Anda di halaman 1dari 25

Tumor Otak

(SOL= Space occupying


lesion)

Dewi Marfuah, M.Kep


A.Definisi
• Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada
desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak,
meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030).
• Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam
ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang
belakang (medulla spinalis).
• Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor
primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari
jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila
berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru,
payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak
sekunder. (Mayer. SA,2002).
• Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada
intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak. (Suzanne
dan Brenda G Bare. 1997: 2167)
• Tumor berarti benjolan, yaitu suatu proses yang mengambil
tempat. (Soemarmo Markam. 2009: 266
 
Etiologi

• Penyebab tumor hingga saat ini masih


belum diketahui secara pasti walaupun
telah banyak penyelidikan yang
dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau, yaitu:
• 1.Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga
jarang ditemukan kecuali pada meningioma,
astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose
atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain
jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti
yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor
hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional
(Embryonic Cell Rest) Bangunan-bangunan embrional
berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.
Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal
dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma yang
secara berturut-turutberpangkal pada saku Rathke
mesenkima dan ektoderma embrional dan korda dorsalis.
3. Radiasi
efek radiasi terhadap dura memang dapat menimbulkan
pertumbuhan sel dura, sel didalam otak atau sel yang
sudah mencapai keewasaan, pada umumnya agak
kurang peka terhadap efek radiasi dibanding dengan sel
neoplasma.
Maka dari itu radiasi digunakan untuk pemberantasan
pertumbuhan neoplasmatik. Tetapi dosis subterapeutik
dapat merangsang pertumbuhan sel mesenkim,
sehingga masih banyak peneliti yang menekankan
radiasi sebagai faktor etiologik neoplasma saraf.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus
pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma tetapi hingga
saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi
karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada
substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone ,nitroso-ethyl-urea.
Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
• Menurut lokasi tumor :
• 1.Lobus frontalis
• Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi,
bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumentasi /
menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia dan gangguan
bicara.
• 2. Kortek presentalis posterior
• Kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.
• 3.Lobus parasentralis
• Kelemahan pada ekstremitas bawah.
• 4. Lobus oksipital
• Kejang, gangguan penglihatan.
• 5. Lobus temporalis
• Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan
otot wajah.
Lanjutan..

•  6.Lobus parietalis
• Hilang fungsi sensorik, kortikalis,
gangguan lokalisasi sensorik, gangguan
penglihatan.
• 7.Cerebulum
• Papil oedema, nyeri kepala, gangguan
motorik, hipotonia, hiperekstremitas
sendi.
Tanda dan gejala umum
• 1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah
bila batuk, dan membungkuk.
• 2. Kejang
• 3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial :
pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi
pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
• 4. Perubahan kepribadian
• 5. Gangguan memori
• 6. Gangguan alam perasa
• Trias klasik :
• 1.Nyeri kepala
• 2.Papil edema
• 3.Muntah
Komplikasi

• Adapun komplikasi yang dapat kita


temukan pada pasien yang menderita
tumor otak ialah :
• 1.Gangguan fisik neurologist
• 2.Gangguan kognitif
• 3.Gangguan tidur dan mood
Pemeriksaan penunjang
• 1.Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk
mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna.
• 2.CT SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
• 3.Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi
informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
• 4.MRI: sama dengan CT-Scan dengan atau tanpa
menggunakan kontras
• 5.Angiografi cerebral: menunjukkan kelainan
sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan
• 6.Sinar X: mendeteksi adanya perubahan struktur
tulang (fraktur), pergeseran struktur
Lanjutan..
• 7.BAER (Brain Auditory Evoked Respons):
menentukan fungsi korteks dan batang otak.
• 8.PET (Position Emission Tomografi): menunjukkan
adanya aktivitas metabolisme pada otak.
• 9.Punksi Lumbal, CSS: dapat menduga
kemungkinan adanya perdarahan subarakhnoid.
• 10.GDA (Gas Dalam Arteri): mengetahui adanya
masalah ventilasi atau oksigenasi yang dapat
Lanjutan..

