• Vila itu diberi nama sesuai nama asli pemiliknya: Dewi Francesca. Dewi, pengusaha muda itu
pun bercerita bagaimana ia membuka usaha di Rocca di Papa dan menumbuhkan jiwa
kewirausahaannya. Ketika media massa di Italia tak henti-hentinya menyuarakan krisis
keuangan global pada akhir tahun 2008, vila Dewi Francesca tetap ramai diminati para honey
mooners. Pesanan kamar sudah full-book hingga 2 tahun ke depan. Nuansa Bali yang dipadu
dengan interior Italia terlihat dominan.
Bagaimana kita menjelaskan seorang gadis desa, anak seorang petani yang selepas sekolah bekerja
sebagai seorang pelayan restoran di sebuah hotel di Bali dapat menjadi seorang wirausahawan yang
terhormat di luar negeri?
• Dewi Francesca bukan orang yang pintar namun ia berkembang dan dalam kehidupan praktis, dia semakin
pintar. Namun, memulainya bukan dengan IQ, uang atau gelar sekolah melainkan dengan dedikasi suci. Dewi
melayani tamu-tamu asing di Bali dengan tulus sehingga dia dipertemukan dengan Ibu tua Francesca,
seseorang yang jatuh cinta dengan Bali. Ny. francesca kemudian tertarik dengan Dewi dan mengajaknya ke
Italia dan berjanji akan membantunya disana. Namun, ajakan itu ditolak oleh Dewi. Suatu saat kemudian,
Dewi pun merasa yakin untuk menerima ajakan Ny. Franscesca untuk pergi ke Italia. Dewi merawat Ny.
Francesca yang semakin tua itu dengan tulus dan jujur, merawat villa dan merawat kebun-kebun mawar Ny.
Francesca. Seiring berjalannya waktu, Dewi pun diangkat anak oleh Ny. Francesca, dan berfikir agar hari-
hari tua nantii tidak bergantung belas kasihan orang lain. Sehingga dengan tekun ia memperbaiki villa itu.
Sampai suatu ketika, anak sulung Ny. Francesca seorang arsitek, merancang ulang villa menjadikan tempat
istirahat bagi honeymooners lengkap dengan arena pesta kebun mawar yang indah. Untuk itu, villa tersebut
menjadi ramai.
• Hoki atau keberuntungan tak akan datang tiba-tiba. Seperti yang banyak dipelajari dari praktek-
praktek penerapan ilmu keberuntungan China (fengshui), keberuntungan harus dipancing agar ia
mau datang.
• Demikianlah dalam kehidupan spiritual kita, Tuhan yang maha pengasih pun mendengarkan doa
manusia yang tulus dan yang menunjukkan keseriusan dalam berusaha.
• Dan keberuntungan hanya datang pada orang-orang yang siap, yang sejak awal cocok menerimanya.
Itulah yang disebut ”pintu” oleh Maxwell atau kecerdasan praktis oleh Gladwell, atau dedikasi suci.
BAKAT “MENEMUKAN” PINTUNYA
• Setiap orang adalah pribadi yang unik. Kita semua memiliki bakat kita masing-masing. Dan kita
semua berbeda-beda. Ada di antara kita yang mempunyai bakat memimpin orang, membuat lagu
yang indah, menulis puisi, memijat, menyembuhkan orang, berpidato, memasak, melucu, menyanyi,
memberi semangat, berolahraga, dan sebagainya. Kita semua berbeda-beda.
• Kita juga belum tentu mengenali bakat kita masing-masing. Atau kalaupun tampak, kadang kita
tidak menyadarinya atau mengakuinya. Bakat-bakat itu ada yang tersembul keluar seperti buah yang
menggantung di pohon. Namun, sebagian besar bakat tersimpan jauh di lubuk hati seperti bongkahan
emas yang terkubur di perut bumi. Kecuali manusia menggalinya, maka ia tidak dapat ditemukan.
• Demikian pulalah dengan faktor “X” itu. Ia melekat pada diri kita masing-masing dan baru
menjadi faktor “X” kalau ia berhasil menemukan pintunya. Celakanya, di dunia ada ribuan atau
bahkan jutaan pintu yang pasangannya berbeda. Maka, temukan dan ketuklah pintu-pintu itu.
