Anda di halaman 1dari 35

KELOMPOK 2

PENILAIAN SISTEMATIS SEBELUM, SAAT, DAN


SETELAH BENCANA PADA KORBAN SURVIVOR
POPULASI RENTAN DAN KOMUNITAS
Definisi risiko bencana
Risiko bencana adalah potensi
kerugian yang dinyatakan dalam
hidup, status kesehatan, mata
pencaharian, aset dan jasa, yang
dapat terjadi pada suatu komunitas
tertentu atau masyarakat dalam
kurun waktu tertentu.
(UNISDR, 2009)
Konsep menajemen risiko bencana
Definisi menurut para ahli
1. Lough and sears (dikutip dalam anonim
2009), manajemen risiko didefinisikan Manajemen risiko
sebagai suatu pendekatan yang
komprehensif untuk menangani semua bencana dibagi
kejadian yang menimbulkan kerugian. menjadi 2, yaitu:
2. Menurut william,et.al (dikutip dalam
anonim 2009) manajemen risiko juga 1. Manajemen risiko
merupakan suatu aplikasi dari manajmen bencana korektif
umum yang mencoba untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan 2. Manajemen risiko
menangani sebab dan akibat dari bencana
ketidakpastian pada sebuah organisasi.
prospektif
3. Menurut dorfman, manajemen resiko
dikatana sebagai suatu proses logis dalam
usahanya untuk memahami eksposur
terhadap suatu kerugian.
Tujuan manajemen risiko bencana
1. Mempersiapkan diri menghadapi semua bancana atau
kejadian yang tidak diinginkan
2. Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul
akibat dampak suatu bencana atau kejadian
3. Meningkatkan kesadaran semua pihak dalam
masyarakat atau organisasi tentang bencana sehingga
terlibat dalam proses penanganna bencana
4. Melindungi anggota masyarakat dari bahaya atau
dampak bencana sehingga korban dan penderitaan
yang dialami dapat dikurangi
Pra-bencana
1. Kesiapsiagaan
2. Peringatan dini
3. Mitigasi
4. Pendekatan
kultural

Saat bencana
Tahapan 1. Tanggap darurat
Menurut PP no 11 langkah-langkah yang dilakukan dalam
manajemen kondisi tanggap darurat yaitu :
risiko 1) Pengkajian seara cepat dan tepat
2) Penentuan stataus keadaan darurat bencana
bencana 3) Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan
tingkat bencana
4) Penyelamatan dan evakuasi

Pasca benca
1. Rehabilitasi
2. rekonstruksi
Identifikasi dan penilaian risiko bencana

Langkah awal dalam perspektif manajemen


risiko adalah melakukan identifikasi risiko.
Salah satu aspek penting dalam identifikasi
risiko adalah mendaftar risiko sebanyak
mungkin. Dalam manajemen risiko
bencana, identifikasi risiko dapat dimulai
dari mendaftar jenis risiko, factor bahaya,
factor kerentanan dan kapasitas.
Semua bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian di perkirakan
kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian:

Nilai Probabilitas Keterangan

5 Pasti hampir dipastikan 80 – 99%

60-80% terjadi tahun depan, atau sekali


4 Kemungkinan Besar
dalam 10 tahun mendatang

40-60% terjadi tahun depan, atau sekali


3 Kemungkinan terjadi
dalam 100 tahun

2 Kemungkinan kecil 20-40% terjadi dalam 100 tahun

1 Kemungkinan sangat kecil Hingga 20%


Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan
perkiraan dampaknya apabila bencana itu
memang terjadi dengan pertimbangan faktor
dampak antara lain:
• Jumlah korban;
• Kerugian harta benda;
• Kerusakan prasarana dan sarana;
• Cakupan luas wilayah yang terkena bencana;
dan
• Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,
Maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai
berikut:

Nilai Dampak Keterangan

80 – 90% wilayah hancur dan


5 Sangat parah
lumpuh total

4 Parah 60-80% wilayah hancur

3 Sedang 40-60%  wilayah rusak

2 Ringan 20-40% wilayah rusak

1 Sangat Ringan < 20% wilayah rusak


Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan
perkiraan dampaknya apabila bencana itu
memang terjadi dengan pertimbangan faktor
dampak antara lain:
1. Jumlah korban
2. Kerugian harta benda
3. Kerusakan prasarana dan sarana
4. Cakupan luas wilayah yang terkena bencana
dan
5. Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,
Maka akan didapat tabel sebagaimana contoh di bawah
ini :

