Anda di halaman 1dari 34

CASE BASED DISCUSSION

STASE GERIATRI

Nutrition therapy in critically ill


elderly patients

Pembimbing: dr. Eko Ariwibowo Sp.PD K.Ger


Presentan : dr. Irmawati Suling
IDENTITAS
• Nama : NY. S
• Usia : 69 tahun
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• MRS : Kamis, 10 september 2020
ANAMNESIS
KU: Lemas memberat

Hari masuk rumah sakit lemas makin memberat,nafsu


2 SMRS (pulang mondok) os mengeluh lemas makan makin menurun, komunikasi makin jarang, perut
memberat, lemas tidak membaik dengan istirahat, nafsu dirasakan makin membesar, nyeri perut,, BAB tidak
makan menurun, demam batuk dan nyeri BAK disangkal lancar, terakhir BAB seminggu lalu, flatus (+)

1 minggu SMRS os mengeluh lemes menetap, disertai perut mbseseg dan


membesar, BAB (+) dan flatus (+). BAK dirasakan semakin berkurang (±500
cc/hari) asupan minum ± 800-1000 cc/hari. Batuk (-) demam (-) sesak nafas (-),
nyeri tenggorokan (-), Diare (-).
RPD : Sejak Februari 2020, riwayat mondok berulang dengan keluhan lemas dan pucat karena HB turun. Os tegak AIHA bulan juli
2020, terapi rutin sandimun 2x50 mg. MP 32-32-0. asam folat 2x1 mg. HT dan DM disangkal. Riwayat Bradikardi Simptomatik post
PPM agustus 2020, dengan terapi Clopidogrel 1 x 75 mg, HT (+) Amlodipin 1 x 10 mg, irbesartan 1 x300 mg, Riwayat hiperurisemia
terapi alupurinol 1 x 300 mg, Aspar K 2 x 300 mg. Riwayat DM (+) dengan Novorapid 8-8-8
PEMERIKSAAN FISIK

KU : lemah, CM Kepala leher :


Paru :
TD = 177/74 mmHg Conjunctiva pucat (+/+) Sklera
I : Simetris, retraksi (-/-)
N : 92 x/menit ikterik (-), oral trust (-), faring
P : stem fremitus simetris normal
RR = 24 x/menit hiperemis (-) .
P : sonor (+/+) simetris
T = 36,7 C A : vesicular +/ +, crackles -/-, RBB -/-,
SpO2 = 99 on NK 3 lpm wheezing -/- Jantung :
BB = 50 kg S1-S2 tunggal, bising (-), ictus
TB = 160 cm cordis teraba di ICS VI linea
IMT = 25,78 axillaris anterior sinistra

Abdomen
I : cembung (+), distended (-)
A : Bising usus (+) menurun 3x/menit
P : hipertimpani (+), pekak alih (+)
P : NT (+), hepatomegali (-), splenomegali (-) Extremities:
Edema (+/+),
nyeri tekan (-),
Laboratorium

LAB 10/9/20 LAB 10/9/20 LAB 10/9/20


Hb 7.6 Alb 2.95 Ph 5.0
AL 38.36 SGOT 17 BJ 1.010
AT 393 SGPT 12 Blood -
AE 2.42 GDS 330 Nit -
HMT 19.3 BUN 76.2 LE +3
MCV 79.8 Cr 2.22 Erit 13
MCH 31.4 Na 101 Leu 262
S 89.4 K 5.5 Bact 645
L 7.5 Cl 98 Yeast 0
M 3.0 Osm 247 Prot -
E 0 l silinder -
B 0
#lim 2190
Rontgen Thorax (10/09/2020)

