1
BAB I LAPORAN KASUS
2
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. JN
3
SUBJECTIVE
Anamnesis : Autoanamnesis dan alloanamnesis (ibu kandung)
Keluhan Utama : Sesak napas ± 8 jam yang lalu SMRS
Keluhan Tambahan : Muntah, jantung berdebar, sulit menelan, nyeri pada sendi di kedua siku,
pinggang, dan kedua lutut, batuk, penurunan nafsu makan, lemas, penurunan berat badan.
Anamnesis Terpimpin : Pasien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Bhayangkara, datang dengan
keluhan sesak napas sejak ± 8 jam yang lalu SMRS. Sesak muncul tiba-tiba saat pasien sedang tidur malam
dan berkurang jika pasien menggunakan 2 bantal. Keluhan ini disertai muntah sebanyak 2x berisi
makanan serta jantung berdebar. Pasien juga mengeluh sulit menelan, nyeri pada sendi terutama di kedua
siku, pinggang, dan kedua lutut sejak 2 minggu lalu SMRS. Pasien juga mengeluh lemas semenjak muncul
keluhan ini. Pasien sedang batuk berdahak sejak ± 2 minggu lalu, tidak menentu siang atau malam, dengan
dahak berwarna kuning, tanpa darah. Nafsu makan pasien berkurang di mana pasien hanya makan
sebanyak 3-4 sendok. Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan dalam 1 bulan terakhir. Riwayat
demam, nyeri dada, nyeri ulu hati dan berkeringat di malam hari disangkal pasien. BAB dan BAK diakui
pasien normal.
4
Riwayat penyakit dahulu :
Maag (-)
Riwayat penyakit keluarga : Pasien tinggal bersama sepupunya yang sedang dalam pengobatan OAT
TB Paru selama 1 bulan.
5
OBJECTIVE
Keadaan umum : Tampak dispnue
Status gizi : Gizi kurang BB: 33 kg, TB: 168 cm, IMT: 11,7
Tanda Vital :
TD = 110/70mmHg; Nadi = 97 x/m (reguler, kuat angkat); Suhu = 36,9‘C; RR = 20 x/m; SpO2 = 97%
tanpa O2
6
Kepala
Simetris muka : simetris Telinga
Deformitas : (-)
Rambut : panjang berwarna Tophi :-
hitam, sebagian berwarna putih, distribusi merata
Mata Nyeri tekan Proc. Mastoideus : -/-
Eksolftalmus/Endoftalmus : -/-
Gerakan : bisa ke segala arah Pendengaran : kesan normal
Tekanan bola mata : N+1/N+1
Hidung
Kelopak mata : ptosis (-), hematoma
(-/+)
Konjungtiva : pucat (+/+) Perdarahan : -/-
Sklera : ikterik (-/-)
Sekret : -/-
Kornea : reflex (+/+)
Pupil : isokor (3mm/3mm),
refleks cahaya (+/+)
7
Leher
Bibir : pucat (-), mukosa kering (-), sianosis Kelenjar gondok : struma (-)
(-),
DVS : 5 + 4 cm H20
Gusi : perdarahan (-)
Pembuluh darah : pulsasi arteri karotis teraba
Tonsil : T1/T1
Kaku kuduk : (-)
Faring : kesan normal
Tumor : (-)
Lidah : deviasi (-)
8
Paru
Palpasi : fremitus raba ≈
Thoraks
Perkusi :
Paru kiri = sonor
Inspeksi Paru kanan = sonor
Batas paru hepar = sonor – pekak
Pengembangan dada : simetris sejajar ICS V lilnea midclavicula dekstra
Batas paru belakang kanan = setinggi thorakal
Bentuk : normochest IX
Batas paru belakang kiri = setinggi thorakal X
Pembuluh darah : Pelebaran (-)
Auskultasi :
Payudara : kesan normal
Bunyi pernapasan dasar = vesikuler +/+
Sela iga : pelebaran (-) Bunyi tambahan = Wh -/-, Rh basah
halus pada apeks hingga medial paru sinistra.
