Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN ANAK

 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU E DENGAN KETUBAN
PECAH DINI DI RUANGAN TERATAI RSUD ARIFIN ACHMAD
 
SHANTI LESMANA SARI
NIM : 19091039

 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKes HANG TUAH PEKANBARU
2019/2020
PENGERTIAN
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput
sebelum terdapa tanda-tanda persalinan
mulai dan tunggu satu jam belum terjadi
inpartum terjadi pada pembukaan kurang
dari 4 cm, dan bisa terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan atau tidak cukup.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh
kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan mambran disebabkan adanya
infeksi yang dapat berasal dari vagina
serviks
Etiologi
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus)
4. Kelainan letak,
5. Faktor lain
Faktor golongan darah
Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
 
Pemeriksaan penunjang
• Ultrasonografi
• Amniosintesis
• Pemantauan janin
• ProteinC-reaktif
METODE PENELITIAN
Penanganan Konservatif
Lokasi Dan Waktu
Rawat di rumah sakit Penelitian
Berikan antibiotika (Ampicillin 4RSUD
x 500Arifin
mg/eritromisin)
Achmad
dan Metronidazole. Provinsi Riau dan waktu
penelitian dimulai dari
Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air
February-Juni 2019
ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak
keluar lagi.
Jika umur kehamilan 34-37 minggu belum inpartu,
tidak ada infeksi berikan tokolitik, deksametason dan
induksi sesudah 2 jam dan jika ada infeksiTeknikberi
antibiotik dan lakukan induksi. Sampling
Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikanConsecutive
steroid
sampling
untuk memicu kematangan paru janin
Kerangka Konsep
Diagnosa yang mungkin muncul

1. Risiko infeksi, (factor resiko: infeksi intra


partum, infeksi uterus berat, gawat janin)
2. Kecemasan (Ansietas) b.d Perubahan dalam:
status kesehatan
3. Defisiensi Pengetahuan b.d keterbatasan
kognitif dalam hal mengenal tanda dan
gejala penyakit
4. Nyeri akut b.d agen cidera (fisik) luka
operasi
GAMBARAN KASUS
Pasien Ny. E (36 tahun) datang ke RSUD rujukan dari RS Awalbros Panam
dengan status obstetrik G1P0A0H0 dengan usia gestasi 32-33 minggu. HPHT
24-04-2019 dan TP 31-01-2020. Pasien datang dengan keluhan air ketuban
keluar sejak 20 jam SMRS, air ketuban tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
tertahankan, tidak ada keluar darah atau lendir. pasien mengatakan kurang
merasakan gerakan janin, pasien tidak mengeluhkan pusing, pasien tidak mual
muntah. Pasien mengatakan kontrol ke bidan sebanyak 3x, dan kedokter
kandungan sebanyak 2x dan dikatakan janin baik-baik saja. Saat dilakukan
pengkajiaan fisik didapatkan panjang TFU 26 cm dan teraba di pertengahan
prosesus xyphoideus dan umbilikius, DJJ 142x/menit, inpeksi perut tampak
membuncit sesuai kehamilan. Leopold I didapatkan terasa kurang bulat, tidak
melenting, dan lunak. Leopold II didapatkan bahanan memanjang pada sisi kiri
dan bagian kecil disisi kanan ibu. Leopold III teraba bulat, melenting dan keras
dan belum terfiksasi. Hasil labor yang didapatkan: Hb 11.7 g/dl, leukosit
9.310/µL, limfosit 20.7%, monosit 7.9%, hematocrit 33.6%, eritrosit 256.000
10^6/µL. hasil uji labor pada urine didapatkan bahwa urine warna kuning dan
agak keruh, bilirubin negative, glukosa negative, epitel positif, bakteri positif 1.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi.
 

