Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN”
DI RUANGAN MURAI A RSKJ SOEPRAPTO
BENGKULU

Oleh
Anggun Kurnia Wahyuni
A. Pengkajian Keperawatan

Tn. S berumur 26 tahun, belum menikah, dan pendidikan terakhir SMA


masuk ke RSKJ Soeprapto dengan alasan sering keluyuran, tertawa dan bernyanyi
sendiri, mengganggu dan melempar orang dengan barang-barang serta putus obat ±
4 tahun yang lalu.
Keluarga klien mengatakan klien sudah 5 kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa,
pertama kali Tn. S masuk pada tahun 2010, klien merupakan orang yang mudah
tersinggung dan mudah marah apabila teman atau orang lain menasihatinya dan
kadang memukul temannya sehingga Tn. S banyak diam dan tidur.
Tn. S tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, tindakan kriminal maupun
adanya penolakan dari lingkunganya. Tn. S mempunyai koping yang maladaptif yaitu
cenderung menghindar, menyelakai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Klien tinggal serumah dengan ibu dan 1 adiknya, ayah klien sudah meninggal
dunia. Riwayat keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Saat
ini ibu klien adalah pengambil keputusan dalam keluarga.
B. Diagnosa Keperawatan

Secara garis besar pada Tn. S ditemukan data subyektif dan data
obyektif  yang menunjukan karakteristik Tn. S dengan diagnosa
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran yang ditandai
dengan data subyektif  Tn. S mendengar  suara atau bisikan orang
yang mengumpatnya dengan frekuensi hanya sekali-kali saja pada
malam hari, respon klien tidak tidur dan sering berbicara sendiri. Tn. S
mengatakan isi dari halusinasinya berubah-ubah. Sedangkan data
objektif didpatkan Tn. S suka melamun, tersenyum dan tertawa sendiri,
berbicara sendiri dan kadang tidak tidur di malam hari

Selain itu Tn. S mengatakan mudah tersinggung dan mudah


marah apabila teman atau orang lain menasihatinya dan kadang
memukul temannya. Data objektif ditemukan bahwa Tn. S suka
melempar orang dengan barang-barang dan koping maladaktif.
Secara garis besar juga ditemukan data subyektif dan data
obyektif  yang menunjukan karakteristik Tn. S dengan diagnose
Resiko Perilku Kekerasan.
C. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan pada Tn. S dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi


pendengaran yaitu dengan tujuan umum (TUM) agar klien dapat mengontrol
halusinasi yang dialaminya. Dan dengan lima tujuan khusus (TUK):
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Klien dapat mengenal
halusinasinya dari situasi yang menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi
halusinasi, dan respon klien terhadap halusinasinya serta latihan cara
menghardik.
2. Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasi
3. Klien dapat melatih mengontrol halusinasinya dengan berlatih cara
bercakap-cakap
4. Klien dapat mengalihkan halusinasinya dengan beraktivitas secara terjadwal
5. Dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi agar keluarga mampu
merawat klien dengan halusinasi saat berada di  rumah.
Lanjutan……

Rencana keperawatan pada Tn. S dengan Resiko Perilaku Kekerasan


dengan tujuan umum (TUM) agar klien dapat mengontrol RPK. Dan
dengan lima tujuan khusus (TUK):
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Klien dapat
mengenal RPK serta latihan cara fisik TND dan PBK
2. Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol RPK
3. Klien mengontrol RPK dengan cara verbal
4. KKlien mengontrol RPK dengan cara spiritual.
Terapi Medik

1. Haloperidole 1x5 mg
2. Trihexipenidyle 2x2 mg
3. Chlorpromazine 2x100 mg
Implementasi dan Evaluasi

Pada kasus Tn. S evaluasi yang  dapatkan yaitu pada pelaksanaan diagnose
gangguan persepsi sendori: halusinasi pendengaran, strategi pelaksanaan 1-4
tanggal 06 – 13 Agustus 2019, Tn. S berhasil melakukan dengan baik dalam
mengenal halusinasi dan klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik, patuh obat, bercakap cakap dan aktivitas terjadwal namun
masih dalam bimbingan sebagian sehingga dapat dianalisis bahwa masalah
teratasi.

Pada pelaksanaan diagnose RPK, strategi pelaksanaan 1-2 tanggal 14 – 16


Agustus 2019, Tn. S berhasil melakukan dengan baik dalam mengenal RPK
dan klien mampu mengontrol RPK dengan cara dengan cara fisik: tarik napas
dalam dan pukul bantal kasur. Sehingga sejauh ini dapat dianalisis bahwa
masalah teratasi.

Anda mungkin juga menyukai