9
Jantung Punggung
Inspeksi : IC tidak terlihat Inpeksi : bekas luka (-)
Palpasi : IC teraba di ICS V midclavicula sinistra
Palpasi : NT (-), fremitus raba ≈
Perkusi :
Perkusi : redup, nyeri ketok -/-
Batas kanan jantung = ICS IV linea sternalis
dextra Auskultasi :
Pinggang jantung = ICS III linea parasternalis Bunyi napas = vesikuler +/+
Sinistra
Bunyi tambahan = Wh -/-, Rh basah halus pada
Batas kiri jantung = ICS V linea midclavicula apeks hingga medial paru sinistra.
sinistra
Gerakan = simetris
Auskultasi :
BJ I/II = murni, reguler Lain-lain = (-)
Bunyi tambahan = murmur (+) sistolik, gallop (-)
10
Ekstremitas
Akral dingin
Abdomen CRT : < 2’
Perkusi : timpani; shifting dullness (-), Anus dan Rektum : tidak dilakukan pemeriksaan
liver span 7 cm
11
Laboratorium (hematologi rutin & kimia
klinik)
EKG
12
Hematologi rutin: Kimia klinik:
Eritrosit : 3,53 x106 /mm3 Neutrofil : 74,4 % GDS : 103 mg/dl SGOT : 40 mg/dl
Hb : 11.0 g/dl Limfosit : 10.1 % Ureum : 30 mg/dl SGPT : 52 mg/dl
HCT : 31.5 % Monosit : 11,5 % Creatinin : 1.2 mg/dl HbsAg : Reaktif
MCV : 89 um3 Eosinofil : 23.2 %
MCH : 31.0 pg Basofil : 1,3 %
MCH : 34.86 g/dl
Trombosit : 453 x 103 L/mm3
13
Irama : sinus, Regularitas : irreguler, Frekuensi : 57 x/menit, Axis : Deviasi ke kanan,
Gelombang P : 0,08 detik, Interval PR : memanjang, Kompleks QRS : Q patologi pada Lead
I,aVL,dan V1, Segmen ST : 0,8 detik, Gelombang T : normal.
14
ASSESMENT
CHF Fc. IV
Suspek RHD/VHD
Hepatitis B
Susp. TB Paru
Anemia
Hepatoselular injury
15
Bed rest dengan posisi kepala 30’
Diet lunak
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr/iv
Inj. Omeprazole 2 x 40 mg/iv
Inj. Ondansentron 3x1 ampul/iv
Inj. Ketorolac 3x30 mg/iv
Drip Neurobion 3x1 ampul/iv
16
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
Cek Albumin
18
Next....
01/01/20 - Batuk berdahak, TTV - CHF Fc IV - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
20 dahak warna TD : 110/80 mmHg - VHD/RHD - Inj. Omeprazole 2 x 40 mg/iv
(H+5) kuning. S : 36,30 C - Hepatitis B - Inj. Ondansentron 2x1
- Mual (+), Muntah (- N : 78 x/mnt regular - Susp. TB Paru ampul/iv
) RR : 20 x/menit - Anemia Normositik - Drip Neurobion 3x1
- Jantung berdebar SpO2 : 96% Normokrom ampul/iv
berkurang - Hepatoselular injury - Drips Levofloxacin 1x500
- Lemas (+) Pemfis mg/iv H+5
- Penurunan nafsu Thoraks : - Spironolactone 1x25 mg/PO
makan (3-4 - Paru : Rhonki basah halus - Bisoprolol 1x5 mg/PO
sendok) pada apeks sampai medial - Domperidon 3x1 tab./PO
paru sinistra.
- Jantung : BJ I/II : Reguler,
Galoop (-), Murmur
sistolik (+).
19
Next....
20
Next....
03/01/2020 - Batuk berdahak, TD : 100/70 mmHg - CHF Fc IV - IVFD NaCl 0,9% 12 tpm
(H+7) dahak warna S : 36,80 C - VHD/RHD - Inj. Omeprazole 2 x 40 mg/iv
kuning. N : 76 x/mnt regular - Hepatitis B - Inj. Ondansentron 2x1
- Jantung berdebar RR : 22 x/menit - Susp. TB Paru ampul/iv STOP
berkurang SpO2 : 96% - Anemia normositik - Drip Neurobion 3x1 ampul/iv
- Lemas berkurang normokrom - Spironolactone 1x25 mg/PO
- Nafsu makan Thoraks : - Hepatoselular injury - Bisoprolol 1x5 mg/PO
membaik (> 5 - Paru : Rhonki basah halus - Hipoalbuminemia - Domperidon 3x1 tab./PO
sendok) pada apeks sampai medial STOP
- BAB (-) 2 hari paru sinistra. - Cefixime 2x100 mg/PO
- Mual (-), Muntah (-) - Jantung : BJ I/II : Reguler, - Vip albumin 3x2 tab./PO
Galoop (-), Murmur sistolik - Diet biasa
(+). - Aff infus
21
Next....