Mama pasien : Ny. E


UMUR : 36 tahun
Pendidilkan terakhir : SMA
Status perkawinan : pertama
Nama suami : Tn. P
Umur : 34 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
 Pekerjaan suami : pengawai swasta
Alamat : jl kubang jaya
Agama : islam
Suku/bangsa : jawa
HPHT :24-04-2019

Survey Awal
Taksiran partus : 31-01-2020
Status obstrektik : G1P0A0H0
Usia kehamilah 32-33 minggu
BBSH : 46 kgBBS : 56 kg TB : 143 cm
Survei
TD awal
: 180/100 mmHgyang suhu dilakukan
: 36,8 nadi 92 pada
x/i RR:10
22x/Ipasien kanker
payudara di ruangan Seruni RSUD Arifin Achmad
Provinsi abdomen
Pemeriksaan Riau. Pada 3 orang pasien mengatakan
Leopold
bahwaI :penilaian
bokong, TFU 26 cm
terhadap efek samping kemoterapi
Leopold II : punggung
positifIII: kepala
Leopold karena setelah
belum terfiksasi mereka melakukan
kemoterapi yang dirasakan badan terasa segar dan
lebih termotivasi melakukan kemoterapi. Namun,
Pigmentasi
padanigra
Linea 7 :orang
ada pasien mengatakan bahwa penilaian
Striae : tidak ada
terhadap efek samping samping kemoterapi adalah
Bekas operasi : tidak ada
negatif karena pasien setelah melakukan
kemoterapi mengalami mual muntah, kehilangan
Perineum
nafsu
Tidak makan serta mengganggu aktivitas fisik
ada keputihan
dalam cairan
Terdapat kehidupan pasien
ketuban keluar sehari-hari
sedikit, tidak berwarna dan tidak ada bau
Keadaan mental
Penatalaksanaan
Adaptasi psikologis - Operasi
- Terapi
Pasien pada saat ini merasa cemasradiasi
- Terapi
terhadap janinnya karena ketuban hormon
 
- Kemoterapi
sudah keluar sedikit-dikit

Efek samping kemoterapi :


Penerimaan terhadap kehamilan :
-
Terhentinya fungsi
pasien menanti kehamilan ini kerja sumsum tulang
Kualitas hidup Persepsi tetang - Mual dan muntah
- Alopesia
Kepercayaan
pasien kanker keluarga terhadap
efek samping
- Stomatitis
payudara kemoterapi
- Reaksi alergi
kehamilan ini : tidak ada - Ekstravasasi
 
 
 
Obat-obatan:
Rumusan2x1gr, antibiotik yang
Cefotaxime
Masalahuntuk mengobati
digunakan
Pemeriksaan Penunjang
sejumlah infeksi bakteri
Hb : 11,7 g/dl (14,9-23,7)
Dexamethasone 2x6 mg, obat untuk Leukosit : 9.310 10^3/µl
mengatasi peradangan, reaksi alergi, (10.0-26.0)
membantu pematangan paru pada
janin
Urine
Dopament 2x6 mg, obat untuk Warna kuning dan agak
hipertensi kekeruhan
Epitel positif (positif)
Nipedipin 3x10 mg, obat untuk Bakteri positif 1 (negatif)
hipertensi
Bilirubin negative (negatif)
Drip MGSO4 40%, obat untuk Glukosa negatif (negative)
mengatasi kadar magnesium dalam
tubuh
Analisa data
Data Etiologi masalah

DS : pasien mengatakan Ketuban pecah dini


keluar air ketuban Resiko infeksi
sedikit Tidak ada perlindung
luar didaerah Rahim
Do :
Pemeriksaan urine +1 Mudahnya
bakteri mikroorganisme yang
Urine berwarna kuning masuk
dan agak keruh
Air ketuban tidak Resiko infeksi
berwarna dan tidak
berbau
Leukosit 9.310
Suhu 36,8
Data Etiologi Masalah