Foto thorax, proyeksi AP, posisi supine, asimetris,


inspirasi kurang dan kondisi cukup, hasil :
- Tampak kedua apex pulmo tenang
- Tampak corakan bronchovascular normal
- Tak tampak pemadatan limfonodi hilus bilateral
- Tak tampak pelebaran kedua pleural space
- Tampak kedua diafragma licin dan tak mendatar
Urain
- Cor, CTR = 0,58, tampak crescent calsification pada
arcus aorta
- Sistema tulang yang tervisualisasi intact
- Tampak terpasang PPM dengan ujung distal lead
mengarah ke cranialateral pada proyeksi atrium
dextra setinggi corpus VTh 8

- Pulmo tak tampak kelainan


Suparni - Cardiomegaly, ASHD
Kesan - Terpasang PPM dengan ujung distal lead mengarah
ke cranialateral pada proyeksi atrium dextra setinggi
Rontgen Abd 3 posisi (10/09/2020)
Foto abdomen 3 posisi, kondisi cukup, hasil:
- Tak tampak distensi cavum abdomen
- Tampak pre-peritoneal fat line bilateral tegas
- Tampak psoas line bilateral tegas
- Tampak renal outline bilateral samar
- Tampak distribusi udara usus normal, fecal
material prominent
- Tampak dilatasi sebagian sistema usus halus
- Tampak gambaran ground glass pada cavum
abdomen
Urain - Tak tampak penebalan dinding usus maupun
Suparni pneumatisasi intestinal
- Tak tampak gambaran coil spring, air fluid level,
step ladder appearance, maupun string of pearl
sign
- Tak tampak gambaran udara bebas di proyeksi
subdiafragma bilateral pada posisi semierek dan
tak tampak gambaran udara bebas di tempat
tertinggi pada proyeksi supine maupun LLD,
Football sign (-), Riglers sign (-)
- Tampak sistema tulang yang tervisualisasi normal
Hasil TTE 28/7/20
• LA, RA dilatasi dengan LVH konsentrik
• Fungsi sistolik global segmental LV baik dengan EF 59%
• Fungsi diastolic LV tak valid dinilai (on TPM)
• Fungsi sistolik RV normal dengan TAPSE 26
• TR mild, MR mild
• Normokinetik
DIAGNOSIS :

1. Abdominal pain ec partial small bowel obstruction dd dyspepsia type mix


2. Anemia normocytic normokromik ec AIHA
3. CHF CF 2 ec HHD dengan ascites et edema anasarka
4. DM2 dengan hiperglikemia
5. Acute on CRF dengan problem
- hiponatremia hipoosmolar hipervolemik
- hiperkalemia ringan
6. Post successful PPM implantation a/i SND junctional bradikardi
7. Hipoalbuminemia ringan
8. Riw SNH
9. Susp ISK
PLAN :
TERAPI :

