Anda di halaman 1dari 43

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Februari 2020


UNIVERSITAS PATTIMURA

1
BAB I LAPORAN KASUS

2
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. JN

 Jenis kelamin : Laki-Laki

 Tanggal lahir (usia) : 07/01/2002 (17 Tahun)

 Agama : Kristen Protestan

 Alamat : Asrama polisi, Kayu Tiga

 No. Rekam Medik : 02-91-15

 Tanggal MRS : 27-12-2019

3
SUBJECTIVE
 Anamnesis : Autoanamnesis dan alloanamnesis (ibu kandung)
 Keluhan Utama : Sesak napas ± 8 jam yang lalu SMRS
 Keluhan Tambahan : Muntah, jantung berdebar, sulit menelan, nyeri pada sendi di kedua siku,
pinggang, dan kedua lutut, batuk, penurunan nafsu makan, lemas, penurunan berat badan.
 Anamnesis Terpimpin : Pasien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Bhayangkara, datang dengan
keluhan sesak napas sejak ± 8 jam yang lalu SMRS. Sesak muncul tiba-tiba saat pasien sedang tidur malam
dan berkurang jika pasien menggunakan 2 bantal. Keluhan ini disertai muntah sebanyak 2x berisi
makanan serta jantung berdebar. Pasien juga mengeluh sulit menelan, nyeri pada sendi terutama di kedua
siku, pinggang, dan kedua lutut sejak 2 minggu lalu SMRS. Pasien juga mengeluh lemas semenjak muncul
keluhan ini. Pasien sedang batuk berdahak sejak ± 2 minggu lalu, tidak menentu siang atau malam, dengan
dahak berwarna kuning, tanpa darah. Nafsu makan pasien berkurang di mana pasien hanya makan
sebanyak 3-4 sendok. Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan dalam 1 bulan terakhir. Riwayat
demam, nyeri dada, nyeri ulu hati dan berkeringat di malam hari disangkal pasien. BAB dan BAK diakui
pasien normal.

4
Riwayat penyakit dahulu :

 Maag (-)

 Pasien belum pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya

Riwayat penyakit keluarga : Pasien tinggal bersama sepupunya yang sedang dalam pengobatan OAT
TB Paru selama 1 bulan.

Riwayat kebiasaan : Merokok disangkal, minum alkohol disangkal.

5
OBJECTIVE
 Keadaan umum : Tampak dispnue

 Status gizi : Gizi kurang  BB: 33 kg, TB: 168 cm, IMT: 11,7

 Kesadaran : compos mentis

 Tanda Vital :

TD = 110/70mmHg; Nadi = 97 x/m (reguler, kuat angkat); Suhu = 36,9‘C; RR = 20 x/m; SpO2 = 97%

tanpa O2

6
Kepala
 Simetris muka : simetris Telinga
 Deformitas : (-)
 Rambut : panjang berwarna  Tophi :-
hitam, sebagian berwarna putih, distribusi merata
Mata  Nyeri tekan Proc. Mastoideus : -/-
 Eksolftalmus/Endoftalmus : -/-
 Gerakan : bisa ke segala arah  Pendengaran : kesan normal
 Tekanan bola mata : N+1/N+1
Hidung
 Kelopak mata : ptosis (-), hematoma
(-/+)
 Konjungtiva : pucat (+/+)  Perdarahan : -/-
 Sklera : ikterik (-/-)
 Sekret : -/-
 Kornea : reflex (+/+)
 Pupil : isokor (3mm/3mm),
refleks cahaya (+/+)

7
Leher

Mulut  KGB : pembesaran (-)

 Bibir : pucat (-), mukosa kering (-), sianosis  Kelenjar gondok : struma (-)
(-),
 DVS : 5 + 4 cm H20
 Gusi : perdarahan (-)
 Pembuluh darah : pulsasi arteri karotis teraba
 Tonsil : T1/T1
 Kaku kuduk : (-)
 Faring : kesan normal
 Tumor : (-)
 Lidah : deviasi (-)