“X” KECIL DAN “X” BESAR
Dengan demikian, faktor “X” tidak lain adalah sesuatu yang harus kita cari dan miliki. Ia akan
menemani siapa saja yang ingin berubah, menjadi lebih baik. Orang yang tidak ingin berubah juga
memiliki faktor “X”, tetapi itu hanyalah “X” kecil yang berarti sebuah kenyamanan. Dia sudah nyaman
dengan kondisi sekarang dan tentu saja hidupnya tidak akan mengalami kemajuan.
Untuk mengalami kemajuan, seseorang harus berani pada gelombang ketidaknyamanan.
Entrepeneur adalah orang yang merasa hidupnya kurang nyaman, terancam, miskin, atau kurang
bermakna. Maka dari itu, dia berjuang mengejar kenyamanan baru. Dia bergerak, berjalan, berpikir,
mengetuk pintu, mengambil risiko, mencari produk, membuat, membangun usaha, mendatangi
pelanggan, dan seterusnya. Kalau dia diam atau menikmati warisan orangtua, ia sudah bisa hidup
nyaman. Namun, ia ingin masa depannya lebih baik. Daripada hidup susah nanti, lebih baik sulit
sekarang. Dia tidak memilih hidup nyaman dengan “X” kecil warisan, melainkan membentuk “X”
besar.
IDENTIFIKASI FAKTOR X
• Ada “X” besar dan ada pula “X” kecil, “X” besar berada di tangan orang dewasa, yaitu orang yang
sudah memiliki kepercayaan pasar. Sedangkan “X” kecil ada pada diri kita masing masing. bentuk ‘X’
pun macam macam. Ada yang berasal dari diri sendiri, orang lain, lembaga lain, dan sebagainya. Dari
mana pun sumbernya itu bisa membuat tumbuh menjadi besar dan sebaliknya. “X” yang berasal dari diri
sendiri itu adalah bakat (talenta), kerja keras, kejujuran, kecerdasan, keterampilan, penampilan fisik,
kualitas suara, dan pendidikan.
• Namun, “X” kecil itu bisa saja tak menjadi besar kalau tidak menemukan ‘pintu’nya. Sebaliknya orang
orang yang tak memiliki potensi yang berasal dari dirinya dapat menunggang ‘kuda’ yang berasal dari
orang lain atau lembaga lain. Carilah dan temui orang orang dalam kehidupan yang bisa menumbuhkan
“X” kecil menjadi tumbuh besar. Jadikan lah orang tersebut menjadi mentor dalam hidup.
Karakteristik faktor "X” yaitu:
Dapat berasal dari diri sendir;, tetapi juga dapat berasal dari luar diri
• Karena melekat pada diri Anda sendiri, maka ia harus dipelihara. Banyak orang berusaha merampas
“X” itu dengan merampas "kuda-kuda tunggangan" yang dimiliki seseorang. Padahal “X” itu
merupakan kombinasi dari berbagai hal yang melekat pada seseorang.
• Banyak orang berpikir dengan memboyong atau membajak tukang masak pada sebuah restoran,
maka dia bisa meraih sukses seperti yang diraih restoran yang mempekerjakan juru masak itu.
Faktanya, setelah orang itu dibujuk, dia hanya bisa memasak saja, tetapi tidak bisa mendatangkan
pembeli. Faktor "X" itu bukan ada di tangan tukang masak, melainkan pemilik restoran.
• Pada dasarnya, sebuah usaha bukanlah semata-mata bisa membuat atau menghasilkan sesuatu lebih
baik. Sebuah usaha baru berhasil bila Anda berhasil mendatangkan pelanggan. Jadi, faktor "X" itu
bukan berada di tangan orang lain, melainkan pada usaha Anda sendiri.
TUGAS DALAM MENDEKTEKSI FAKTOR X
Berikut beberapa tips praktis yang dapat dilakukan untuk menemukan faktor “X” dalam diri kita, yaitu :