- Diet DM rendah protein 0,6-0,8 g/kgg/hr - Evaluasi elektrolit post koreksi


- Inj. Cefoperazon 1g/12 jam - Balance cairan target -300 per hari
- Inj. PPI 1 Amp/ 24 jam - USG abdomen
- Inj. Furosemid 1 Amp/ 8 jam - Ks urin
- Inj. Metoclopramid k/p
- Methylprednisolon 32-32-0 po
- Sandimun 2 x 1 mg
- Asam Folat 2 x 1
- Amlodipin 1x 10mg
- Irbesartan 1 x 300mg
FOLLOW UP BANGSAL
11 September 2020
S : Lemas (+)
KU: Lemah, CM Pemeriksaan Fisik :
Kepala
TD : 170/70 mmHg
Conjunctiva pucat (+) Sklera ikterik (-)
HR : 60x/menit Leher
JVP 5+2 cm H20
RR : 20x/menit Thorax
T : 36,4 oC Simetris, retraksi (-),
- Paru: vesikuler +/+, RBK -/-
Sp02 : 98% NK 3Lpm - Jantung: S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-), cardiomegali (+)
Abdomen
Cembung, BU (+) 5x/mnt, nyeri tekan (-), shifting dullness (+)
Ekstremitas
Edema +/+
+/+
Assesment
1. Abdominal pain ec partial small bowel obstruction dd dispepsia tipe mix
2. Anemia normostik normokromik ec suspek AIHA
3. CHF CF II ec HHD dengan ascites et edema anasarka
4. DM tipe 2 dengan hiperglikemia
5. AKI dd Acute on CRF dengan problem hiponatremia hipoosmolar hipervolemik dan hiperkalemia ringan
6. ISK bakterial
7. Post succesfull PPM implantation a/i SND junctional bradikardi
8. Hipoalbuminemia ringan
Terapi
1. Inj. Cefoperazone 1 gr/12 jam 8. Novorapid 8-8-8 SC
2. Inj. PPI 1A/24 jam 9. Asam folat 2x1 mg
3. Inj. Furosemid 1A/8 jam
4. MP 32 mg-32 mg-0
5. Amlodipin 1x10 mg
6. Irbesartan 1x300 mg
7. Sandimun 2x50 mg
14 September 2020
S : Lemes (+), Nyeri perut (+) VAS 5, produk NGT warna hitam
KU: Lemah, CM Pemeriksaan Fisik :
Kepala
TD : 160/90 mmHg
Conjunctiva pucat (+) Sklera ikterik (-)
HR : 100x/menit Leher
JVP 5+2 cm H20
RR : 20-22x/menit Thorax
T : 36,4 oC Simetris, retraksi (-),
- Paru: vesikuler +/+, RBK -/-
Sp02 : 97% NK 3Lpm - Jantung: S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-), cardiomegali (+)
Abdomen
Cembung, BU (+) 5x/mnt, nyeri tekan (+), shifting dullness (+)
Ekstremitas
Edema +/+
+/+
Assesment
1. Perdarahan sal.cerna bagian atas ec stress ulcer dd drug induced
2. Anemia normostik normokromik ec AIHA tipe warm
3. CHF CF II ec HHD dengan ascites et edema anasarka
4. DM tipe 2 obese dengan hiperglikemia
5. AKI dd Acute on CRF dengan problem hiponatremia hipoosmolar hipervolemik dan hiperkalemia ringan membaik
6. ISK bakterial
7. Post succesfull PPM implantation a/i SND junctional bradikardi
8. Hipoalbuminemia ringan
Terapi :
1. Inj. Cefoperazone 1 gr/12 jam 8. Novorapid 8-8-8 SC
2. Inj. PPI 1A/24 jam  PPI 2A bolus lanjut 1A/8 jam 9. Asam folat 2x1 mg
3. Inj. Furosemid 1A/8 jam 10. Nutrisi parenteral : inf. Combiflex 12 tpm
4. MP 32 mg-32 mg-0  STOP 11. Transfusi PRC sd Hb 8 g/dL
5. Adalat oros 1x30 mg
6. Irbesartan 1x300 mg
7. Sandimun 2x50 mg  STOP
15 September 2020
S : kesadaran menurun (+), lemas (+)
KU: Somnolen Pemeriksaan Fisik :
Kepala
TD : 150/70 mmHg
Conjunctiva pucat (+) slight Sklera ikterik (+)
HR : 97x/menit Leher
JVP 5+2 cm H20
RR : 22x/menit Thorax
T : 36,9 oC Simetris, retraksi (-),
- Paru: vesikuler +/+, RBK -/-
Sp02 : 97% NK 3Lpm - Jantung: S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-), cardiomegali (+)
Abdomen
Cembung, BU (+) N, nyeri tekan (+), shifting dullness (+)
Ekstremitas
Edema +/+
+/+
Assesment
1. Perdarahan sal.cerna bagian atas ec stress ulcer dd drug induced