8
Paru
 Palpasi : fremitus raba ≈
Thoraks
 Perkusi :
 Paru kiri = sonor
Inspeksi  Paru kanan = sonor
 Batas paru hepar = sonor – pekak
 Pengembangan dada : simetris sejajar ICS V lilnea midclavicula dekstra
 Batas paru belakang kanan = setinggi thorakal
 Bentuk : normochest IX
 Batas paru belakang kiri = setinggi thorakal X
 Pembuluh darah : Pelebaran (-)
 Auskultasi :
 Payudara : kesan normal
 Bunyi pernapasan dasar = vesikuler +/+
 Sela iga : pelebaran (-)  Bunyi tambahan = Wh -/-, Rh basah
halus pada apeks hingga medial paru sinistra.

9
Jantung Punggung
 Inspeksi : IC tidak terlihat  Inpeksi : bekas luka (-)
 Palpasi : IC teraba di ICS V midclavicula sinistra
 Palpasi : NT (-), fremitus raba ≈
 Perkusi :
 Perkusi : redup, nyeri ketok -/-
 Batas kanan jantung = ICS IV linea sternalis
dextra  Auskultasi :
 Pinggang jantung = ICS III linea parasternalis  Bunyi napas = vesikuler +/+
Sinistra
 Bunyi tambahan = Wh -/-, Rh basah halus pada
 Batas kiri jantung = ICS V linea midclavicula apeks hingga medial paru sinistra.
sinistra
 Gerakan = simetris
 Auskultasi :
 BJ I/II = murni, reguler  Lain-lain = (-)
 Bunyi tambahan = murmur (+) sistolik, gallop (-)

10
Ekstremitas
 Akral dingin
Abdomen  CRT : < 2’

 Inspeksi : distensi (-)  Petekie : (-)


 Edema pitting : (-/-/-/-)
 Auskultasi : BU (+) normal
 Turgor kulit : baik
 Palpasi : nyeri tekan (-)
 Kuku : pucat (-) sianosis (-), white nail
 Hati = tidak teraba (-)
 Limpa = tidak teraba  Clubing finger : (-)
 Ginjal = ballotement (-/-)

 Lain-lain = massa (-) Alat Kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan

 Perkusi : timpani; shifting dullness (-), Anus dan Rektum : tidak dilakukan pemeriksaan
liver span 7 cm

11
 Laboratorium (hematologi rutin & kimia
klinik)
 EKG

12
Hematologi rutin: Kimia klinik:
 Eritrosit : 3,53 x106 /mm3 Neutrofil : 74,4 %  GDS : 103 mg/dl SGOT : 40 mg/dl
 Hb : 11.0 g/dl Limfosit : 10.1 %  Ureum : 30 mg/dl SGPT : 52 mg/dl
 HCT : 31.5 % Monosit : 11,5 %  Creatinin : 1.2 mg/dl HbsAg : Reaktif
 MCV : 89 um3 Eosinofil : 23.2 %
 MCH : 31.0 pg Basofil : 1,3 %
 MCH : 34.86 g/dl
 Trombosit : 453 x 103 L/mm3

 Leukosit : 21,2 x103 /mm3’

13
Irama : sinus, Regularitas : irreguler, Frekuensi : 57 x/menit, Axis : Deviasi ke kanan,
Gelombang P : 0,08 detik, Interval PR : memanjang, Kompleks QRS : Q patologi pada Lead
I,aVL,dan V1, Segmen ST : 0,8 detik, Gelombang T : normal.
14
ASSESMENT
 CHF Fc. IV

 Suspek RHD/VHD

 Hepatitis B

 Susp. TB Paru

 Anemia

 Hepatoselular injury

15
 Bed rest dengan posisi kepala 30’
 Diet lunak
 IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr/iv
 Inj. Omeprazole 2 x 40 mg/iv
 Inj. Ondansentron 3x1 ampul/iv
 Inj. Ketorolac 3x30 mg/iv
 Drip Neurobion 3x1 ampul/iv

