Penyusun:
Penyusun:
Wisnu Prayogo Jurusan Teknik Lingkung
Sri Hastutiningrum Fakultas Sains Terap
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyaka
Yuli Pratiwi
Latar Belakang
Jenis dan
Pb, dan Zn)
Hasil pengujian kualitas tanah terhadap
2. Observasi Tanah
logam berat (Cu, Fe, Pb, dan Zn)
Formasi batuan yang ada di sekitar sungai Batuan Sungai dan
3. Observasi
Sumber
dan tanah Tanah
Wawancara,
4. Kebijakan pengendalian pencemaran air BLH, Masyarakat
observasi
b. Data sekunder
Data
Kec. Bergas, Dinas
Profil industri, kependudukan, curah
1. Studi pustaka Perindustrian, Dinas
hujan, peta rupa bumi/Peta RBI
Pertanian, Bappeda
2. Hasil pemantauan kualitas air sungai 2016 Studi pustaka BLH, KPPT
3. Hasil pemantauan kualitas tanah 2016 Studi pustaka BLH, literatur
4. Hasil pemantauan formasi batuan 2016 Studi pustaka Literatur
Peraturan Perundangan tentang
5. Studi pustaka BLH
Pengendalian Pencemaran Air dan Tanah
6. Dok. UKL-UPL dan sebagainya Studi pustaka BLH, KPPT
Pengambilan Sampel
1 3
dengan baku mutu air limbah Menghitung daya tampung dan daya pulih beban
sesusai jenis industri pencemar pada Sungai Klampok dengan Metode
b. Beban pencemar sebenarnya Streeter Phelps
BPAj = (CA)j x DA x f
c. Beban pencemar maksimum
BPMj = (BPm)j x Pb x f Menganalisis hubungan pencemaran sungai terhadap
4
kelimpahan unsur logam pada tanah dengan
menggunakan softwere Statistical Package for the
Analisis kualitas sungai dan tanah: Social Scieances (SPSS) yaitu uji regresi linear
sederhana.
2
𝐶 𝑖𝑗 𝐶 𝑖𝑗
5
( )2 𝑀+ ( )2 𝑅 Menganalisis rekomendasi pengendalian pencemaran
Sungai : ඨ 𝐿 𝑖𝑗 𝐿 𝑖𝑗
Sungai Klampok dan tanah disekitarnya dengan
2
menggunakan Analisis SWOT.
Tanah: Mengacu rekomendasi
Pickering dan Kneze
Kualitas Air Limbah
Industri C; 9.52
Industri A
Minuman Ringan
Beban Pencemaran (kg/hari)
BOD
COD Industri B
Industri A; 3.59 TSS Minuman Beralkohol
Industri B; 2.66
Industri A; 2.31 Industri C; 2.11
Industri C; 1.83
Industri A; 1.12
Industri B;Industri
0.86 B; 0.73
Industri C
Jamu
Outlet IPAL
Kualitas Sungai Klampok
Hasil pengukuran kualitas Sungai Klampok
dibandingkan dengan baku mutu kriteria mutu
air kelas menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pencemaran terjadi.
Sungai Klampok adalah jenis sungai yang belum
diperuntukkan kelasnya. Dengan belum
ditetapkannya kriteria kelas air bagi Sungai
Klampok, maka menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001, Sungai Klampok dapat
menggunakan baku mutu untuk kriteria air
Kelas II yaitu air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk sarana/prasarana kegiatan
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman,
dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Kualitas Sungai Klampok
Metode Streeter Phelps
D0 Dc DO BOD
Titik Tc DO BODc Lo tc xc
(mg/L (mg/L pada tc optimum
pencampuran (ºC) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (hari) (km)
) ) (mg/L) (mg/L)
2 12,19 0,29 8,14 15,00 8,16 0,83 3,07 5,81 2,64 2,22
Keteran
gan
BODc : BOD pada titik pencampuran sungaidan output IPAL industri (mg/L)
Lo : BOD ultimat pada titik pencampuran t=0 (mg/L)
Tc : temperatur pada titik pencampuran (°C)
Do jenuh : kelarutan jenuh oksigen dalam air pada berbagai temperatur pada tekanan udara 760 mmHg (mg/L)
Tc : critical point, waktu kritis saat DO sungaimencapai titik terendah (hari)
Xc : jarak tempuh hingga terjadi critical point (km)
Dc : defisit oksigen kritis (mg/L)
DO pada tc : konsentrasi DO pada tc = Do jenuh – Dc (mg/L)
BOD optimum : BOD maksimum pada sungaisebelum terjadi defisit oksigen (mg/L)
Status Mutu 1. Meskipun nilai parameter BOD, COD, TSS, dan
Cu melebihi baku mutu peruntukan air Kelas II,
Sungai Klampok namun nilai parameter DO, pH, Pb, dan Zn cukup
baik, sehingga nilai parameter yang melebihi
baku mutu tersebut tidak cukup signifikan dalam
mengubah tingkat pencemaran pada ST1 .