23
BAB II PEMBAHASAN
24
Chronic Heart Failure Fc IV
25
Kasus Teori
• Anamnesis sesak timbul tiba-tiba saat Diagnosis gagal jantung kongestif didasarkan pada
pasien sedang tidur malam. gejala-gejala yang ada pada anamnesis dan penemuan
klinis disertai dengan pemeriksaan penunjang antara
• Pemeriksaan fisik JVP 5 + 4 cmH2O, lain foto thorax, EKG, ekokardiografi, pemeriksaan
laboratorium rutin, dan pemeriksaan biomarker. Kriteria
terdapat bunyi tambahan rhonki basah halus Framingham berikut dipakai untuk diagnosis gagal
pada daerah apeks hingga medial paru jantung kongestif.
sinistra.
• Pemeriksaan penunjang :
EKG : Iskemia
Foto thoraks : Kardiomegali (-)
26
Kasus Teori
27
Kasus Teori
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan Pada gagal jantung kongestif, idealnya dilakukan
biomarker jantung dan ekokardiografi. pemeriksaan ekokardiografi dan biomarker
jantung.
28
Kasus Teori
29
Rheumatic Heart Disease
30
Kasus Teori
Pasien juga mengeluh sulit menelan, nyeri pada miokardium, miopati jantung, defek katup,
sendi terutama di kedua siku, pinggang, dan malformasi kongenital dan hipertensi kronik.
kedua lutut sejak 2 minggu lalu SMRS.
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai
Anamnesis :
Pasien juga mengeluh sulit menelan, nyeri pada
sendi terutama di kedua siku, pinggang, dan
kedua lutut sejak 2 minggu lalu SMRS.
Pemeriksaan fisik :
Murmur sistolik (+)
Pemeriksaan penunjang :
Pemanjangan interval PR pada EKG
Leukositosis (Leukosit : 21,2 x103 /mm3)
32
33
Kasus Teori
Pasien juga mengeluh sulit menelan, nyeri pada adanya keterlambatan abnormal sistem konduksi
sendi terutama di kedua siku, pinggang, dan pada nodus atrioventrikel dan meskipun sering
kedua lutut sejak 2 minggu lalu SMRS.
dijumpai pada demam rematik, perubahan
gambaran EKG ini tidak spesifik untuk demam
Pemeriksaan fisik : rematik.
Murmur sistolik (+)
Berdasarkan revisi kriteria Jones tahun 1992,
diagnosis demam rematik ditegakkan jika ditemukan
Pemeriksaan penunjang : 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor + 2 kriteria
Pemanjangan interval PR pada EKG minor, ditambah bukti infeksi GAS yang positif di
tenggorokan dan peningkatan titer antibodi
Leukositosis (Leukosit : 21,2 x103 /mm3)
streptokokus (ASTO).
34
Kasus Teori
Pada kasus ini belum dilakukan pemeriksaan Titer antistreptolisin O (ASTO) merupakan
pemeriksaan diagnostik standar untuk demam rematik,
tambahan ASTO. sebagai salah satu bukti yang mendukung adanya
infeksi Streptokokus. Titer ASTO dapat dijumpai pada
sekitar 70% sampai 80% kasus demam rematik akut.
35
TB Paru
36
Kasus Teori
37
Hepatitis B
38
Kasus Teori
39
Kasus Teori
40
Next....
Untuk menegakkan diagnosis pasti, pasien harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut meliputi
DNA VHB serum dan status HbsAg 6 bulan kemudian, untuk memastikan apakah pasien dengan hepatitis
B akut, pengidap inaktif, resolved hepatitis infection, atau hepatitis B kronik, seperti pada tabel berikut :
41
Next....
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin didapatkan kadar Hb 11,0 mg/dl,
trombosit 453.000/mm3, dan leukosit 21.200/mm3, yang menandakan :
- Anemia
Mekanisme terjadinya anemia pada gagal jantung meliputi disfungsi sumsum tulang karena penurunan
curah jantung dan aktivasi sitokin. Aktivitas TNF-α dapat menyebabkan depresi sumsum tulang,
insensitivitas terhadap eritropoietin (EPO) dan mengganggu pelepasan dan penggunaan besi tubuh.
- Trombositosis
Faktor risiko terjadinya aterosklerosis di kemudian hari. Aterosklerosis ditandai dengan adanya
penebalan pada tunika intima media arteri karotis yang mengakibatkan iskemik pada otot jantung,
sehingga dapat memicu gagal jantung berupa disfungsi diastolik maupun sistolik ventrikel.
42