16
FOLLOW UP
Tanggal S O A P

30/12/2019 - Batuk berdahak,  TTV - CHF Fc IV - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm


(H+3) dahak warna kuning. TD : 110/60 mmHg - VHD/RHD - Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr/iv 
- Mual (+), Muntah (-) S : 360 C - Hepatitis B H+4
- Jantung berdebar (+) N : 77 x/mnt regular - Susp. TB Paru - Inj. Omeprazole 2 x 40 mg/iv
- Lemas (+) RR : 20 x/menit - Anemia Normositik - Inj. Ondansentron (k/p)
- Penurunan nafsu SpO2 : 96% Normokrom - Inj. Ketorolac 3x30 mg/iv
makan (3-4 sendok) - Hepatoselular injury - Inj. Ranitidine 2x1 ampul/iv
- Nyeri sendi  Pemfis - Drip Neurobion 3x1 ampul/iv
berkurang Thoraks : - Drips Levofloxacin 1x500 mg/iv
- Sesak napas (-) - Paru : Rhonki basah halus  H+3
- Sulit menelan (-) pada apeks sampai medial - Spironolactone 1x25 mg/PO
paru sinistra. - Bisoprolol 1x5 mg/PO
- Jantung : BJ I/II : Reguler, - Na diklofenac 3x25 mg/PO
Galoop (-), Murmur sistolik
(+). Pro foto thoraks PA
17
Next....
31/12/2019 - Batuk berdahak,  TTV - CHF Fc IV - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
(H+4) dahak warna kuning. TD : 110/80 mmHg - VHD/RHD - Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr/iv 
- Mual (+), Muntah (+) S : 36,30 C - Hepatitis B STOP
2x berupa cairan N : 78 x/mnt regular - Susp. TB Paru - Inj. Omeprazole 2 x 40 mg/iv
kuning RR : 20 x/menit - Anemia Normositik - Inj. Ondansentron 2x1 ampul/iv
- Jantung berdebar (+) SpO2 : 96% Normokrom - Inj. Ketorolac 3x30 mg/iv 
- Lemas (+) - Hepatoselular injury STOP
- Penurunan nafsu  Pemfis - Inj. Ranitidine 2x1 ampul/iv 
makan (3-4 sendok) Thoraks : STOP
- Nyeri sendi (-) - Paru : Rhonki basah halus - Drip Neurobion 3x1 ampul/iv
pada apeks sampai medial - Drips Levofloxacin 1x500 mg/iv
paru sinistra.  H+4
- Jantung : BJ I/II : Reguler, - Spironolactone 1x25 mg/PO
Galoop (-), Murmur sistolik - Bisoprolol 1x5 mg/PO
(+). - Na diklofenac 3x25 mg/PO 
STOP
- Domperidon 3x1 tab./PO

Cek Albumin
18
Next....
01/01/20 - Batuk berdahak,  TTV - CHF Fc IV - IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
20 dahak warna TD : 110/80 mmHg - VHD/RHD - Inj. Omeprazole 2 x 40 mg/iv
(H+5) kuning. S : 36,30 C - Hepatitis B - Inj. Ondansentron 2x1
- Mual (+), Muntah (- N : 78 x/mnt regular - Susp. TB Paru ampul/iv
) RR : 20 x/menit - Anemia Normositik - Drip Neurobion 3x1
- Jantung berdebar SpO2 : 96% Normokrom ampul/iv
berkurang - Hepatoselular injury - Drips Levofloxacin 1x500
- Lemas (+)  Pemfis mg/iv  H+5
- Penurunan nafsu Thoraks : - Spironolactone 1x25 mg/PO
makan (3-4 - Paru : Rhonki basah halus - Bisoprolol 1x5 mg/PO
sendok) pada apeks sampai medial - Domperidon 3x1 tab./PO
paru sinistra.
- Jantung : BJ I/II : Reguler,
Galoop (-), Murmur
sistolik (+).