2. Anemia normostik normokromik ec AIHA tipe warm
3. CHF CF II ec HHD dengan ascites et edema anasarka
4. DM tipe 2 obese dengan hiperglikemia
5. AKI dd Acute on CRF dengan problem hiponatremia hipoosmolar hipervolemik dan hiperkalemia ringan membaik
6. ISK bakterial
7. Post succesfull PPM implantation a/i SND junctional bradikardi
8. Hipoalbuminemia ringan
Terapi :
1. Inj. Cefoperazone 1 gr/12 jam 8. Novorapid 8-8-8 SC  Drip insulin 6u/jam
2. Inj. PPI 1A/24 jam  PPI 2A bolus lanjut 1A/8 jam 9. Asam folat 2x1 mg
3. Inj. Furosemid 1A/8 jam 10. Nutrisi parenteral : inf. Combiflex 12 tpm
4. MP 32 mg-32 mg-0  STOP 11. Transfusi PRC sd Hb 8 g/dL
5. Adalat oros 1x30 mg
6. Irbesartan 1x300 mg
7. Sandimun 2x50 mg  STOP
17 September 2020
S : Lemas (+), NGT warna kecoklatan (+), BAB hitam (+)
KU: Lemah, CM Pemeriksaan Fisik :
Kepala
TD : 170/80 mmHg
Conjunctiva pucat (+) Sklera ikterik (+)
HR : 92x/menit Leher
JVP 5+2 cm H20
RR : 20-22x/menit Thorax
T : 36,9 oC Simetris, retraksi (-),
- Paru: vesikuler +/+, RBK -/-
Sp02 : 97% NK 3Lpm - Jantung: S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-), cardiomegali (+)
Abdomen
Cembung, BU (+) N, nyeri tekan (+), shifting dullness (+)
Ekstremitas
Edema -/-
+/+
Assesment
1. Perdarahan sal.cerna bagian atas ec stress ulcer dd drug induced
2. Anemia normostik normokromik ec AIHA tipe warm
3. CHF CF II ec HHD dengan ascites et edema anasarka
4. DM tipe 2 obese dengan hiperglikemia
5. AKI dd Acute on CRF dengan problem hiponatremia hipoosmolar hipervolemik dan hiperkalemia ringan membaik
6. ISK bakterial
7. Post succesfull PPM implantation a/i SND junctional bradikardi
8. Hipoalbuminemia ringan
Terapi :
1. Inj. Cefoperazone 1 gr/12 jam 8. Novorapid 8-8-8 SC  Drip insulin 6u/jam
2. Inj. PPI 1A/24 jam  PPI 2A bolus lanjut 1A/8 jam 9. Asam folat 2x1 mg
3. Inj. Furosemid 1A/8 jam 10. Nutrisi parenteral : inf. Combiflex 12 tpm  diet bertahap
4. MP 32 mg-32 mg-0  STOP 11. Transfusi PRC sd Hb 8 g/dL
5. Adalat oros 1x30 mg 12. Evaluasi urin rutin
6. Irbesartan 1x300 mg
7. Sandimun 2x50 mg  STOP
18 September 2020
S : Lemas (+), demam (+)
KU: Lemah, somnolen Pemeriksaan Fisik :
Kepala
TD : 190/80 mmHg
Conjunctiva pucat (+) Sklera ikterik (+)
HR : 110x/menit Leher
JVP 5+2 cm H20
RR : 24x/menit Thorax
T : 38 oC Simetris, retraksi (-)
- Paru: vesikuler +/+, RBK +/+
Sp02 : 97% NK 3Lpm - Jantung: S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-), cardiomegali (+)
Abdomen
Cembung, BU (+) N, nyeri tekan (+), shifting dullness (+)
Ekstremitas
Edema -/-
+/+
Assesment
1. Sepsis
2. HAP late onset
3. Perdarahan sal.cerna bagian atas ec stress ulcer dd drug induced
4. AIHA tipe warm
5. CHF CF II ec HHD dengan ascites et edema anasarka
6. DM tipe 2 obese
7. AKI dd Acute on CRF
8. ISK bakterial et jamur
Terapi :
1. Inj. Cefoperazone 1 gr/12 jam  ganti inj. Meropenem 1gr/12 jam 8. KS darah
2. Inj. Flukonazole 50 mg/24 jam
3. Inj. 1A/12 jam
4. Inj. Paracetamol 1 gr/8 jam
5. Drip insulin
6. Adalat oros 1x30 mg
7. Irbesartan 1x300 mg
Lab 10-09-20 12-09-20 14-09-20 17-09-20 20-09-20
Lab 18-09-20 20-09-20
Lekosit 38.62 22.27 22.55 17.60 10.37
Eritrosit 2.42 1.86 1.55 0.40 1.47 Bilirubin Total 3.89
Hemoglobin 7.6 5.9 5.4 5.5 4.5
Bilirubin direct 2.35
Hematokrit 19.3 15.5 13.7 3.9 12.9
MCV 79.8 83.3 88.5 97.5 87.8 Prokalsitonin >200.00

