anesthesia and surgery. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2006.p.1178-22.

BAB III
end

• Hanada, et al. Anesthesia and medical disease-hypertension and anesthesia. Current Opinion in
Anesthesiology 2006;19(3):315-9.
• Howell SJ, Foex P. Hypertension, hypertensive heart disease and perioperative cardiac risk. British
Journal of Anesthesia 2004;92(4):570-83.
• Kuwajerwala NK. Perioperative medication management; Available at: http://www.emedicine.com/
MED/ topic3158.htm. Accessed May 25th 2013.
• Morgan GE, Michail MS, Murray MJ. Anesthesia for patients with cardiovaskular disease. Clinical
Anesthesiology. 4th ed. New York: McGraw-Hill; 2006.p.444-52.
• Murray MJ. Perioperative hypertension: evaluation and management; Available at:
http://www.anesthesia.org.cn/asa2002/rcl.source/512 Murray.pdf. Accesed May 25th 2013.
end
Daftar Pustaka

THANK YOU

referensi
BAB III
BAB II
BAB I
about me

Anda mungkin juga menyukai