19
Next....

02/01/2020 - Batuk berdahak,  TTV - CHF Fc IV - IVFD NaCl 0,9% 12 tpm


(H+6) dahak warna kuning. TD : 100/60 mmHg - VHD/RHD - Inj. Omeprazole 2 x 40 mg/iv
- Mual (+), Muntah (-) S : 36,30 C - Hepatitis B - Inj. Ondansentron 2x1
- Jantung berdebar N : 78 x/mnt regular - Susp. TB Paru ampul/iv
berkurang RR : 20 x/menit - Anemia normositik - Drip Neurobion 3x1 ampul/iv
- Lemas (+) SpO2 : 96% normokrom - Drips Levofloxacin 1x500
- Penurunan nafsu - Hepatoselular injury mg/iv STOP
makan (3-4 sendok)  Pemfis - Hipoalbuminemia - Spironolactone 1x25 mg/PO
- BAB (-) 2 hari Thoraks : - Bisoprolol 1x5 mg/PO
- Paru : Rhonki basah halus - Domperidon 3x1 tab./PO
pada apeks sampai medial - Cefixime 2x100 mg/PO
paru sinistra. - Vip albumin 3x2 tab./PO
- Jantung : BJ I/II : Reguler, - Diet biasa
Galoop (-), Murmur sistolik
(+).
Periksa sputum
 Albumin : 2,8 mg/dL

20
Next....

03/01/2020 - Batuk berdahak, TD : 100/70 mmHg - CHF Fc IV - IVFD NaCl 0,9% 12 tpm
(H+7) dahak warna S : 36,80 C - VHD/RHD - Inj. Omeprazole 2 x 40 mg/iv
kuning. N : 76 x/mnt regular - Hepatitis B - Inj. Ondansentron 2x1
- Jantung berdebar RR : 22 x/menit - Susp. TB Paru ampul/iv  STOP
berkurang SpO2 : 96% - Anemia normositik - Drip Neurobion 3x1 ampul/iv
- Lemas berkurang normokrom - Spironolactone 1x25 mg/PO
- Nafsu makan Thoraks : - Hepatoselular injury - Bisoprolol 1x5 mg/PO
membaik (> 5 - Paru : Rhonki basah halus - Hipoalbuminemia - Domperidon 3x1 tab./PO 
sendok) pada apeks sampai medial STOP
- BAB (-) 2 hari paru sinistra. - Cefixime 2x100 mg/PO
- Mual (-), Muntah (-) - Jantung : BJ I/II : Reguler, - Vip albumin 3x2 tab./PO
Galoop (-), Murmur sistolik - Diet biasa
(+). - Aff infus

Albumin : 2,8 mg/dL Periksa sputum

21
Next....

04/01/2020 - Batuk berdahak,  TTV : - CHF Fc IV - Spironolactone 1x25 mg/PO


(H+8) dahak warna TD : 100/60 mmHg - VHD/RHD - Bisoprolol 1x2,5 mg/PO
kuning. S : 36,50 C - Hepatitis B - Cefixime 2x100 mg/PO
- Jantung berdebar N : 83 x/mnt regular - Susp. TB Paru - Vip albumin 3x2 tab./PO
berkurang RR : 20 x/menit - Anemia normositik - Curcuma tablet 1x1 tab./PO
- Sudah BAB SpO2 : 98% normokrom - Minum susu proten ½
- Nafsu makan - Hepatoselular injury sachet/hari
membaik (>10  Pemfis : - Hipoalbuminemia - Diet biasa
sendok) Thoraks :
- Paru : Rhonki basah halus
pada apeks sampai medial
paru sinistra.
- Jantung : BJ I/II : Reguler,
Galoop (-), Murmur
sistolik (+).