No Jenis Ancaman Bahaya Probabilitas Dampak

1 Gempa Bumi diikuti tsunami 1 4

2 Tanah Longsor 4 2

3 Banjir 4 3

4 Kekeringan 3 1

5 Angin Puting beliung 2 2


Maka akan didapat tabel sebagaimana contoh di
bawah ini :
No Jenis Ancaman Bahaya Probabilitas Dampak

Gempa Bumi diikuti


1 1 4
tsunami

2 Tanah Longsor 4 2

3 Banjir 4 3

4 Kekeringan 3 1

5 Angin Puting beliung 2 2


Berdasarkan matriks diatas kita dapat
memprioritaskan jenis ancaman bahaya yang
perlu ditangani.
• Ancaman dinilai tingkat bahayanya dengan
skala (3-1)
• Bahaya/ancaman tinggi nilai 3
• Bahaya/ancaman sedang nilai 2
• Bahaya/ancaman rendah nilai 1
Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses
manajemen bencana melalui tiga langkah
sebagai berikut:
• Identifikasi bencana
• Penilaian dan evaluasi risiko bencana
• Menentukan pengendalian bencana
Penting untuk dicatat bahwa pendekatan ini tidak dapat
disamakan dengan rumus matematika. Pendekatan ini
digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara
ancaman, kerentanan dan kapasitas yang membangun
perspektif tingkat risiko bencana suatu kawasan.
• Berdasarkan pendekatan tersebut, terlihat bahwa
tingkat risiko bencana amat bergantung pada :
• Tingkat ancaman kawasan;
• Tngkat kerentanan kawasan yang terancam;
• Tingkat kapasitas kawasan yang terancam.
Upaya pengurangan risiko bencana berupa :
• Memperkecil ancaman kawasan
• Mengurangi kerentanan kawasan yang
terancam
• Meningkatkan kapasitas kawasan yang
terancam.
Prinsip Pengkajian/Penilaian Risiko Bencana

• Pengkajian/penilaian risiko bencana memiliki ciri


khas yang menjadi prinsip pengkajian. Oleh
karenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan :
• Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada
• Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari
para ahli dengan kearifan lokal masyarakat
• kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa
terpapar, kerugian harta benda dan kerusakan
lingkungan
• Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan
pengurangan risiko bencana
Fungsi Pengkajian Risiko Bencana

Pada tatanan pemerintah, hasil dari pengkajian risiko


bencana digunakan sebagai dasar untuk menyusun
kebijakan penanggulangan bencana. Kebijakan ini
nantinya merupakan dasar bagi penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana yang merupakan
mekanisme untuk mengarusutamakan
penanggulangan bencana dalam rencana
pembangunan.
Pengkajian risiko bencana

Pengkajian risiko bencana dapat


dilaksanakan oleh lembaga mana pun,
baik akademisi, dunia usaha maupun
LSM atau pun organisasi lainnya asal
tetap dibawah tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah daerah
dengan menggunakan metode yang
telah ditetapkan oleh BNPB.
Ditingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat
dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan
risiko bencana.
1. Persyaratan umum
• Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di tingkat
nasional minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman analisis di tingkat provinsi
minimal hingga kecamatan, kedalaman analisis di tingkat kabupaten/kota
minimal hingga tingkat kelurahan/desa/kam-pung/nagari).
• Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk provinsi; peta dengan skala
1:50.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi;
peta dengan skala 1:25.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Nusa
Tenggara.
• Mampu menghitung jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa).
• Mampu menghitung nilai kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan
(dalam rupiah).
• Menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedang
dan rendah.
• Menggunakan GIS dengan Analisis Grid (1 ha) dalam pemetaan risiko bencana
2. Metode Umum
3. Metode Penyusunan Peta Risiko Bencana
4. Metode Penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana
5. Korelasi Penyusunan Peta dan Dokumen Kajian
6. Metode Penghitungan Indeks

