Biofar Parenteral 2
Biofar Parenteral 2
Biofar Parenteral 2
RUTE PARENTERAL
OUTLINE PEMBAHASAN
Bila terjadi kekeliruan pada saat pemberian, maka hampir tidak dapat
diperbaiki terutama setelah pemberian intravena.
Bila obat sudah masuk ke dalam tubuh pasien, maka sulit untuk ditarik
kembali atau dikeluarkan.
INTRA- INTRA-
SPINAL MUSKULAR
Rute Umum
Parenteral
INTRA-
SUBKUTAN
KUTAN
Rute • Intraperitoneal dan
lainnya • Intraartikular
RUTE OBAT PARENTERAL
Cara intravaskular
Cara ekstravaskular
obat langsung masuk ke sirkulasi sistemik
obat harus diabsorpsi dulu sebelum
dan didistribusikan ke seluruh tubuh seperti
masuk ke peredaran sistemik seperti
pada cara pemberian intravena (injeksi dan
pemberian i.m, s.c, i.c, dan i.p. Syarat
infus). Obat tidak mengalami fase absorbsi.
untuk diabsorpsi adalah obat harus
Konsentrasi obat dalam plasma ditentukan
dibebaskan dari bentuk sediaannya yang
oleh kecepatan biotransformasi dan
tergantung dari faktor fisikokimia obat,
kecepatan ekskresi/eliminasi obat dari
faktor lingkungan tempat absorpsi dan
tubuh.
teknik pembuatan.
Hubungan antara nasib obat dalam tubuh dengan rute pemberiannya
1. Intravena (i.v)
Obat langsung masuk ke sirkulasi sistemik dan didistribusikan ke seluruh
tubuh. Konsentrasi obat dalam plasma ditentukan oleh kecepatan
biotransformasi dan kecepatan ekskresi/eliminasi obat dari tubuh.
Volume relatif lebih besar. Volume kecil (< 5 ml) sebaiknya isotonis dan
isohidri, sedangkan volume besar (infus) harus isotonis dan isohidris.
Cara pemberian intravena sebagai berikut :
Secara bolus, injeksi diberikan secara langsung dengan
kadar tinggi dan pada waktu yang pendek.
Secara intermitant infus, injeksi i.v diberikan melalui infus
dengan periode pemberian 20 menit sampai 4 jam dalam
sehari.
Secara continous infus, injeksi i.v melalui infus dengan
waktu pemberian lebih dari 6 jam sampai 24 jam.
2. Intramuskular (i.m)
Obat yang berbahaya bila diberikan secara intravena, maka diberikan secara
i.m. Respon terhadap obat yang diberikan secara i.m tidak secepat i.v tetapi
secara kuantitatif hasil absorpsi i.m baik, biovaibilitas mencapai 80-100%.
Larutan obat dalam air lebih cepat diabsorpsi daripada bentuk suspensi
atau larutan dalam minyak.
Kecepatan absorpsi tergantung pada vaskularitas tempat suntikan dengan
kecepatan darah antara 0,02-0,07 ml/menit.
Molekul kecil langsung diabsorpsi ke dalam kapiler. Molekul besar masuk
ke sirkulasi melalui saluran getah bening.
Obat tertentu (ampisilin, klodiazepoksida, diazepam) tidak terabsorpsi
secara sempurna karena terjadi presipitasi yang menyebabkan redisolusi
sangat lambat atau terjadinya fagositosis partikel obat.
3. Subkutan (s.c)
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah
dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.
Tempat yang paling tepat untuk melakukan injeksi subkutan meliputi
area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas
bawah kosta sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha
Tempat penyuntikan dibagian tubuh yang sedikit lemak dan masuk ke
jaringan di bawah kulit.
Volume tidak lebih dari 1 ml
Larutan sebaiknya isotonis dan isohidri. Larutan yang sangat
meyimpang isotonisnya dapat menimbulkan rasa nyeri atau nekrosis
dan absorpsi zat aktif tidak optimal
Onset (mula kerja) obat berbentuk larutan dalam air lebih cepat daripada sediaan
suspensi. Determinan kecepatan absorpsi ialah total luas permukaan tempat terjadinya
penyerapan.
Zat aktif bekerja lambat daripada secara i.v
4. Intrakutan (di dalam kulit)
• Lokasi pemberian : lengan bawah dalam dan punggung bagian atas
• Tujuan pemberian : diagnostik, desensitasi (alergi) atau imunisasi
Sifat larutan sebaiknya isotonis dan isohidris karena larutan yang
nonisotonik dapat memberikan tanda-tanda iritasi palsu. Volume yang
diberikan tidak lebih dari 0,2 ml karena volume jaringan kecil dan
kompak.
Intraspinal, Intraperitoneal, Intraartikular dan
Intradermal
Intraspinal, disuntikan ke dalam susmsum tulang belakang.
Larutan harus isotonik dan isohidris, karena sirkulasi dari
cairan serebrospinal lambat dan gangguan tekanan
osmotik dengan cepat menyebabkan sakit kepala dan
muntah
Intra Peritoneal (i.p), yaitu kateter dimasukan dalam perut
dengan operasi untuk memasukan cairan steril dialisis.
Larutan harus hipertonis, zat aktif diabsorpsi dengan cepat
dan volume diberikan dalam jumlah besar (1 atau 2 liter)
Intraartikular, yaitu disuntikan ke dalam sendi, larutan
isotonis dan isohidris
Berbagai Faktor yang Mempengaruhi
Proses Biofarmasetik Obat pada
Pemberian Melalui Parenteral
Komponen formulasi
Pengawet tidak boleh diberikan pada sediaan injeksi untuk rute melalui
cairan intraokuler atau cerebrospinal karena dapat menimbulkan toktisitas.
Aspek Biofarmasetika Sediaan Parenteral
Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid) yang dapat
digunakan untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin, skopolamin, dan epinefrin
atau obat lainnya. Injeksi subkutis biasanya diberikan dengan volume samapi 2 ml (PTM
membatasi tak boleh lebih dari 1 ml) jarum suntik yang digunakan yang panjangnya
samapi ½ sampai 1 inci (1 inchi = 2,35 cm).
Pada daerah subcutan hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap
jaringan. Absorbsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan
lebih lama. Absorbsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang
ditanamkan dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi. Pemberian obat bersama
dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorbsinya.
Intramuscular dan Subcutan, absorbsi pada kedua injeksi ini akan lebih cepat jika
diberikan dalam bentuk cairan. Kecepatan absorbsinya tergantung pada
vaskularisasi di wilayah tubuh yang diinjeksi. Faktor lainnya yang mempengaruhi
adalah:
konsentrasi obat
derajat ionisasi dan bentuk lipid nonion
serta wilayah injeksi.
Intrakutan
Cara penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume
pemberian lebih kecil dan sc, absorbsinya sangat lambat karena tidak
terdapat banyak pembuluh darah sehingga onset yang dapat dicapai
sangat lambat.
Thank you
For Your Attention