Albumin : 2,8 mg/dL


PASIEN PULANG
22
Hasil Foto Thoraks

23
BAB II PEMBAHASAN

24
Chronic Heart Failure Fc IV

25
Kasus Teori

• Anamnesis  sesak timbul tiba-tiba saat Diagnosis gagal jantung kongestif didasarkan pada
pasien sedang tidur malam. gejala-gejala yang ada pada anamnesis dan penemuan
klinis disertai dengan pemeriksaan penunjang antara
• Pemeriksaan fisik  JVP 5 + 4 cmH2O, lain foto thorax, EKG, ekokardiografi, pemeriksaan
laboratorium rutin, dan pemeriksaan biomarker. Kriteria
terdapat bunyi tambahan rhonki basah halus Framingham berikut dipakai untuk diagnosis gagal
pada daerah apeks hingga medial paru jantung kongestif.
sinistra.
• Pemeriksaan penunjang :

EKG : Iskemia
Foto thoraks : Kardiomegali (-)

26
Kasus Teori

Pedoman pengklasifikasian penyakit gagal jantung


CHF Fc IV kongestif berdasarkan tingkat aktivitas fisik menurut
New York Heart Association (NYHA) :
• Anamnesis  sesak timbul tiba-tiba saat
 NYHA class I, penderita penyakit jantung tanpa
pasien sedang tidur malam (saat istirahat). pembatasan dalam kegiatan fisik serta tidak
menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung
seperti cepat lelah, sesak napas atau berdebar-
debar, apabila melakukan kegiatan biasa.
 NYHA class II, penderita dengan sedikit
pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak
mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi
kegiatan fisik yang biasa dapat menimbulkan
gejala-gejala insufisiensi jantung seperti
kelelahan, jantung berdebar, sesak napas atau
nyeri dada.
 NYHA class III, penderita penyakit dengan
pembatasan yang lebih banyak dalam kegiatan
fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu
istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang kurang
dari kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala-
gejala insufisiensi jantung seperti yang tersebut di
atas.
 NYHA class IV, penderita tidak mampu melakukan
kegiatan fisik apapun tanpa menimbulkan keluhan,
yang bertambah apabila mereka melakukan
kegiatan fisik meskipun sangat ringan.

27
Kasus Teori

Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan Pada gagal jantung kongestif, idealnya dilakukan
biomarker jantung dan ekokardiografi. pemeriksaan ekokardiografi dan biomarker
jantung.

Gambaran yang diharapkan ditemukan pada


pemeriksaan ekokardiografi antara lain :
pelebaran chamber jantung, abnormalitas wall
motion, penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri,
hipertrofi ventrikel, atau gangguan struktur dan
fungsi katup jantung.

28
Kasus Teori

Pengobatan : Pada penjelasan teori, pasien dengan CHF


 IVFD NaCl 0,9% 20 tpm diberikan terapi non farmakologis dan
 Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr/iv farmakologis, dimana farmakologis berupa :
 Drips Levofloxacin 1x500 mg/iv
 Inj. Omeprazole 2 x 40 mg/iv ACE inhibitor, diuretik, β blocker, antagonis
 Inj. Ondansentron (k/p) reseptor aldosteron, ARB, hidralazin-ISDN, anti
 Inj. Ketorolac 3x30 mg/iv trombotik sesuai indikasi terapi masing-masing
 Inj. Ranitidine 2x1 ampul/iv
obat.
 Drip Neurobion 3x1 ampul/iv
 Spironolactone 1x25 mg/PO ACE inhibitor merupakan obat lini pertama
 Bisoprolol 1x5 mg/PO dalam gagal jantung.
 Na diklofenac 3x25 mg/PO
Tidak diberikan obat golongan ACE inhibitor

29
Rheumatic Heart Disease

30
Kasus Teori

Anamnesis : Gagal jantung dapat disebabkan oleh infark

Pasien juga mengeluh sulit menelan, nyeri pada miokardium, miopati jantung, defek katup,
sendi terutama di kedua siku, pinggang, dan malformasi kongenital dan hipertensi kronik.
kedua lutut sejak 2 minggu lalu SMRS.
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai

Pemeriksaan fisik : penyakit yang hampir selalu disebabkan oleh

Murmur sistolik (+) rematik. Meskipun terjadi penurunan insidensi


penyakit demam rematik namun penyakit rematik
masih merupakan penyebab lazim deformitas katup.

