Anda di halaman 1dari 13

Objective smartphone data as a

potential diagnostic marker of


bipolar disorder
Fitria Rahmi Ramadhani
11151030000063/41181396100071
dr. Salikur Kartono, M.Biomed, SpKJ
Abstrak
• Objektif : Bertujuan untuk menyelidiki data
objektif smartphone yang mencerminkan
aktivitas perilaku untuk mengklasifikasikan pasien
dengan gangguan bipolar dibanding dengan
orang sehat.
• Metode : Pengumpulan data objektif dari
smartphone secara otomatis dari 29 pasien
dengan gangguan bipolar dan 37 individu yang
sehat. Pengukuran data pada gangguan bipolar
selama 12 minggu dan dibandingkan dengan
individu yang sehat.
• Hasil :
BD vs HC Eutimia vs HC
Sensitivitas 92% 90%
Spesifisitas 39% 56%
Nilai prediksi positif 88% 85%
Nilai prediksi negatif 52% 67%

• Pada model campuran,data objektif smartphone (jumlah pesan/hari, jumlah


telefon/hari) meningkat pada pasien gangguan bipola.
•Jumlah layar smartphone ‘on’ per hari berkurang pada pasien dengan
gangguan bipolar

• Kesimpulan : Data objektif pada smartphone dapat berpotensi menjadi


marker untuk diagnostik perilaku pada gangguan bipolar, namun masih
membutuhkan studi lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak,
keluarga generasi pertama dan pasien dengan gangguan psikiatri yang lain.
Pengantar
• Gangguan bipolar ditandainya dengan perubahan
mood dengan episode depresi, (hipo)manik, dan
episode campuran engan periode eutimia.
• Inti gejala klinis dari BD adalah perubahan psikomotor
dan aktivitas perilaku, lebih spesifiknya aktivitas sosial.
• Pemeriksaan klinis untuk mengetahui tingkat
keparahan dari depresi dan gejala manik berasal dari
informasi pasien dan informasi dari keluarga.
• Jika kita bergantung pada informasi yang pasien
berikan, dapat meningkatkan bias, menurunnya tilikan
diri dan perbedaan pengalaman pemeriksaan.
• Sekitar 1/3 orang dewasa di dunia menggunakan
smatphone. Selain itu menurut data lebih dari setengah
pengguna smartphone mencari informasi yang berkaitan
dengan kesahatan di handphone belum lagi ditambahnya
sensor yang ditambahkan pada handphone.
• Smartphone di ajukan sebagai cara yang mudah dan tidak
mahal untuk memonitor kegiatan sehari-hari pasien BD
termasuk aktivitas sosial dan fisik.
• Selain itu penggunaan smartphone sebagai monitor akan
mendukung kesempatan untuk mengumpulkan data yang
besar dan baik secara kontinyu, sehingga dapat menjadi
marker digital baru.
• Tujuan dari studi ini adalah menyelidiki apakah data
objektif smartphone dapat membedakan antara pasien
dengan BD dan HC termasuk analisis sensitivitas dan
spesifisitas dan potensial menjadi marker diagnosis digital
yang baru untuk BD
Metode, Material dan Peserta Penelitian
• Material yang dipakai adalah data objektif pada smartphone peserta. Data
smartphone disimpan di server keamanan di Concern IT, Ibukota,
Denmark. Monitoring data secara otomatis dilakukan dengan aplikasi
MONARCA
• Peserta ditawari peminjaman smartphone gratis oleh studi dan diberikan
informed consent terlebih dahulu.
• Pasien dengan gangguan bipolar berasal dari Klinik untuk Gangguan
Afektif, Pusat Psikiatri Copenhagen, Dernmark dari Oktober 2013 hingga
Desember 2014. Kriteria inklusi : BD berdasarkan ICD-10 menggunakan
Schedules for Clinical Assesment of Neuropsychiatry (SCAN). Pasien
bertasipasi selama 12 minggu guna mendapatkan keadaan afektif yang
berbeda.
• Kelompok kontrol yaitu individu sehat di rektuit secara random dari Bank
Darah di Rigshospitalet, Rumah Sakit Universitas Copenhagen, Denmark
dari September 2015 hingga Agustus 2016. Kriteria inklusi : wanita dan
pria >18 tahun, tidak ada riwayat gangguan jiwa dan keluarga generasi
pertama tidak ada gangguan jiwa dan menggunakan smartphone Android.
• Kriteria eksklusi keduanya : Tidak dapat berbahasa denmark dan hamil.
Pengaturan dan penilaian
• Studi ini dilakukan di Klinik untuk Gangguan Afektif,
Pusat Psikiatri Copenhagen, Denmark.
• Tingkat depresi dinilai menggunakan Hamilton
Depression Rating Scale-17 items
• Gejala manik dinilai dengan Young Mania Rating Scale
• Seluruh peserta diminta membawa smartphones dan
menggunakannya untuk tujuan komunikasi biasa
• Data objektif yang dikumpulkan adalah jumlah telepon
keluar dan masuk & jumlah sms/ hari, durasi
menelepon (menit/hari), jumlah berapa kali layar hp
‘on/off/ per hari, durasi layar hp menyala per hari.
Analisis Statistika
• Analisa dilakukan pada 29 pasien BD dan 37 HC, tanpa ada
drop out ketika follow up.
• Untuk menyelidiki perbedaan data smartphones antara BD
dan HC menggunakan two level linear mixed-effects
regression models.
• Untuk menghitung keakuratan klasifikasi dari data objektif
smartphone menggunakan machine learning techniques
(scikit-learn graient boosting classifier).
• Dilakukan juga uji diagnostik untuk mengetahui kekuatan
data smartphone objektif untuk mendiagnostik.
• Data dimasukan dengan menggunakan Excel dan EpiData
• Analisis data dengan Stata versi 12.1
• Analisis klasifikasi Python dengan scikit-learn library
• Signifikan jika p-values <0,005 (Bonferroni)
Hasil
• Perbedaan antara data objektif smartphones BD dan HC
• Dapat dilihat pada tabel, terdapat
peningkatan yang signifikan pada durasi
menelfon antara BD dan HC
• Jumlah pesan yang masuk per hari meningkat
pada keadaan manik dan campuran
dibandingkan dengan HC
• Sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV dari data
objektif smartphone

Pada uji diagnostik didapatkan data objektif smartphone ini memiliki sensitivitas
yang tinggi untuk seluruh BD yaitu 92% yang berarti kemampuan data objektif
smartphones untuk mengidentifikasi BD secara luas namun masih kurang secara
spesifik.
Kesimpulan
• Studi percontohan ini memiliki sensitivitas
yang tinggi dan PPV yang tinggi untuk data
objektif smartphone antara BD dan HC, tetapi
memiliki rendahnya spesifisitas dan NPV. Data
objektif smatrphone ini berpotensi untuk
menjadi diagnostik digital namun dibutuhkan
studi yang lebih lanjut dengan sampel yang
lebih banyak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai