1. Agus
2. Fauzah Nur Azmi
3. Putri Komala
4. Reza Pazli
5. Andriyana
6. Shinta
7. Eka Ratna Sari
BAB V
KESEMPURNAAN KERAJAAN ALLAH
Nabi membaca ayat yang baru saja diterima, dan berkata kepada
Bilal: “Alangkah rugi dan celaka orang-orang yang membaca ayat
ini, tetapi tidak memikirkan dan menerapkan kandungan isinya.”
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang berakal,”
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk,
atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci
Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.“ (Surat Ali Imran ayat 190-
191)
Ayat yang mengajak manusia untuk bersyukur
atas anugerah Allah yang telah diberikan.
Ayat 191 menjelaskan ciri-ciri orang yang berakal.
Yaitu mereka yang selalu ingat Allah, serta berusaha
mengikuti petunjuk-petunjukNya, baik ketika
berdiri, berjalan, dan melaksanakan segala
aktivitasnya, maupun ketika duduk, bahkan ketika
beristirahat tidur- tiduran dan sedang tidak
melaksanakan kegiatan apa-apa.
B. Membumikan Konsep Ulul Albab
Di antara kata kunci pada Surat Ali Imran ayat 190 yang sudah dikutip di
muka adalah ulul albab.
Pembacaan atas beragam tafsir ayat-ayat yang mengandung kata ulul
albab menghasikan sebuah kesimpulan, bahwa ulul albab menghiasi
waktunya dengan dua aktivitas utama, yaitu aktivitas
berpikir dan berzikir. Kedua aktivitas ini berjalan seiring-sejalan.
a. Dzikir dilakukan dengan membangun hubungan vertikal transendental
(seperti mendirikan shalat) dan hubungan horizontal (seperti membayar
infak dan menyambung persaudaraan).
b. Dalam berpikir, ulul albab melibatkan beragam obyek fenomena alam,
seperti pergantian malam dan siang serta penciptaan langit dan bumi
(QS. Ali Imran: 190-191) dan siklus kehidupan tumbuhan yang tumbuh
karena air hujan dan akhirnya mati (QS. Az-Zumar: 21), fenomena sosial,
seperti sejarah atau kisah masa lampau (QS. Yusuf: 111).
Sebagai sebuah konsep, ulul albab
perlu dibumikan direkomendasikan
beberapa strategi berikut:
1. Meningkatkan Integrasi
Ulul albab menjaga integrasi antara berpikir dan
berdzikir, antara ilmu dan iman.
2. Mengasah Sensitivitas
Sensitivitas bisa diasah dengan perulangan,
yang
sejalan dengan pesan QS. Al-Alaq ayat 1-5,
bahwa
membaca kritis dilakukan berulang (dalam ayat
1
3. Memastikan Relevansi
relevansi menjadi penting. Bisa jadi, kemampuan
berpikir manusia belum sanggup membuka tabir dan
memahaminya dengan baik alias berpikir fungsional.
Tapi bagi ulul albab, semuanya dikembalikan pada
kepercayaan bahwa Allah menciptakan semuanya
dengan tujuan, tidak sia-sia (QS. Ali Imran: 192).
4. Mengembangkan Imajinasi
Paduan aktivitas pikir dan dzikir seharusnya menghasilkan
imajinasi masyarakat dan umat Islam yang lebih maju (QS. Al-
Hasyr: 18; An-Nisa: 9). Untuk bergerak dan maju, kita perlu
mempunyai imajinasi masa depan dan tidak terjebak dalam
sikap reaktif yang menyita energi.
5. Menjaga Independensi
Independensi ini menjadi sangat penting di era
pascakebenaran ketika emosi lebih mengemuka
dibandingkan akal sehat. Di sini kemandirian dalam
berpikir menjadi saringan narasi publik yang
seringkali sulit diverifikasi kebenaraannya
C. Bait Al-Izzah
Bait al-Izzah (sering ditulis bait al-izzah, atau bayt al-izzah), yang secara
harfiah bermakna "rumah kemuliaan". Istilah ini merupakan gabungan dari
dua kata dalam bahasa Arab, yakni ‘Bait’ yang berarti rumah, dan ‘Izzah’
berarti kemuliaan, kekuatan, dan kehormatan.
Baitul Izzah berada pada tahapan kedua dari proses nuzul Al-Qur'an, yang
disebut dengan At-Tanazul Ats-Tsani.
D. Baitul Makmur
Bait al-Makmur (Arab البيت المعمور, Al-Bayt al-Ma'mur) adalah Ka'bah,
pusat ibadah penduduk langit, sebagaimana Ka'bah di bumi sebagai
pusat ibadah penduduk bumi.
E. Sidratul Muntaha
Sidrat al-Muntahā (bahasa Arab: ) سدرة المنتهىadalah sebuah
pohon bidara yang menandai akhir dari langit/ surga
ketujuh, sebuah batas di mana makhluk tidak dapat
melewatinya, menurut kepercayaan Islam. Dalam
kepercayaan ajaran lain ada semacam kisah tentang Sidrat
al-Muntaha, yang disebut sebagai "Pohon Kehidupan".
H. 'Arasy‘Arasy
(Bahasa Arab ) َعرْ شadalah makhluk tertinggi,
berupa singgasana seperti kubah yang memiliki
tiang-tiang yang dipikul[1] dan dikelilingi[2] oleh
para Malaikat.[3]
KESIMPULAN