Pengkajian Risiko Bencana disusun berdasarkan


indeks-indeks yang telah ditentukan. Indeks
tersebut terdiri dari Indeks Ancaman, Indeks
Penduduk Terpapar, Indeks Kerugian dan Indeks
Kapasitas. Kecuali Indeks Kapasitas, indeks-indeks
yang lain amat bergantung pada jenis ancaman
bencana. Indeks Kapasitas dibedakan berdasarkan
kawasan administrasi kajian. Pengkhususan ini
disebabkan Indeks Kapasitas difokuskan kepada
institusi pemerintah di kawasan kajian.
7. Analisis tingkat risiko bencana Kabupaten/Kota

• Klasifikasi Data
Data yang digunakan merupakan data hasil kajian
risiko yang terdiri dari data:
(1) bahaya per jenis bencana
(2) jiwa terpapar per jenis bencana
(3) kerugian rupiah per jenis bencana
(4) kerusakan lingkungan (ha) per jenis bencana dan
(5) kapasitas pemerintah daerah per kabupaten/kota.
• Pembobotan
• rumus risiko :

Penentuan interval kelas masingmasing indeks jenis bencana


dilakukan menggunakan nilai indeks dari kelas 1 untuk rendah,
kelas 2 untuk sedang dan kelas 3 untuk tinggi. Penentuan skor
untuk masingmasing parameter dilakukan dengan metode
pengkalian antara kelas (1, 2, dan 3) dengan bobot yang telah
ditentukan. Skor masingmasing parameter kemudian dijumlahkan
secara keseluruhan untuk memperoleh skor total bencana di
wilayah kabupaten.
Analisis tingkat risiko bencana Provinsi
Total Skoring Klasifikasi Resiko Tingkat Warna di Peta
Provinsi
Smin – ( Smin + X Tingkat Risiko Rendah Hijau
)
( Smin + X ) - Tingkat Risiko Sedang Kuning
( Smin + 2X )
( Smin + 2X ) - Tingkat Risiko Berat Merah
Smaks

Dimana :
• Tingkat Risiko Rendah, nilai : 1
• Tingkat Risiko Sedang, niai : 2
• Tingkat Risiko Tinggi, nilai : 3
• N = jumlah kabupaten/kota dalam provinsi tersebut
• Smin = N x 1
• Smaks = N x 3
• X = (Smaks – Smin)/3
8. Pengendalian Risiko Bencana

Pengendalian risiko bencana menurut konsep manajemen risiko


dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
• Mengurangi kemungkinan
Strategi pertama adalah dengan mengurangi kemungkinan
terjadinya bencana. Semua bencana pada dasarnya dapat dicegah,
namun untuk bencana alam terdapat pengecualian.
• Mengurangi dampak atau keparahan
Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan,
maka langkah yang harus dilakukan adalah mengurangi keparahan
atau konsekuensi yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil identifikasi
bahaya, penilaian risiko bencana dan langkah pengendalaian
tersebut dapat disusun analisa risiko bencana yang terperinci dan
mendasar untuk selanjutnya dikembangkan program kerja
penerapannya.
Sumberdaya
manusia

Sumberdaya
penanganan
bencana

Sumberday Prasarana dan


a finansial material
Komunikasi
dalam manajemen
bencana

• Komunikasi organisasi tanggap


darurat
• Komunikasi kepada masyarakat
• Komunikasi dengan pihak eksternal
Investigasi dan pelaporan bencana

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya bencana

2. Mengetahui kelemahan atau kelebihan yang terdaat dalam pelaksanaan


penanganan bencana yang dilakukan

3. Mengetahui efektivitas organisasi penanganan bencana yang ada

4. Menentukan kangkah perbaikan atau pencegahan terulangnya suatu


bencana

5. Sebagai masukan dalam melakukan perbaikan atau penyempurnaan


sistem manajemen bencana dan dalam menentkan kebijakan pembangunan
Inspeksi dan audit manajemen bencana

Audit adalah salah satu


Inspeksi adalah suatu
upaya untuk
upaya pemeriksan rutin
mengevaluasi
atau berkala untuk
penerapan manajemen
memeriksa kesiapan
bencana dalam suatu
penanganan bencana.
organisasi

Anda mungkin juga menyukai