dalam Audit”
Disusun Oleh:
Faridatul Bahiyya
17. 1. 02. 01. 0062
Motivasi Pihak yang Diaudit
Gaya Mengarahkan
• Gaya mengarahkan berarti pemimpin memberikan intruksi spesifik dan
mengawasi penyelesaian pekerjaan dari dekat.
Gaya Melatih
• Pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan dan mengawasi
penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan keputusan,
menawarkan saran, dan mendukung kemajuan bawahannya.
Gaya Mendukung
• Pemimpin memudahkan dan mendukung upaya bawahan untuk penyelesaian
tugas serta berbagi tanggung jawab dalam pembuatan keputusan dengan
bawahan.
Gaya Mendelegasikan
• Pemimpin menyerahkan tanggung jawab pembuatan keputusan dan
pemecahan masalah kepada bawahan secara relatife utuh.
Masing – masing gaya manajemen tersebut mempunyai perbedaan yang luas dan
semuanya mencerminkan filosofi serta pendekatan manajemen terhadap para
manajer. Menggunakan suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi
manajemen dari manajemen pihak yang diaudit akan menyebabkan audit menjadi
tidak popular dan menimbulkan kesulitan – kesulitan dalam perolehan bantuan
serta kerja sama secara sukarela.
Dari keempat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya terakhir merupakan
yang terpenting untuk didiskusikan :
Pada gaya pertama, aturan – aturan manajemen dipatuhi secara sangat ketat.
Auditor seharusnya tidak membuat ikatan – ikatan dengan staf tanpa persetujuan
manajemen. Akan tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk memperoleh
informasi maupun akses terhadap informasi, sehingga harus diambil langkah lain.
Auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan seluruh manajemen
dalam proses audit. Hubungan yang akrab dan berulang dapat meyakinkan pihak
manajemen bahwa auditor berada di pihak mereka. Oleh karena itu, kejujuran
dalam berdiskusi dapat menyakinkan manajemen bahwa tujuan audit adalah untuk
mengembangkan desain guna membantu memperbaiki operasi. Selain itu,
dibutuhkan suatu pola perilaku audit yang dapat mewujudkan hubungan dengan
manajemen karyawan yang bergaya pelatih.
Gaya terakhri adalah gaya mendelegasikan, auditor
seharusnya mengambil pendekatan bahwa mereka
merupakan bagian dari tim manajemen dan bertindak sebagai
rekan kerja atau konsultan. Bila audit dilakukan
menggunakan pendekatan audit tradisional, maka auditor
akan mempercayai atau mau membantu audit tersebut secara
penuh. Auditor sebaiknya memilih pendekatan yang
membuatnya dapat berhubungan dengan kelompok pihak
yang diaudit.
Pengelolaan Konflik
Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit (Chambers at al., 1987).
Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi jika tidak ditangani lebih awal, maka
konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik dapat terjaadi dalam hal – hal seperti berikut:
4. Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang diaudit.
Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung mempertahakan
profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung mempertahankan lembaga atau
keinginannya. Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang auditor bekerja pada suatu lembaga bisnis
professional, yang dikelilingi oleh suatu birokrasi, konflik dan hilangnya nilai – nilai serta norma –
norma profesionalisme akan muncul. Di pihhak lain, sikap dan keyakinan yang berkaitan dengan
lingkungan anggota seprofesi sering kali dibentuk oleh kondisi birokrasi.oleh karena itu, sikap yang
dimunculkan oleh satu atau beberapa orang professional yang mempertahankan nilai – nilai
profesionalismenya akan cenderung menjadi pemicu konflik.
Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survey terhadap
auditor dan dapat kesimpulan menyatakan bahwa:
1. Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih tinggi
dibandingkan dengan konflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja
dilingkungan organisasi bisnis bukan profesi.
2. Dalam organisasi professional, tingkat konflik yang diterima berbanding
terbalik dengan posisi individu dalam suatu birokrasi.
3. Persepsi konflik berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan
berhubungan secara positif dengan kecenderungan untuk berpindah
kerja.
Komunikasi ini terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, laporan tertulis. Perintah
seorang auditor dengan menggunakan komunikasi yang efektif merupakan cara yang positif untuk
Terdapat unsur-unsur yang dipresentasikan baik secara lisan maupun tulisan yang
dipertimbangkan untuk memiliki hubungan perilaku yang baik unsur tersebut adalah :
1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian dari
manajemen.
2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahan-kesalahan dari pihak yang
diaudit.
3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan baik secara verbal maupun tertulis.
4. Ketika memberikan saran pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit sebab hal ini berimplikasi
kepadaanggapan mereka .
5. Mengijinkan pihak yang diaudit untuk melakukan perubahan dalam bahasa laporan sepanjang tidak
mengubah subtansinya.
6. Jangan berargumen atau berkomentar mengenai moralitas, karena auditor mencari fakta dan tidak
Telah menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja audit yang
a. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diadit bidang mana yang akan diaudit.
b. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam menilai.
Pemrogram audit
Pelaksanaan audit
e.Memasukan informasi nyata pada laporan audit. Partisipasi didalam audit membantu