• 11.Kimia / elektrolit darah: mengetahui


ketidakseimbangan yang berperan dalam
meningkatkan
• 12.Pemeriksaan Toksikologi: mendeteksi
obat yang mungkin bertanggung jawab
terhadap
• 13.Kadar Anti Konvulsan Darah: dapat
dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi
yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.
Penatalaksanaan
• a.Pembedahan
• Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan
eksisi komplit dan pembedahan merupakan
tindakan yang berpotentif kuratif.
• Untuk tumor primer maligna atau tumor sekunder,
biasanya sulit ditemukan.
• Pembedahan tumor primer seringkali diindikasikan
untuk mencapai diagnosis histologis dan  jika
mungkin, untuk meringankan gejala dengan
mengurangi massa tumor.
• Pemeriksaan histologis dari biopsi tumor dapat
mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu
glioma dan bukan neoplasma
• *Glioma: tumor pada sel glia otak, termasuk tumor
otak primer
Lanjutan…
• Pemeriksaan ini juga memungkinkan dilakukannya penentuan
tingkat derajat diferensiasi tumor yang berhubungan dengan
prognosis.
• Jadi, pasien glioma derajat 1-2 memiliki angka harapan hidup
yang tinggi. Akan tetapi, median angka harapan hidup untuk
tumor yang terdiferensiasi paling buruk (derajat 4) adalah 9
bulan.
• Kadang-kadang pembedahan tidak disarankan, misalnya pada
pasien dengan kecurigaan glioma derajat rendah dengan
gejala epilepsi. Pembedahan juga tidak tepat dilakukan pada
metastasis otak multipel, dimana diagnosisnya jelas, walaupun
beberapa metastasis soliter dapat ditangani dengan reaksi.
Lanjutan..

• B.Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan raditerapi
yang diarahkan pada tumor, sementara
metastasis diterapi dengan radiasi
seluruh otak. Radioterapi juga
digunakan dalam tata laksana beberapa
tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis
Lanjutan..
• C.Pendekatan stereotaktik
meliputi penggunaan kerangka 3 dimensi
yang mengikuti lokasi tumor yang sangat
tepat, kerangka stereotaktik dan studi
pencitraan multipel (Sinar X, CT-Scan) yang
lengkap digunakan untuk menentukan lokasi
tumor dan memeriksa posisinya.
Laser atau radiasi dapat dilepaskan dengan
pendekatan stereotaktik. Radioisotop dapat
juga ditempatkan langsung ke dalam tumor
(brankhiterapi) sambil meminimalkan
pengaruh pada  jaringan otak di sekitarnya.
Lanjutan…
• Penggunaan pisau gamma dilakukan pada bedah-
bedahradio sampai dalam, untuk tumor yang tidak
dapat dimasukkan obat, tindakan tersebut sering
dilakukan sendiri. Lokasi yang tepat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan stereotaktik dan melalui
laporan pengujian dan posisi pasien yang tepat. Dosis
yang sangat tinggi, radiasi akan dilepaskan pada luas
bagian yang kecil.
• Keuntungan metoda ini adalah tidak membutuhkan
insisi pembedahan, kerugiannya adalah waktu yang
lambat diantara pengobatan dan hasil yang diharapkan.
Lanjutan..
• D.Transplantasi Sumsum Tulang Analog Intravena
Digunakan pada beberapa pasien yang akan
menerima kemoterapi atau terapi radiasi, karena
keadaan ini penting sekali untuk ”menolong”
pasien terhadap adanya keracunan pada sumsum
tulang akibat dosis tinggi kemoterapi atau radiasi.
Sumsum tulang pasien diaspirasi edikit, biasanya
dilakukan pada kepala iliaka dan disimpan.
Pasien yang menerima dosis kemoterapi dan terapi
radiasi yang banyak, akan menghancurkan
sejumlah sel-sel keganasan (malignan).
Sumsum kemudian diinfus kembali setelah
pengobatan lengkap.
Lanjutan..
• E.Terapi Medikamentosa :
• A. Antikonvulsan untuk epilepsi
• B. Kortikosteroid
• C. Kemoterapi
• Obat-obatan yang sering digunakan pada
kemoterapi adalah:
• A. Lomustin (Cee-Nu); D : PO: 130 mg/m2/hari sebagai
dosis tunggal.
• B. Karmustin (Bicnu); D: IV: 75-100 mg/m2/hari, selama
2 hari atau 200 mg/m2/hari.

Anda mungkin juga menyukai