MCH 31.4 31.7 35.0 137.5 30.6


Trombosit 393 209 169 105 71
Netrofil % 89.4 88.6 90.1 92.1 89.2
Limfosit % 7.5 6.0 4.0 3.6 6.6
Monosit % 3.0 5.4 5.1 3.2 4.1
Eosinofil % 0.0 0.0 0.0 1.1 0.1
Basofil % 0.1 0.0 0.9 0.0 0.0
Albumin 2.95 2.20 2.10
SGOT 17 45 46
SGPT 12 16 11
BUN 76.20 84.1 83.40 125.0
Creatinin 2.22 2.39 1.76 2.51
Asam urat 5.6 7.6 7.3
Natrium 101 121
Kalium 5.51 4.31
Klorida 71 80
GDS 330
URIN 10-09-20 18-09-20

Glu (-) (-)

BJ 1.010 1.010

Blood +- +-

Nitrit (-) (-)

LE 3+ +-

Warna Colorless Yellow

Eritrosit 13 281

Leukosit 262 53

Sel epitel 0.4 16.1

Yeast 0.5 146.7

Bakteria 77.0 560.4

Kristal 0.1 0.2

Protein (-) +-

Bilirubin (-) (-)

Urobilinogen Normal Normal

pH 5.0 5.0

Keton (-) (-)


Follow up
Total Perdarahan
600

500

400

Evaluasi HB dan Perdarahan


300

200

100

0
7.6 5.9 5.4 5.5 4.5
Nutrition therapy in critically ill
elderly patients
Latar Belakang
• Terapi nutrisi pada pasien kritis sama pentingnya dengan farmakoterapi kuratif atau
cardiac life support
• Dukungan nutrisi dapat meningkatkan outcome dan harus diberikan dalam setiap
rejimen terapeutik.
• Tingginya insiden malnutrisi yang terjadi pada pasien usia lanjut menekankan nilai
tambah terapi nutrisi pada subkelompok pasien ini.
• Rute terapi nutrisi enteral selalu lebih disukai daripada rute parenteral karena non-
invasif dan mudah diberikan. Selain itu memiliki efek perlindungan usus lokal, insiden
morbiditas infeksius yang lebih rendah dan efektivitas biaya yang lebih baik. Namun,
rute parenteral mungkin satu-satunya pilihan yang layak dalam skenario klinis
tertentu.
IMPLEMENTATION OF NUTRITION SUPPLEMENTATION
• Setelah diputuskan bahwa pasien membutuhkan terapi nutrisi,
langkah selanjutnya  merumuskan rencana perawatan nutrisi
mengenai (kebutuhan metabolik, rute dan dosis nutrisi)
Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan Protein Kebutuhan Cairan