Penyakit demam rematik akut yaitu sindroma


peradangan yang timbul setelah sakit tenggorokan
oleh Streptokokus B hemolitikus grup A yang
cenderung dapat kambuh.
31
Kasus Teori

Anamnesis :
Pasien juga mengeluh sulit menelan, nyeri pada
sendi terutama di kedua siku, pinggang, dan
kedua lutut sejak 2 minggu lalu SMRS.

Pemeriksaan fisik :
Murmur sistolik (+)

Pemeriksaan penunjang :
Pemanjangan interval PR pada EKG
Leukositosis (Leukosit : 21,2 x103 /mm3)

32
33
Kasus Teori

Anamnesis : Interval PR yang memanjang biasanya menunjukkan

Pasien juga mengeluh sulit menelan, nyeri pada adanya keterlambatan abnormal sistem konduksi
sendi terutama di kedua siku, pinggang, dan pada nodus atrioventrikel dan meskipun sering
kedua lutut sejak 2 minggu lalu SMRS.
dijumpai pada demam rematik, perubahan
gambaran EKG ini tidak spesifik untuk demam
Pemeriksaan fisik : rematik.
Murmur sistolik (+)
Berdasarkan revisi kriteria Jones tahun 1992,
diagnosis demam rematik ditegakkan jika ditemukan
Pemeriksaan penunjang : 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor + 2 kriteria

Pemanjangan interval PR pada EKG minor, ditambah bukti infeksi GAS yang positif di
tenggorokan dan peningkatan titer antibodi
Leukositosis (Leukosit : 21,2 x103 /mm3)
streptokokus (ASTO).

34
Kasus Teori

Pada kasus ini belum dilakukan pemeriksaan Titer antistreptolisin O (ASTO) merupakan
pemeriksaan diagnostik standar untuk demam rematik,
tambahan ASTO. sebagai salah satu bukti yang mendukung adanya
infeksi Streptokokus. Titer ASTO dapat dijumpai pada
sekitar 70% sampai 80% kasus demam rematik akut.

Diagnosis Demam Rematik & Penyakit Jantung Rematik


Perlu pemeriksaan echocardiografi agar dapat menurut WHO tahun 2002-2003 (berdasarkan revisi
menilai katup manakah yang mengalami kriteria Jones) yaitu :
kelainan. Pemeriksaan ini belum sempat • Demam Rematik serangan pertama: 2 kriteria major
dilakukan  pasien meminta agar pemeriksaan atau 1 kriteria major dan 2 minor + Streptokokus B
echocardiografi dilakukan di tempat praktek hemolitukus grup A bukti infeksi sebelumnya.
dokter spesialis saja. • Demam Rematik serangan rekuren tanpa Penyakit
Jantung Rematik : 2 major atau 1 major dan 2 minor +
bukti Streptokokus B hemolitukus grup A sebelumnya.
• Demam Rematik serangan rekuren dengan Penyakit
Jantung Rematik: 2 minor + bukti Streptokokus B
hemolitukus grup A sebelumnya
• Korea Syndenham: tidak perlu kriteria major lainnya
atau bukti Streptokokus B hemolitukus grup A.
• Penyakit Jantung Rematik (stenosis mitral murni
atau kombinasi dengan insufisiensi dan atau
gangguan aorta) : tidak perlu kriteria lain

35
TB Paru

36
Kasus Teori

Anamnesis : Kriteria diagnosis TB Paru berdasarkan


International Standards for Tuberculosis Care
Sesak napas (ISTC) :
Batuk berdahak sejak 2 minggu yang lalu,
a. Semua pasien dengan batuk produktif yang
Penurunan berat badan yang berlangsung selama ≥ 2 minggu yang
tidak jelas penyebabnya, harus dievaluasi
Adanya riwayat terpapar dengan penderira TB untuk TB.
paru (sepupu pasien) yang sementara menjalani
pengobatan. b. Semua pasien (dewasa, dewasa muda, dan
Pemeriksaan fisik : anak yang mampu mengeluarkan dahak)
yang diduga menderita TB, harus diperiksa
Rhonki basah halus pada apeks hingga medial mikroskopis spesimen sputum/ dahak 3 kali
paru sinistra
salah satu diantaranya adalah spesimen pagi.
Pemeriksaan penunjang :
c. Semua pasien dengan gambaran foto toraks
Pemeriksaan foto thoraks AP  konsolidasi pada tersangka TB, harus diperiksa mikrobiologi
apeks paru sinistra dahak.
Menunggu hasil sputum!!

37
Hepatitis B

38
Kasus Teori

Anamnesis : Anamnesis pada pasien hepatitis B bisa


didapatkan demam yang tidak terlalu tinggi
Mual muntah, nyeri tenggorok, nyeri sendi dan antara 38’C-39’C, selain itu terdapat gangguan
otot, penurunan berat badan. pencernaan seperti mual, muntah, malaise,
pusing, nyeri sendi dan otot, sakit kepala, rasa
tidak nyaman dengan cahaya, nyeri tenggorok,
batuk dan pilek (flu like syndrome) dapat timbul
sebelum badan menjadi kuning selama 1-2
minggu.
Pada saat timbul gejala utama yaitu badan dan
mata menjadi kuning, gejala-gejala awal
tersebut biasanya menghilang, tetapi pada
beberapa pasien dapat disertai kehilangan
berat badan (2,5-5 kg), hal ini biasa dan dapat
terus terjadi selama proses infeksi.

39
Kasus Teori

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan gambaran


Pemeriksaan fisik : Ikterik terutama pada sklera dan bagian tubuh lain.
Hepatomegali disertai nyeri tekan, mungkin
Tidak ditemukan adanya ikterik, hepatomegali terdapat di kuadran kanan atas disertai perasaan
dan nyeri tekan pada regio abdomen kuadran yang tidak nyaman. Hepar yang membesar teraba
kanan atas. lunak dengan pinggiran yang tajam.

Pemeriksaan penunjang hepatitis B dapat


ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium dapat berupa
Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan hematologi, dan pemeriksaan
serologi.
 SGOT : 40 mg/dl
Pemeriksaan hematologi didapatkan peningkatan
 SGPT : 52 mg/dl kadar aminotransferase serum AST dan ALT (SGOT,
SGPT) selama fase prodormal dari hepatitis virus
 HbsAg : Reaktif akut mendahului peningkatan bilirubin, baik yang
terkonjugasi ataupun yang tidak terkonjugasi.
HBsAg muncul pada 2-8 minggu sebelum gejala,
menandakan sedang terjadi infeksi.

40
Next....
Untuk menegakkan diagnosis pasti, pasien harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut meliputi
DNA VHB serum dan status HbsAg 6 bulan kemudian, untuk memastikan apakah pasien dengan hepatitis
B akut, pengidap inaktif, resolved hepatitis infection, atau hepatitis B kronik, seperti pada tabel berikut :

41
Next....
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin didapatkan kadar Hb 11,0 mg/dl,
trombosit 453.000/mm3, dan leukosit 21.200/mm3, yang menandakan :

- Anemia

Mekanisme terjadinya anemia pada gagal jantung meliputi disfungsi sumsum tulang karena penurunan
curah jantung dan aktivasi sitokin. Aktivitas TNF-α dapat menyebabkan depresi sumsum tulang,
insensitivitas terhadap eritropoietin (EPO) dan mengganggu pelepasan dan penggunaan besi tubuh.

- Trombositosis

Faktor risiko terjadinya aterosklerosis di kemudian hari. Aterosklerosis ditandai dengan adanya
penebalan pada tunika intima media arteri karotis yang mengakibatkan iskemik pada otot jantung,
sehingga dapat memicu gagal jantung berupa disfungsi diastolik maupun sistolik ventrikel.

- Leukositosis  menandakan adanya infeksi.

42

Anda mungkin juga menyukai