ST3; 5.47 2. Peningkatan status mutu air dari tercemar
ST2; 5.18
ringan (nilai IP 1,0 – 5,0) menjadi tercemar
sedang (nilai IP 5,0 – 10,0) terjadi pada ST2
(daerah tengah sungai) dan ST3 (daerah hilir).
ST1; 3.48 3. Tingginya nilai IP didominasi oleh besarnya nilai
pada parameter BOD, TSS, Cu, dan Zn pada ST2
Nilai Pij
dan ST3.
Titik Sampling
Pij =
Nilai (mg/L)
pH
Cu
Fe
ST1; 144 Pb
Zn
ST1;
ST1; 60.84 ST2;
ST2; 40.79
ST1; 01.26
ST1; ST3;
ST3; 60.75
ST2; 01.33
ST2; ST4;
ST4; 50.79
ST3; 02.22
ST3; ST4; 01.19
ST4;
Nilai masing-masing parameter logam berat pada ST2; 685 ST3; 663 ST4; 645
sampel tanah lebih tinggi bila dibandingkan dengan
Nilai (mg/L)
ST1; 462 pH
konsentrasi parameter yang sama pada air sungai. Hal Cu
ini memungkinkan telah terjadinya pengendapan dan Fe
Analisis SWOT
Pij =
Kesimpulan
4. Hasil analisis SWOT terhadap indikator
1. Outlet ketiga industri setiap harinya menyumbang pengendalian pencemaran Sungai Klampok, yaitu
BPAj pada Sungai Klampok 5,28 kg BOD; 15,77 kg kajian penetapan kelas air dan daya tampung sungai
COD; dan 3,68 kg TSS. Kondisi ini mengakibatkan sesuai peruntukannya, peningkatan frekuensi
kenaikan konsentrasi sejumlah parameter dari hulu pengawasan dan pemantauan aktivitas industri dan
ke hilir sehingga kualitas sungai tidak memenuhi kualitas sungai, serta pemberian sanksi hukum
baku mutu air kelas II, serta daya tampung alami maupun local reward kepada industri yang mengelola
BOD maksimum sungai terlampaui. lingkungan hidup.
2. Hasil uji kualitas sungai maupun tanah dan hasil 5. Hasil analisis SWOT terhadap indikator
analisis SPSS membuktikan bahwa pencemaran pada pengendalian pencemaran tanah, yaitu berlaku bijak
Sungai Klampok berpengaruh terhadap penurunan dalam penggunaan bahan kimia pertanian, melakukan
kualitas tanah. sosialisasi serta membina para petani untuk
3. Penurunan kualitas tanah tidak secara spesifik mengembangkan pertanian organik yang lebih ramah
dipengaruhi oleh jenis batuan penyusun tanah. lingkungan, dan menetapkan baku mutu tanah, serta
ambang batas unsur hara tanaman oleh instansi
terkait.
1. Alaerts, G. dan Santika, S.S. (1987). Metoda Penelitian Air. Surabaya.
Usaha Nasional.
2. Anonim. (2016). Laporan Pemantauan Pelaksanaan UKL UPL. Ungaran.
3. Anonim. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Sungai.
4. Hidayat, A. (2012). Regresi Linear Sederhana dengan SPSS.
Https://www.statistikian.com /2012/08/regresi-linear-sederhana-dengan-
spss.html. Diakses pada tanggal 13 Februari 2017.
5. Knezek, B.D. dan Rllis, B.G. (1980). Essential Micronutrient IV: Copper,
Iron, Manganese and Zinc. in B.E. Davies (Ed.). Applied Trace Elements.
New York. John Wiley & Sons.
6. Pickering, W. (1980). Cadmium in the Environment. New York. John
Wiley.
7. Priyambada, A. (2008). Analisa Pengaruh Perbedaan Fungsi Tata Guna
Lahan terhadap Beban Cemaran BOD Sungai (Studi Kasus Sungai Serayu,
Jawa Tengah). Jurnal Presipitasi, Vol. 5 No. 2, 55-62.
8. Zakaria, I. (2015). Sungai Klampok Tercemar, 8 Pabrik Disorot Terkait
Pencemaran Limbah. Diakses pada tanggal 16 April 2016.