• Pasien lanjut usia yang sakit kritis • Kebutuhan cairan sekitar 30-40ml /
biasanya hiperkatabolik. Kebutuhan kgbb dengan titrasi lebih lanjut
protein 1,2 sd 2 g/kgbb. sesuai dengan keseimbangan cairan-
• Pada kasus gagal ginjal akut elektrolit dan status hemodinamik
kebutuhan protein 1,5-1,8 g/kgbb pasien.
dan untuk gagal ginjal kronis pada
terapi penggantian ginjal mendekati
1,2 -1,5 g / kg.
Rute Pemberian Dukungan Nutrisi
• Enteral Nutrition Rekomendasi Pemberian (EN)
• Inisiasi dini EN (24-48 jam) sangat penting karena penundaan makan
dikaitkan dengan tingginya insiden permeabilitas usus dan pelepasan
sitokin inflamasi
• Sasaran pemberian makan lanjutan untuk 48-72 jam berikutnya dengan
target minimum mencapai > 50-65% dari kalori sasaran
• Jika tidak dapat memenuhi kebutuhan energi (100% dari target kalori)
setelah 7-10 hari dengan EN saja, dipertimbangkan untuk memulai
tambahan PN. Namun, memulai PN tambahan sebelum periode ini dapat
merugikan pasien mengingat fakta bahwa PN memiliki risiko
hiperglikemia, ketidakseimbangan elektrolit dan potensi infeksi.
Next.....
• Dalam kondisi hemodinamik tidak stabil dan butuh vasopressor dosis
tinggi, EN harus ditunda sampai pasien benar-benar tersadarkan dan stabil.
• Permissive Underfeeding atau hypocaloric Feeding direkomendasikan
untuk pasien obesitas yang sakit kritis (BMI> 30) dengan tujuan menu EN
tidak melebihi 60-70% dari kebutuhan energi target atau 11-14 Kkal/Kgbb
sebenarnya.
• Obesitas berat mempengaruhi perawatan pasien di ICU dan meningkatkan
risiko komorbiditas (misalnya resistensi insulin, sepsis, DVT). Pencapaian
beberapa derajat penurunan berat badan dapat meningkatkan sensitivitas
insulin, meningkatkan asuhan keperawatan, dan mengurangi risiko
komorbiditas.
Parenteral Nutrition
• Semua pasien ICU yang membutuhkan PN, dimana harus membatasi EN sejak
awal, setelah kebutuhan energi ditentukan, 80% dari kebutuhan ini harus
diberikan melalui dosis pemberian makan parenteral. Strategi ini menghindari
potensi resistensi insulin, morbiditas infeksi yang lebih besar atau durasi
ventilasi mekanis yang berkepanjangan terkait dengan asupan kalori yang
berlebihan.
• Untuk pasien obesitas (BMI> 30), dosis PN sehubungan dengan penyediaan
protein dan kalori harus mengikuti rekomendasi yang sama seperti untuk EN.
• Kontrol glikemik yang cukup ketat harus dicapai. Kisaran 110-150 mg%
mungkin yang paling sesuai
Next...
• Pada minggu pertama rawat inap di ICU, ketika PN diperlukan dan EN
tidak memungkinkan, pasien harus diberikan formulasi parenteral tanpa
asam lemak rantai panjang (berbahan dasar kedelai)  memiliki efek
imunosupresif. PN dosis penuh juga dapat memperburuk hiperglikemia
yang diinduksi stres.
• Pada pasien yang distabilkan dengan PN, upaya berulang secara berkala
harus dilakukan untuk memulai EN. Saat toleransi meningkat dan volume
kalori EN yang dikirim meningkat, jumlah kalori PN yang disuplai harus
dikurangi. PN tidak boleh dihentikan sampai> 60% dari kebutuhan
energi target dikirim melalui rute EN.
Next..
• Komplikasi yang terkait dengan PN dirangkum dalam Tabel 2.