Ds : Ketuban pecah dini ansietas


Pasien mengatakan Air ketuban keluar
cemas pada keadaan saat sedikit-dikit
ini
Pasien juga mengatakan Kecemasan ibu terhadap
cemas pada keadaan keadaan bayi
janinnya karena anak
pertama ansietas

Do :
DJJ 142x/m
Pasien tampak cemas
 
Intervensi
Nanda Nic Noc

Kriteria hasil - Kaji ttv pasien


didapatkan : - Memberikan
Klien tidak lingkungan yang
menunjukkan tanda- nyaman
tanda infeksi - Kolaborasi utk
Resiko infeksi
Tidak ada cairan pemberian antibiotic
ketuban yang keluar - Perineal hygiene
Suhu normal - Batasi aktivitas
DJJ normal - Persiapan sc (puasa,
bersihkan vulva)
Nanda Noc Nic

Stadium Kanker Payudara


- Kaji kecemasan
- Ajarkan pasien
utk nafas dalam
- Anjurkan pasien
Kriteria hasil untuk tetap
didapatkan : tenang
Ansietas berkurang - Berikan
Ansiestas Wajah klien tampak lingkungan yang
rileks nyaman
Ttv dalam batas - Kolaborasi
normal dengan keluarga
pasien untuk
membatasi
kunjungan
kepada pasien
Diagnosa: resiko infeksi
Hari Implementasi SOAP
S : pasien sadar
Mengatur tempat tidur O : k/u cm
Menganjurkan pasien untuk selalu Suhu 36,8
Senin, 09- mengganti pakaian dalam DJJ 142 x/m
12-2019 Menganjurkan pasien untuk menjaga A : masalah belum
Malam keberihan organ intim teratasi
Memberikan obat cefotaxime P : intervensi
Memeriksa ttv Pasien direncanakan
SC

S : pasien post op SC
rabu, 10- O : k/u cm
21-2019 Memberikan lingkungan yang nyaman Suhu 36,4
pagi Menganjurkan pasien untuk mencuci Pasien sudah bisa
tangan miring kiri dan
Menganjurkan pasien membatasi kanan
pengunjung A : masalah teratasi
Memberikan obat cefotaxime sebagian
P : intervensi untuk
besok
Hari / tanggal implementasi SOAP

Kamis, 12-12/19 Menganjurkan psien utuk S : pasien sadar


sellu mencuci tangan O : k/u cm
Menganjurkan pasien utk Suhu 36,4
selalu mengaja kebersihan Pasien sudah
organ intim mobilisasi
A : masalah teratasi
P : intervensi
Dx: ansietas
Hari implementasi SOAP
Senin, 09-12- menganjurkan psien untuk S : pasien mengatakan cemas
2019 tidak banyak fikiran O : k/u cm
malam Mengajarkan teknik nafas DJJ 142 x/m
dalam A: Masalah belum teratasi
Menganjurkan pasien/keluarga P : intervensi untuk
membatasi pengunjung kecemasan
Memeriksa DJJ
Menganjurkan pasien utnuk
istirahat lebih banyak

rabu, 05-11- Menganjurkan pasien utk S : pasien mengatakan cemas


2019 tenang karena anak nya sudah O : k/u cm
pagi ada yg rawat BBLR 1800GR
Menganjurkan pasien utk tdk Pasien tmpak cemas dg
banyak fikiran kedaan bayinya
Menganjurkan pasien ttp A : masalah teratasi
memberikan assi kpda anaknya sebagian
P : intervensi untuk ansietas
Hari / tanggal implementasi SOAP

Kamis, 12-12/19 Menganjurkan pasien utk S : Pasien mengatakan


makan makanan yang cemas
merangsang ASI O : k/u cm
Menganjurkan pasien utk tdk ASI keluar sedikit
cemas thdp kondisi anaknya bertmbah
Menerapkan EPB u/ A : masalah teratasi
merangsang ASI P : intervensi
EBP yang telah
dilakukan
PEMBAHASAN
• Setelah membaca dan memahami tinjauan teori dan asuhan
keperawatan teori tentang ketuban pecah dini, didapatkan bahwa
pasien juga mengalami masalah resiko infeksi dan kecemasan
tentang kondisi kesehatan sekarang dan keadaan janinnya. Hasil
masalah ini didapatkan dari pengkajian yang dilakukan. Pasien
dalam kondisi baik dan kesadaran composmentis. Pasien dalam
keadaan hamil dengan HPHT 24-04-2019, TP 31-01-2020, status
obsetri G1P0A0H0. Pasien menderita riwayat hipertensi dan
sekarang pasien mengalami ketuban pecah dini sejak 20jam
SMRS, umur kehamilan 32-33 minggu.
• Manifestasi klinis yang ditemukan pada kasus memiliki kesamaan
dengan teori yaitu pasien mengalami keluarnya air ketuban
sedikit, DJJ yang dilakukan pertama kali adalah 142x/menit,
kemudian diperiksa kedua kali meningkat menjadi 154x/menit. Air
ketuban tidak berhenti dan pasien belum ada mengalami deman.
Penatalaksaannya pasien dianjurkan untuk membatasi aktivitas
dan istirahat ditempat tidur sesuai dengan penatalaksanaan
dalam teori pasien harus tirah baring lama.
• Manifestasi klinis yang lain ditemukan dari hasil dari
pemeriksaan labor urine didapatkan warna urine kuning,
dan agak keruh, nilai glukosa positif 3, bakteri positif 1,
bilirubin negatif, ketuban masih keluar sedikit-dikit
sehingga dalam kasus ini diangkat diagnosa resiko infeksi.
Pasien diberikan obat cefotaxime untuk antibiotik untuk
mengatasi infeksi bakteri. Dan pada janinnya diberikan
dexamethasone untuk membantu pematangan paru pada
bayi. Pasien direncanakan operasi SC pada tanggal 10-12-
2019 karena untuk mengatasi ketuban pecah dini dan
penatalaksaan sesuai dengan penatalaksanaan pada teori.
• Pada diagnose yang kedua diangkat kecemasan (ansietas)
berhubungan dengan status kesehatan karena pasien
mengatakan cemas terhadap kondisi bayinya karena takut
kenapa-kenapa karena ketuban keluar sedikit-dikit.
Intervensi yang telah dilakukan yaitu menganjurkan pasien
untuk tidak banyak berfikir, mengajarkan teknik nafas
dalam untuk mengurangi cemas, memeriksa DJJ bayi, dan
menganjurkan pasien untuk lebih banyak istirahat.
• Setelah pasien dilakukan operasi SC, masalah resiko infeksi
teratasi, tetapi untuk masalah kecemasan pada ibu teratasi
sebagian karena kecemasan ibu berpindah kepada keadaan
anaknya yang sedang dirawat di Perinatologi karena kondisi
jani BBLR dengan berat badan lahr 1800 gram. Ibu juga
merasa cemas karena produksi ASI kurang. Intervensi yang
telah dilakukan yaitu menganjurkan pasien untuk tidak terlalu
stress yang dapat mengurangi produksi ASI, menganjurkan
pasien untuk lebih sering makan makanan yang bisa
merangsang ASI seperti bayam, sayur katu, jantung pisang
ataupun susu.
• Dalam penatalaksanaan ini juga menggunakan penerapan
evidence based untuk mengatasi salah satu masalah
keperawatan yaitu kecemasan dalam pemenuhan ASI.
Keterbatasan penerapan evidence based ni dari segi waktu.
Penerapan evidence based ini akan dievaluasi dalam 3 hari
yang seharusnya dilakukan dalam 3 minggu. Terapi ini bisa
dilanjutkan dirumah tanpa ada evaluasi dari perawat lagi.

Anda mungkin juga menyukai