• Tempat yang lebih disukai untuk pemasangan Central Venous Catheter (CVC) adalah vena
subklavia atau jugularis karena CVC femoralis berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi
dari trombosis vena dan sepsis yang berhubungan dengan kateter.
• Komplikasi metabolik termasuk hiperglikemia, ketidakseimbangan elektolit. hipokalemia
dan hipofosfatemia. Frekuensi pemantauan untuk komplikasi metabolik ini harus
bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan derajat malnutrisi.
Next...
• Pada pasien stabil dengan parameter laboratorium stabil, pemantauan mungkin
diperlukan mingguan atau sesuai indikasi klinis.
• Hiperglikemia terutama dijumpai pada pasien dengan stres berat/sepsis, penggunaan
steroid dan pasien diabetes. Karena hiperglikemia telah terbukti berhubungan dengan
penurunan ukuran fungsi kekebalan dan peningkatan risiko komplikasi infeksi, upaya
untuk mengontrol GD dilakukan dengan hati-hati, Lebih disukai untuk menambahkan
terapi insulin daripada mengurangi asupan glukosa kecuali ada hiperglikemia yang
berlebihan ( > 250 mg%) meskipun dosis insulin tinggi
• Terapi insulin pada pasien ini dapat memicu hipokalemia dan hipofosfatemia.
Komplikasi ini harus dipantau dan diobati sesuai kebutuhan. Hanya Insulin Reguler
yang dapat dicampur dengan larutan PN dan masih lebih baik untuk memulai infus
insulin terpisah, target kontrol glikemik dalam kisaran 110-150 mg%
Next...

• Re-feeding syndrome adalah komplikasi akut mengancam nyawa terhadap pemberian


terapi nutrisi agresif pada pasien lansia marasmik, komplikasi ini lebih sering dengan
terapi PN, meskipun dapat juga pada EN.
• Karakteristik gangguan metabolik akut dari sindrom ini termasuk hipofosfatemia,
hipokalemia dan hipomagnesemia dan komplikasi klinis yang ditimbulkan dapat berupa
edema paru akut, aritmia yang fatal, dan insufisiensi ventilator.
• Pemberian makan kembali pada pasien lanjut usia yang kekurangan nutrisi (> 10%
penurunan berat badan selama <6 bulan) harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
membebani sistem metabolisme.
• Pemberian makan pasien seperti diatas harus di bawah Pengeluaran Energi Istirahat
(REE) dan asupan harus ditingkatkan secara bertahap selama 7-10 hari. Pasien harus
dipantau untuk tanda-tanda kelebihan cairan, edema paru dan diselektrolitemia dan
pemantauan ketat terhadap serum fosfat, magnesium, kalium dan glukosa sangat penting
Next...
• Komplikasi infeksius adalah komplikasi suplementasi PN yang paling
sering dan berpotensi mematikan. Insiden infeksi aliran darah terkait
kateter sentral berkisar (0,3% hingga 30%) dan paling sering disebabkan
oleh Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis/spesies Candida.

• Kematian akibat infeksi terkait kateter setinggi 25%, sehingga


kemungkinan manipulasi infeksi terkait kateter pada jalur vena harus
dijaga seminimal mungkin dan harus steril. Tempat pemasangan kateter
harus diperiksa secara teratur untuk tanda-tanda peradangan. Juga, set
administrasi untuk campuran nutrisi total harus diubah setiap 24 jam
Kesimpulan
• Pasien lanjut usia yang sakit kritis mengalami hiperkatabolik dan
kebutuhan nutrisi meningkat.
• Dukungan nutrisi pada pasien ini tidak hanya bertujuan untuk
menyediakan substrat nutrisi yang diperlukan, tetapi juga mencoba
untuk mengubah perjalanan dan hasil dari penyakit.
• Meskipun sebagian besar pusat kesehatan semakin menyadari
kebutuhan terapi nutrisi intensif pada pasien lansia yang sakit, banyak
area dukungan nutrisi tetap kontroversial. Namun, banyak
pertimbangan klinis diperlukan dalam mengidentifikasi lansia yang
berisiko tinggi mengalami penurunan nutrisi dan agar dapat
memperoleh manfaat dari intervensi terapi nutrisi.
MOHON ASUPAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai